Share

Bab 717

Penulis: Clarissa
Tiffany menghentikan langkahnya. Dia tentu ingat gadis bernama Lena ini.

Bukan hanya karena gadis ini kemarin menerobos masuk ke ruang privat tempat dia dan anak-anak makan, tetapi juga karena kesombongannya di bandara.

Dengan tenang, Tiffany mengangkat pandangannya dan menatap Lena yang duduk di dalam Porsche merah. Tatapannya jernih dan datar. "Siapa kakakmu?"

Lena tertawa dingin. "Kamu nggak tahu?"

Tiffany mengangguk santai. "Memang nggak tahu."

"Heh." Lena tertawa ringan. "Kakakku adalah penyelamat nyawa mantan suamimu!"

"Kalau bukan karena kakakku yang mempertaruhkan nyawanya waktu itu, kamu nggak akan bisa bertemu Sean lagi, apalagi berpikir untuk memperbaiki hubungan dengannya!"

Tiffany hanya bergumam pelan. "Begitu ya. Baiklah, sampaikan kepada kakakmu, aku nggak ingin menemuinya."

Setelah berkata demikian, Tiffany mengangkat tangannya yang menjinjing tas, lalu berbalik pergi dengan anggun.

Lena membelalakkan mata. Dia segera menginjak pedal gas untuk mengejar Tiffany. "Tiffany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
Tiffany yg cerdas langsung bisa bikin Lena mati kutu, lagian yg nyelamatin Tiffany bukan Vivi, gak malu ni orang, kalau nanti Sean tau yg sebenarnya mati lah kalian dua sodara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 718

    Mereka tiba sekitar pukul 3 sore. Tiffany sebenarnya ingin bertemu mereka di luar, tetapi karena Arlene merasa kurang enak badan dan terus merengek tidak ingin keluar, Tiffany memutuskan untuk menjamu mereka di rumah Keluarga Tanuwijaya."Ini juga nenek dan kakek kalian," ucap Tiffany.Arlo dan Arlene bersandar di sisi Kendra dengan manja, terus memintanya menceritakan kisah masa kecil Tiffany.Kendra sangat menyukai kedua bocah kecil itu. Dia menggendong Arlene, menggenggam tangan Arlo, dan mulai bercerita tentang berbagai hal menarik yang dilakukan Tiffany saat masih kecil di desa."Paman masih sama seperti dulu, nggak berubah sedikit pun." Di dapur, Tiffany sibuk menyiapkan makan malam. Dia merasa emosional mendengar cerita masa kecilnya."Apaan? Aku sudah tua begini, masa kamu nggak bisa melihatnya?" timpal Kendra.Indira tertawa sambil membersihkan sayuran. "Tiff, kamu sudah pulang. Nggak pergi lagi, 'kan?"Tangan Tiffany yang sedang mencuci sayuran membeku sesaat. "Belum pasti, B

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 719

    Tiffany mengerutkan alisnya. Vivi datang?"Kami nggak boleh datang?" Segera, suara arogan Lena terdengar dari arah pintu. "Di mana Tiffany? Dia nggak mau ikut denganku ke rumah sakit untuk menemui kakakku, jadi aku membawa kakakku ke sini untuk menemuinya. Boleh, 'kan?""Lena." Begitu gadis itu selesai berbicara, suara lembut pun terdengar. "Jangan seperti ini."Kemudian, Vivi berbalik menatap Rika. "Aku datang untuk minta maaf kepada Bu Tiffany. Apa dia ada di rumah?""Eee ...." Rika terlihat ragu.Hari ini, paman dan bibi Tiffany ada di sini. Kurang pantas jika mengizinkan Vivi dan Lena masuk. Akan tetapi ...."Aku di sini." Sebelum Rika bisa memikirkan cara untuk menolak, Tiffany sudah melepaskan celemeknya dan berjalan mendekat dengan tenang. "Jadi, ini Bu Vivi?"Dia mengangkat alisnya, tatapannya dingin saat mengamati wanita di depannya. Wanita itu duduk di kursi roda, dengan selimut tipis menutupi kakinya. Dari bagian bawah selimut, Tiffany bisa melihat kedua kakinya digips.Dia

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 720

    Kendra mengangguk pelan, lalu segera membawa Arlo dan Arlene pergi. Tak lama kemudian, hanya Tiffany, Vivi, serta Lena yang tersisa di ruang tamu."Lena, kenapa bicara begitu?" Vivi menggigit bibirnya dan menatap Tiffany dengan tak berdaya. "Bu Tiffany, maafkan aku. Adikku terlalu dimanjakan olehku, jadi omongannya memang selalu lancang begini. Mohon jangan tersinggung.""Gimana kalau aku memang ingin tersinggung?" Tiffany tersenyum dingin dan menatap Vivi. "Kalau kamu sendiri nggak bisa mengatur adikmu, akan ada banyak orang yang bisa melakukannya untukmu. Aku juga bisa."Wajah Vivi langsung pucat. Dia menekan bibirnya erat-erat. "Bu Tiffany, tolong jangan terlalu mempermasalahkan ini ....""Aku mengakui aku memang gagal sebagai kakak. Selama bertahun-tahun ini, aku sibuk menjalani pengobatan dan selalu berada di rumah sakit, jadi nggak punya banyak waktu untuk mendidiknya.""Aku sudah meminta Sean untuk mengawasinya, tapi Sean sangat sibuk. Selain itu, Lena adalah adik dari orang yan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 721

    Chaplin sama sekali tidak mengerti bagaimana berbelaskasihan pada wanita.Begitu tangannya mendarat di wajah Lena, langsung muncul bekas tamparan merah yang membengkak."Kak!!!" Lena menangis histeris dan langsung memeluk Vivi erat-erat.Tiffany yang duduk santai di sofa, hanya melirik Chaplin dengan sedikit rasa tak berdaya. "Kamu terlalu keras."Awalnya, dia berniat menyuruh Chaplin menampar Lena beberapa kali agar gadis itu bisa kapok. Namun, sekarang?Anak ini benar-benar tidak tahu cara menahan diri. Satu tamparan darinya sebanding dengan lima tamparan dari orang lain.Bagaimana bisa lanjut menampar? Kalau diteruskan, bisa-bisa langsung masuk rumah sakit!Chaplin hanya menoleh dan menatap Tiffany dengan lugu. "Kamu nggak bilang harus pelan."Tiffany termangu sesaat. "Menampar gadis harus lebih pelan, itu pengetahuan dasar. Sean nggak pernah mengajarimu hal seperti ini?"Chaplin menggeleng, lalu menjawab dengan serius, "Kak Sean nggak pernah mengajariku hal-hal seperti itu. Semua w

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 722

    "Kenapa saat ulang tahunmu, seluruh kota menyalakan kembang api untukmu? Kenapa dia bilang ingin menjagamu seumur hidup?"Vivi menoleh ke samping, wajahnya sedikit memerah karena malu dan canggung. "Itu ... Sean hanya ingin menghiburku.""Saat itu, aku depresi karena sakit dan nggak bisa jalan. Sean hanya berusaha membuatku senang, nggak perlu dianggap serius ...."Percakapan dua bersaudari ini membuat Tiffany merasa jenuh. Dia mengerutkan alis. "Bu Vivi, aku mengerti maksudmu. Aku masih ada urusan, jadi nggak perlu kuantar keluar lagi ya!"Setelah berkata begitu, dia langsung bangkit dan melangkah ke dapur. Tiffany mengira bahwa kata-katanya sudah cukup jelas.Namun, yang tidak diduga adalah saat Tiffany tiba di depan dapur, Vivi tiba-tiba bersuara dengan lemah dari belakangnya. "Bu Tiffany, sepertinya kamu masih salah paham terhadapku ....""Tadi, bukankah kamu mengajakku makan malam bersama? Aku ... boleh memilih untuk tetap di sini?"Suara wanita di belakangnya terdengar ragu-ragu,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 723

    Tiffany melirik sekilas tangan Lena yang terampil mengupas kentang. "Kelihatannya, kamu juga pernah mengalami masa sulit."Lena memutar bola matanya dengan kesal. "Tentu saja aku pernah susah.""Aku dan Kak Vivi kehilangan kedua orang tua kami dalam kecelakaan mobil lima atau enam tahun lalu. Mereka nggak meninggalkan warisan apa pun untuk kami. Setelah mereka meninggal, kami hidup di daerah kumuh."Setelah berkata begitu, Lena mencebik, lalu meletakkan kentang yang sudah dikupas. "Kamu nggak akan pernah mengerti betapa sulitnya hidup kami saat itu."Tiffany mengangguk ringan. "Aku bisa membayangkannya. Kalau nggak, mana mungkin kamu akan menunjukkan sikap seperti orang kaya baru.""Tiga tahun lalu masih hidup di daerah kumuh, tapi sekarang bisa dengan mudah menghina paman dan bibiku sebagai orang desa yang kampungan."Sambil berkata begitu, Tiffany menghela napas ringan. "Sepertinya Sean memang sangat murah hati pada kalian.""Dari dua gadis di daerah kumuh menjadi orang yang hidup be

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 724

    Album kenangan berbahan logam itu selalu tersimpan di bagian paling bawah rak bukunya. Setiap kali Tiffany tidak bisa tidur, dia akan mengambilnya dan membolak-balikkan halamannya.Jika dipikir-pikir, ternyata dia dan Sean memiliki banyak kesamaan. Sean suka pergi ke Desa Maheswari, tempat Tiffany tinggal dulu. Sean membuka album fotonya, membaca buku hariannya, takut suatu hari nanti dia akan melupakan wajah Tiffany.Sementara itu, Tiffany juga suka melihat album kenangan itu, takut suatu hari nanti dia melupakan betapa bahagianya dia dan pria itu dulu."Hah, kamu nggak bisa berkutik lagi, 'kan?" Melihat Tiffany termenung, Lena mengira dia terkejut dengan semua pengorbanan Vivi untuk Sean.Jadi, dia berkata dengan bangga, "Saat Sean mengalami kecelakaan, dia berada di sebuah hotel. Kakakku bekerja sebagai pelayan di sana. Dia sama sekali nggak tahu siapa Sean. Hanya karena hatinya yang baik, dia berani menerobos kobaran api untuk menyelamatkannya. Itu balasan dari kebaikan hatinya!"K

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 725

    Awalnya, Lena begitu bangga dan ingin terus menyombongkan Vivi. Namun, sekarang dia seperti anak kucing yang bulunya berdiri. "Tiffany!"Dia melemparkan barang di tangannya dan langsung menerjang ke arah Tiffany. "Berani sekali kamu bicara seperti itu tentang aku dan kakakku! Sean pun nggak berani berkata seperti itu!"Tiffany menghindari Lena dengan tenang, menyunggingkan senyuman mencela. "Sean adalah pria yang sangat menghargai hubungan, tentu saja dia nggak akan mengungkapkan kebenaran dengan kata-kata sepedas ini untuk menilai 'penyelamat hidupnya'. Tapi, aku bisa."Dia menghindari Lena yang seperti banteng liar dengan lincah. "Aku memang meremehkan kamu dan kakakmu. Aku memang merasa kalian patut dihina dan sama sekali nggak layak di mataku. Ada masalah dengan itu?""Kamu ...!" Lena berulang kali menerjang, tetapi tidak bisa menyentuh Tiffany sama sekali. Dia hanya bisa terengah-engah karena marah, menunjuk wajah Tiffany dan memaki, "Apa hakmu bicara seperti itu tentang aku dan k

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 775

    Tiffany mengerutkan alis. "Kamu ... sudah kenal Xavier dari dulu?"Kalau tidak salah ingat, sebelumnya Xavier pernah mengatakan dia dan tunangannya belum kenal lama.Saat itu, Miska sadar dirinya keceplosan. Dia buru-buru menutup mulutnya dan terbatuk. "Aku ... dulu aku adik kelasnya.""Dia itu idola di sekolah kami, jadi kami semua kenal dia. Tapi, dulu dia nggak kenal aku. Kami baru kenal akhir-akhir ini."Sambil bicara, gadis itu menunduk dan wajahnya memerah. "Aku dari dulu sudah kagum sama Kak Xavier. Aku sangat bahagia bisa sampai sejauh ini sama dia."Miska mendongak, suaranya tegas dan sungguh-sungguh. "Kak Tiff, kamu bisa bantu aku nggak?""Aku ingin nikah dengannya, nggak peduli dia bakal siuman atau nggak. Dia bilang dia nggak punya banyak teman, hubungannya sama keluarganya juga nggak terlalu dekat. Satu-satunya cewek yang paling dia suka pun sudah menemukan kebahagiaannya sendiri.""Aku benar-benar takut, nanti kalau dia koma terlalu lama, nggak akan ada yang merawat dia .

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 774

    "Aku ... akan pergi darimu. Aku nggak akan membiarkan orang lain tahu gimana kamu membalas kebaikanku, nggak akan membiarkan mitramu memutuskan kerja sama denganmu ...."Sean menyeringai dingin, mengangkat kakinya untuk menepis tangan itu, lalu melangkah menuju pintu. "Aku nggak peduli gimana orang lain memandangku.""Mitraku juga nggak akan memutuskan hubungan cuma karena orang nggak penting sepertimu. Kamu terlalu melebih-lebihkan dirimu sendiri."Setelah itu, Sean melirik perawat yang berjaga di pintu dan tampak ketakutan setengah mati. Dia berkata, "Kamu bisa istirahat sekarang. Mulai hari ini, kamu nggak perlu lagi melayaninya.""Suruh rumah sakit usir dia dari kamar ini. Aku bisa merawat penyelamat hidupku sendiri. Nggak perlu merepotkan orang lain."Usai memberi instruksi, Sean kembali menoleh pada Chaplin. "Setelah urusan selesai, antar dia ke kantor polisi sama Pak Genta. Biarkan dia reuni dengan adiknya."Selesai berbicara, dia pun berbalik dan pergi. Teriakan Vivi menggema d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 773

    Vivi menatap kosong ke arah mata dingin tak berperasaan milik Sean. Perasaan putus asa perlahan merayap ke dalam hatinya.Dulu, dia selalu mengira kelembutan Sean padanya adalah tanda ketertarikan. Dia bahkan sempat merasa bangga. Untung saja, wanita itu sudah mati. Jika tidak, Sean pasti akan berterima kasih dan berutang budi pada wanita itu.Dirinya adalah penyelamat hidup Sean. Sean begitu baik padanya. Jika Sean tidak bisa menemukan mantan istrinya, kemungkinan besar dia akan menjadi satu-satunya calon istrinya di masa depan.Lagi pula, selama tiga tahun berada di sisi Sean, dia melihat sendiri bagaimana Sean menolak banyak gadis dari keluarga terpandang, menolak banyak wanita yang datang mendekat.Semua orang iri padanya. Dia punya kesempatan untuk menyelamatkan Sean, punya status sebagai penyelamat Sean.Tak berlebihan jika dibilang, kalau Tiffany tidak kembali, langkah Vivi selanjutnya adalah menggoda Sean untuk tidur dengannya. Bagaimanapun, hanya kepada dia Sean bersikap lembu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 772

    Dia ingin kamar rawat inap, Sean berikan.Dia ingin Sean merawat adiknya, Sean turuti.Dia bilang ingin mobil agar bisa melihat pemandangan di luar, Sean belikan.Karena selama ini, Sean selalu percaya bahwa kaki Vivi menjadi cacat karena dia menyelamatkannya.Saat kejadian kebakaran dulu, Sean dijebak dan diberi obat di jamuan makan. Saat hidupnya sudah di ambang kematian, yang menyelamatkannya ternyata adalah seorang wanita. Sejak saat itu, hatinya selalu diliputi rasa bersalah.Terlebih lagi, wanita itu sampai harus kehilangan kemampuan berjalan selama 3 tahun demi dirinya.Namun, yang tak pernah disangka oleh Sean adalah ketulusannya selama ini, ternyata dimanfaatkan semena-mena oleh orang lain.Lebih tak disangka lagi, di balik wajah lembut dan anggun Vivi, tersembunyi hati yang begitu busuk dan menjijikkan.Situasi sudah sampai titik ini, tetapi Vivi masih membujuk Tiffany untuk bekerja sama menipunya!Tak lama kemudian, mobil tiba di Rumah Sakit Pusat. Sean turun dari mobil deng

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 771

    Sean memeluk Tiffany, diam-diam menunggu hukuman yang akan diterimanya.Dia mengira Tiffany diam begitu lama pasti karena sedang memikirkan hukuman yang sulit dan berat untuknya.Tidak disangkanya, setelah menunggu sekian lama, Tiffany justru tersenyum manis. "Hukumannya ... mulai sekarang kamu yang harus antar Arlo dan Arlene ke sekolah setiap hari!"Sean tertegun, lalu mengecup bibirnya dengan lembut. "Oke."Bagi orang tua lain, mengantar anak ke sekolah pagi-pagi mungkin terasa merepotkan. Namun, bagi Sean, itu justru sebuah kebahagiaan.Karena dulu dia pernah sebodoh itu sampai melewatkan 5 tahun pertumbuhan anak-anaknya. Andai saja waktu itu dia lebih yakin, andai saja dia bisa menemukan Tiffany lebih cepat .... Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.Jadi, ketika Tiffany mengatakan dia harus mengantar anak-anak ke sekolah, Sean tersenyum manis sambil berujar, "Akan kulakukan dengan senang hati."Tiffany bersandar dalam pelukannya, merasakan kehangatan tubuh pria itu. Senyuma

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 770

    Akhirnya, Sean merebahkan Tiffany di atas ranjang besar di kamar tidur vila.Kamar tidur berada di lantai 2, dengan jendela kaca yang sangat besar. Dari tempat tidur, hamparan laut luas bisa terlihat jelas.Sinar matahari masuk menembus jendela kaca, menyinari seluruh ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat.Sean menindih tubuhnya, menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Tiff.""Kenapa ...?" Tiffany mulai gemetaran, menatap pria di atas tubuhnya dengan gugup.Terakhir kali ditindih di ranjang ini, dia benar-benar dibuat tak berdaya oleh Sean, sampai seluruh tenaganya terkuras. Bahkan, dia sempat mencicipi masakan Sean yang begitu buruk.Sekarang setelah 5 tahun berlalu, kembali berada di situasi seperti ini membuat hati Tiffany dilanda kecemasan."Kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Mata Sean yang hitam menatap lekat-lekat dengan perasaan cinta. "Kamu rasa seru main rahasia-rahasia begini?"Tiffany tertegun. "Ka ... kamu ngomong apa sih?""Aku sudah tahu semua." Sean menunduk, menatap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 769

    Sean menggenggam setir mobilnya, tangannya sedikit membeku.Dia menatap kaca spion tengah dengan ekspresi geli, melihat wanita yang tampak terkejut sekaligus tersentuh itu. "Aku cuma nyatakan perasaan ke kamu, perlu mikir sejauh itu?"Wajah Tiffany memerah. Dia mengintip ke arah Sean dengan hati-hati melalui kaca spion. "Aku cuma merasa aneh saja ...."Suara wanita itu lembut dan agak manja. "Ngapain kamu tiba-tiba ngomong kayak gitu? Nggak ada angin, nggak ada hujan."Genggaman Sean di setir semakin kencang. Dia mengatakan itu bukan tanpa alasan! Semuanya ada alasannya!Sean menatap wanita yang duduk di kursi belakang, hatinya penuh dengan emosi. Selama 5 tahun, dia terus mencari Tiffany.Bahkan saat Sean belum menemukannya, Tiffany tetap nekat menyelamatkannya dalam kebakaran besar yang terjadi 3 tahun lalu.Setelah menyelamatkannya, Tiffany malah tidak mengatakan sepatah kata pun. Kalau dibandingkan dengan Vivi yang selama 3 tahun ini terus mengklaim dirinya sebagai penyelamat dan m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 768

    Awalnya, Sean masih begitu yakin orang yang menyelamatkannya di tengah kebakaran saat itu adalah Tiffany. Namun, Mark dan Charles terus menjelaskan padanya bahwa orang yang berada di ambang kematian pasti akan berhalusinasi. Lama-kelamaan, dia juga merasa semua itu hanya halusinasi. Setelah kemunculan Vivi, dia benar-benar percaya Tiffany tidak pernah menyelamatkannya.Namun kini, perasaan Sean benar-benar bergejolak saat teringat kembali dengan perkataan Zion dan melihat buku kenangan di tangannya. Yang berarti orang yang menyelamatkannya saat kebakaran tiga tahun yang lalu adalah Tiffany.Satu menit kemudian.Rika yang baru saja turun tangga dan hendak mulai membersihkan rumah pun mengambil pel lantai. Saat Sean tiba-tiba turun dari lantai atas sambil memegang buku kenangan dan melangkah menuju pintu keluar, dia kebingungan. Tadi Sean berkata ingin mengantar jaket untuk anak-anak, sekarang malah hanya membawa sebuah buku.Saat tangannya hampir menyentuh gagang pintu, Jason berhenti s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 767

    Sean mengantar kedua anaknya ke TK."Kamu ayahnya Arlo dan Arlene?" tanya bibi di TK itu dengan ramah.Sean menggandeng tangan kedua anaknya, lalu menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Ya.""Serahkan saja anak-anak padaku."Bibi itu menarik tangan Arlo dan Arlene sambil tersenyum, lalu mengingatkan Sean, "Belakangan ini cuacanya mulai dingin dan ramalan cuaca juga bilang hari ini akan turun hujan. Sepertinya pakaian Arlo dan Arlene terlalu tipis. Bisakah kamu pulang dan mengambil jaket untuk mereka? Sistem imun anak kecil masih lemah. Kalau nggak menjaga mereka tetap hangat, mereka akan mudah masuk angin."Setelah ragu sejenak, Sean menganggukkan kepala. "Baik."Sean langsung mencari jaket di dalam lemari setelah kembali ke rumah, tetapi tidak menemukan yang cocok. Saat hendak menelepon Tiffany, pandangannya tiba-tiba tertuju pada koper yang terletak di bawah tempat tidur Arlo.Dia pun menepuk keningnya. Saat Tiffany ikut dengannya ke Kota Aven, Tiffany pasti sudah menyi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status