Share

Bab 648

Author: Clarissa
Langit sudah gelap dan lampu di lorong apartemen sangat redup. Tiffany tidak terlalu memperhatikan siapa orang di belakangnya. Saat pintu apartemen terbuka, Arlo dan Arlene langsung masuk lebih dulu.

Tiffany mengikuti dari belakang. Tepat setelah mereka bertiga masuk, sosok pria yang sedari tadi mengikuti mereka juga ikut masuk ke dalam lift.

Di dalam lift, pencahayaan terang benderang. Secara refleks, Tiffany menoleh ke pria itu ....

"Wah, Paman Ganteng! Kamu juga baru pulang?" Suara polos Arlene menggema di dalam lift.

Sean tersenyum tipis, lalu berjongkok agar sejajar dengan Arlene. "Gimana? Stroberinya enak?"

Tiffany terkejut.

Di bawah cahaya terang lift, Tiffany bisa melihat dengan jelas bahwa Arlene sama sekali tidak memiliki noda stroberi di pakaiannya. Bajunya bersih. Gadis kecil itu baru saja berlarian di taman dan yang tersisa di tubuhnya hanya aroma rumput segar.

Lalu kenapa Sean bisa tahu bahwa dia baru saja makan stroberi?

Kecuali ....

Sebuah firasat buruk meluap dalam hat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
Arlo lagi memprovokasi ayahnya, Sean gimana rasanya di provokasi sama anakmu sendiri???? wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 649

    "Paman Ganteng, kenapa kamu kelihatannya nggak senang?"Setelah beberapa saat hening, suara lembut Arlene terdengar di dalam lift. "Paman, apa kamu sama seperti Mama? Terlalu banyak orang yang mendekatimu, jadi kamu merasa sangat terganggu?"Tiffany terdiam.Sean mengangkat alisnya dengan santai, lalu menatap Tiffany dengan sorot mata penuh godaan sebelum kembali berjongkok dan menatap Arlene dengan lembut."Iya, benar sekali. Ada seorang wanita jahat yang ngasih nomor telepon Paman kepada seorang wanita yang mengejar-ngejar Paman. Sekarang Paman sangat terganggu."Arlene berkedip beberapa kali, lalu memiringkan kepalanya sambil berpikir keras. Setelah beberapa saat, matanya berbinar. "Oh, aku mengerti!""Ini seperti waktu Mama selalu menerima telepon ajakan kencan di malam hari, 'kan? Itu sangat mengganggu!"Sean tersenyum tipis. "Ya, persis seperti itu.""Wanita itu benar-benar jahat!" Arlene mengepalkan tinjunya dengan marah. "Paman jangan sedih, biar Arlene undang Paman makan pangs

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 650

    "Aku sering dengar dia nangis sendirian di malam hari sambil memeluk sebuah foto. Foto itu ...."Arlo mengatupkan bibirnya. "Di foto itu, ibuku pakai baju kelinci berwarna pink. Kamu berdiri di sampingnya dan dia tersenyum sangat indah. Tapi, aku nggak pernah lihat Mama senyum seperti itu sebelumnya.Sean tertegun dan tidak berbicara lagi. Sebenarnya, dia ingat foto yang dibicarakan Arlo. Itu adalah foto yang diambil saat pertama kali dia membawa Tiffany ke Keluarga Japardi dan dia menari di hadapan Derek.Meskipun lima tahun telah berlalu .... Dia masih ingat dengan jelas saat itu.Itu adalah masa-masa terindah dan tanpa beban dalam hubungannya dengan Tiffany. Namun, setelah itu ....Mereka tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sama lagi.Keluarga Japardi, Keluarga Rimbawan, dan Keluarga Tanuwijaya.Perselisihan dan konflik di antara mereka telah memisahkan hubungan yang seharusnya bisa mereka pertahankan .... Mata Sean diliputi kesedihan yang mendalam."Pak Sean." Arlo menatap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 651

    "Kakak, Paman Ganteng! Sini bantuin!"Saat Arlo dan Sean masih ingin melanjutkan percakapan mereka, terdengar suara yang lembut dari luar pintu.Arlene yang tingginya bahkan belum mencapai pegangan pintu, berdiri di luar dengan mengenakan piama berwarna merah muda. Dengan tangannya yang mungil, dia mengetuk pintu dengan penuh semangat."Mama sibuk sekali sendirian! Sebagai pria, kalian berdua harus bantu! Kalau nggak bantu, berarti bukan pria sejati!"Di dalam ruangan, Arlo dan Sean saling bertatapan.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang pria dewasa dan seorang bocah laki-laki keluar dari dalam kamar."Aku benar-benar curiga kalau Paman Ganteng ini adalah Papa Kakak ...." Melihat dua orang dengan gaya berjalan yang identik berjalan ke dalam rumah mereka, Arlene bergumam sendirian.Namun, Mama bilang bahwa dia dan Kakak punya Papa yang sama.Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Terlalu disayangkan!Seandainya saja Paman Ganteng adalah Papa Kakak, aku bisa melihatnya setiap hari

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 652

    Arlo memutar matanya. "Kamu sengaja."Sean menatapnya sekilas. "Kenapa kamu begitu yakin?""Hmph, pria licik!"....Tiffany mengambil kartu akses dan membuka pintu apartemen Sean. Ruangan itu rapi dan bersih, sangat mencerminkan gaya hidupnya. Dia melepas sepatunya, lalu masuk ke kamar tidur.Ini pertama kalinya dia berada di kamar apartemen Sean. Sama seperti yang dia bayangkan, interior serba hitam dan putih, khas gaya Sean sejak dulu.Di sudut kamar, meja kerja masih menyala dengan laptop yang terbuka. Tiffany mengerutkan kening, lalu menyentuh permukaan laptop yang masih terasa panas. Dia melirik waktu terakhir sistemnya digunakan. Pukul 04:30 dini hari.Laptop ini sudah nyala selama ini?Setelah menarik napas panjang, Tiffany mulai menyimpan semua dokumen yang masih terbuka, lalu mematikan laptopnya. "Tagihan listrik di sini pasti mahal ...," gumamnya pelan.Namun, saat hendak menutup layar, matanya terpaku pada wallpaper desktop. Itu adalah foto pernikahan mereka lima tahun lalu.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 653

    Saat Tiffany kembali ke rumah dengan membawa pakaian, dia melihat Arlo sedang mengajari Sean menggiling adonan pangsit dengan ekspresi penuh ketidaksabaran. "Begini, begini."Tangan mungilnya menunjukkan caranya di atas adonan sambil membimbing Sean sedikit demi sedikit. Gaya mengajarnya persis sama seperti cara Tiffany mengajarinya dulu.Tiffany yang berdiri di ambang pintu, melihat pemandangan itu dengan perasaan yang hangat.Putranya yang kecil ini baru belajar menggiling adonan setengah tahun lalu. Saat itu, alasan Arlo ingin belajar sangatlah sederhana. Itu karena Arlene suka makan pangsit, dan setiap kali membuatnya, Tiffany selalu harus bekerja sendiri dan terlihat sangat lelah.Jadi, bocah itu meminta Tiffany mengajarinya agar bisa membantu. Siapa sangka, hanya dalam beberapa bulan, dia sekarang bisa mengajari ayahnya sendiri?"Astaga, kenapa kamu bodoh sekali!"Saat Tiffany masih terdiam dalam lamunannya, suara kesal Arlo terdengar. Secara refleks, dia mengangkat kepalanya.Se

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 654

    Julie buru-buru mengirimkan sebuah pesan.[ Sean di rumahmu? Belajar ini dari kamu? ]Tiffany tertegun sejenak, lalu mengirimkan emotikon pasrah.[ Arleen mau traktir dia makan pangsit. ]Julie kehabisan kata-kata.[ Sepertinya putrimu itu sama kayak kamu. Bucin! ]Tiffany mengerucutkan bibirnya.[ Enak saja. Dia itu karena pernah makan stroberi darinya, jadi kepengen lagi. ][ Julie: Hahaha. Tapi bagus juga sih. Sean biasanya pria yang nggak ngerjain pekerjaan rumah. Sekarang malah mau belajar beginian sama kamu dan ngerjain kerjaan rumah tangga. Sudah termasuk ada perubahan. ][ Tiff, boleh pertimbangkan untuk maafin dia. ]Tiffany mencibir.[ Siapa yang dulunya nyuruh aku jangan terlalu mudah maafin dia? ][ Julie: Sekarang sudah beda sama dulu! Kalau ada pria yang rela melakukan perubahan seperti ini demi aku, aku pasti sudah nikah sama dia! ][ Tiffany: Sudah kutangkap layar, mau kirim ke Mark. ]Julie terdiam."Lagi ngobrol sama siapa?" Tiba-tiba, terdengar suara Sean yang rendah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 655

    Setelah satu jam berusaha, akhirnya hasil kerja Sean bisa dianggap layak. Dia menatap setumpuk kecil kulit pangsit berbentuk bulat di atas meja dengan penuh kepuasan. "Sebenarnya, aku cukup berbakat juga."Tiffany meliriknya dengan ekspresi meremehkan. "Kamu bilang ini bakat?"Namun ....Saat dia melihat tangan besar milik Sean, dia bisa memahami betapa sulitnya bagi pria ini untuk menggiling adonan kecil seperti itu.Setelah semua pangsit selesai dibentuk, Tiffany segera menuju dapur untuk merebus air. Sean membawa piring berisi pangsit ke dapur dengan hati-hati.Lalu, dia berdiri di belakang Tiffany dan menemaninya melihat air di dalam panci perlahan mendidih hingga gelembung-gelembung kecil mulai bermunculan di permukaannya.Rumah Tiffany memang kecil, begitu juga dapurnya. Saat dia sendirian, dapur ini terasa cukup luas baginya. Namun, begitu Sean di sini, tubuh pria itu yang tinggi dan tegap menghalangi cahaya di dalam dapur.Ruangan itu jadi terasa kecil dan sempit.Tiffany menge

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 656

    Jadi, Tiffany hanya bisa menggigit bibirnya. "Sean! Lepaskan tanganmu!""Lepaskan mamaku!"Usai Tiffany berbicara, suara jernih seorang anak kecil terdengar dari arah pintu dapur.Wajah Tiffany langsung memerah. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik tangan Sean. "Keluar!"Sean pun mengernyit. Dengan wajah yang tampak tidak senang, dia menoleh ke arah bocah kecil yang mengganggu suasana. Setelah itu, dia berjalan melewatinya dan keluar dari dapur.Arlo memanyunkan bibirnya, menutup pintu dapur, lalu berbalik sambil berkacak pinggang. Dia menatap Sean dengan marah. "Tadi kamu mau mengambil keuntungan dari Mama!"Sean mengerutkan alis. "Nggak.""Apanya yang nggak! Jelas-jelas begitu kok!"Sean tersenyum tipis dan berjongkok, menatap bocah kecil di depannya dengan mata hitam yang dalam. "Kalau nggak ada perasaan di antara dua orang, itu disebut mengambil keuntungan.""Tapi, aku dan ibumu ... punya perasaan untuk sesama."Arlo terdiam. Dia baru berusia 5 tahun. Meskipun dia jauh le

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 749

    Suara lembut Tiffany seperti suntikan adrenalin yang langsung membuat jantung Sean berdebar kencang.Pria itu mengatupkan bibirnya. Nada bicaranya rendah dan menyiratkan kelembutan saat dia meraih tangan Tiffany dengan jemarinya yang panjang dan kokoh. "Aku cuma mau nyalain panel listrik.""Aku nyalain dulu ya, tunggu di sini."Tiffany menggigit bibir, lalu mengangguk pelan sambil menggumam, "Iya ...." Namun, tangannya masih enggan melepaskan pinggang Sean.Dia menggigit bibir bawahnya sedikit lebih keras. "Bawa aku juga."Sean tersenyum tak berdaya. "Aku cuma turun satu lantai. Kamu tunggu sini sebentar, ya.""Nggak mau."Sejak mereka bertemu kembali, Tiffany sudah jarang bermanja-manja seperti ini pada Sean. "Aku mau ikut.""Aku ...."Di tengah kegelapan, wajah Tiffany mulai terasa panas.Di saat-saat seperti ini, dia justru merasa bersyukur karena listrik tidak menyala. Kalau Sean melihat wajahnya yang memerah, Tiffany pasti sudah diledek habis-habisan ....Suara manjanya membuat Se

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 748

    "Dia itu pria idaman di Kota Aven, dari wanita usia 18 sampai 80 tahun semuanya ingin menikah sama dia!""Kalau aku tahu siapa yang dia suka, siapa yang mau dia tembak, aku pasti akan langsung wawancara wanita itu. Gimana caranya dia bisa mendapatkan Sean, si suami idaman!"Tiffany menirukan ucapan itu dengan begitu mirip, bahkan ekspresi wajah dan gayanya pun sama persis.Sean terdiam. "Sebenarnya aku nggak sampai segitu disukainya sama wanita, aku ....""Hentikan."Tiffany mengangkat tangan. "Disukai atau nggak, bukan kamu yang nentuin, tapi perempuan.""Pokoknya, aku putuskan mau izin besok, kerja di rumah urus urusan akademik. Nanti kalau situasi sudah mereda, baru aku masuk kerja lagi. Sekalian, aku akan terbitkan makalah terbaruku.""Sekarang antar aku ke lembaga penelitian untuk ambil datanya dulu."Sean menarik napas panjang, akhirnya hanya bisa pasrah dan mengangguk. Dia pun mengambil kunci mobil dari Genta dan resmi menjadi sopir pribadi Tiffany malam itu.Saat tiba di lembag

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 747

    Tiffany membuka pintu ruang ICU. Dari luar, Lena langsung menerjang ke arahnya dan menatapnya dengan marah. "Kamu apakan kakakku?""Nggak ada." Tiffany melepas jas dokternya dengan anggun dan meletakkannya di kursi di samping. Kemudian, dia menoleh dengan tenang pada para dokter yang sedang menunggu dengan cemas di luar."Kalian boleh masuk. Dia seharusnya sebentar lagi sadar." Para dokter saling berpandangan, lalu buru-buru bergegas masuk ke dalam ruang ICU.Melihat para dokter sudah masuk, Lena juga cepat-cepat menyusul.Sesaat kemudian, terdengar suara Lena yang begitu emosional dari dalam ruangan, "Kak! Akhirnya kamu sadar juga! Huhu! Kamu bikin aku takut setengah mati!"Mendengar suara wanita itu dari dalam, Sean melirik sekilas ke arah Tiffany dan tersenyum tipis. "Hebat juga, ya?""Penyakit hati tentu harus disembuhkan dengan obat untuk hati."Tiffany mengangkat kepala dan tersenyum cerah padanya. "Mau masuk lihat-lihat?"Mata Sean sedikit memicing dan bibirnya mengangkat senyum

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 746

    Setelah semua orang pergi, Tiffany yang mengenakan jas dokter putih dengan anggun berjalan ke pintu dan menutupnya, lalu mengambil ponselnya. Sambil memainkan ponsel, tanpa sadar dia melirik dingin ke arah Vivi yang masih "pingsan" di atas tempat tidur."Bu Vivi, sekarang cuma ada kita berdua. Kamu nggak usah pura-pura lagi."Wanita yang terbaring di tempat tidur tidak bergerak sedikit pun, seolah benar-benar pingsan. Namun, Tiffany tahu bahwa dia sebenarnya sadar. Sebab, waktu Tiffany baru saja berbicara tadi, dia melihat dengan jelas bahwa ritme pada monitor EKG Vivi menjadi kacau.Itu adalah tanda terkejut. Mungkin Vivi sama sekali tidak menyangka Tiffany akan tiba-tiba berbicara padanya, sehingga dia merasa agak panik."EKG-mu sudah membocorkan rahasiamu."Tiffany menguap, lalu tetap menatap Vivi dengan tenang. "Tapi kalau Bu Vivi mau terus akting, aku juga nggak akan membongkarnya.""Lagian kamu sudah berakting selama tiga tahun, bukan?"Begitu ucapan itu dilontarkan, Tiffany kemb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 745

    Lena tidak menyangka Tiffany akan bersikap seperti ini. Dia tertegun sejenak sebelum akhirnya sadar dan berteriak, "Tiffany, apa maksudmu?""Kamu nggak ngerti bahasaku?" Tiffany tersenyum sinis. "Harus aku ulang dalam bahasa lain? Tapi, dengan ijazah SMP-mu, sepertinya kamu tetap nggak akan paham ya?""Kalau bodoh, belajarlah lebih giat. Jangan cuma mengandalkan jasa kakakmu untuk bertindak sewenang-wenang. Memangnya kamu pantas?" Tatapan Tiffany sedingin suaranya.Lena terdiam, lalu menggertakkan gigi. "Apa maksudmu?"Sambil berkata, dia langsung maju, berniat menyerang Tiffany. Dia paling benci diejek soal pendidikannya! Ini bukan karena dia bodoh!Tahun itu saat orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan, dia tidak ingin menjadi beban bagi kakaknya. Makanya, dia sendiri yang meminta untuk berhenti sekolah.Dia sebenarnya anak yang sangat pengertian, tetapi banyak orang yang malah menjadikan hal itu sebagai bahan ejekan!"Maksudnya sesuai dengan yang kukatakan." Tiffany meliriknya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 744

    "Saat Bu Vivi mengalami kecelakaan, Bu Lena memaksa kami mencari mawar untuk kakaknya di lantai bawah ...."Sean mengaktifkan pengeras suara sehingga suara pria di ujung telepon terdengar jelas oleh Tiffany.Sambil memegang anggur merah di satu tangan dan mengetuk meja pelan dengan tangan lainnya, Tiffany mencerna informasi itu.Dari penjelasan pria itu, dia bisa menebak apa yang baru saja terjadi di rumah sakit. Kemungkinan besar, Vivi dan Lena melihat video yang beredar di internet.Vivi mengeluh karena tidak mendapatkan mawar, jadi Lena yang tidak terima dengan hal itu pun memaksa para pengawal mengikutinya mencari mawar untuk kakaknya!Namun, seluruh mawar di kota sudah diborong oleh Sean. Hal ini jelas diketahui oleh Vivi. Meskipun demikian, dia tetap meminta adiknya membawa orang-orang untuk mencarikannya bunga.Alasannya hanya satu, yaitu menciptakan situasi di mana tidak ada yang bisa menjaganya, sehingga dia bisa terluka dengan sempurna.Trik ini memang sangat cerdik. Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 743

    Iring-iringan mobil berhias mawar melaju melewati sebagian besar kota sebelum akhirnya berhenti di depan Restoran Proper.Di sana, Mark, pemilik Restoran Proper, sudah berdiri di depan pintu bersama para manajer dan koki untuk menyambut kedatangan mereka.Melihat Mark yang biasanya tampil gagah dalam setelan jas kini berdiri seperti seorang pelayan hanya untuk menyambutnya, Tiffany merasa cukup puas.Terlebih setelah mengingat bagaimana Mark memperlakukan Julie dulu, kini melihatnya berdiri dengan patuh sesuai arahan Sean, membuat Tiffany merasa semakin puas.Pintu mobil terbuka. Dengan bantuan Sean, Tiffany turun dengan anggun layaknya seorang ratu.Begitu turun, dia melirik sekilas ke arah Mark yang berdiri di kejauhan. "Wah, sejak kapan pemilik restoran punya waktu luang untuk menyambutku secara langsung?"Mark memasang senyuman tipis. "Kenapa aku di sini? Orang lain mungkin nggak tahu alasannya, tapi kamu pasti tahu, 'kan?""Kamu pasti lebih paham bagaimana sifat tunanganmu ini. Ka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 742

    Namun, Tiffany benar-benar tidak menyangka Sean akan menggunakan lamaran seromantis ini untuk mengumumkan bahwa hubungan mereka telah kembali seperti semula.Dia tahu dengan lamaran sebesar ini, tak akan butuh waktu lama sebelum berita ini tersebar hingga ke luar negeri. Para senior Keluarga Japardi akan segera melihatnya.Mungkin Vivi dan Lena juga akan marah besar? Namun, apakah semua itu penting? Tidak ada yang lebih penting dibandingkan pria yang kini berada di hadapannya, Sean.Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Sean. "Tebak, aku terima atau nggak?"Senyuman malu-malu di wajahnya sudah menjawab semuanya.Sean mengatupkan bibirnya, tak lagi meragu. Dia segera meraih tangan Tiffany dan menyematkan cincin di jarinya. "Aku tebak, kamu sangat ingin menikah denganku."Setelah mengatakan itu, Sean langsung menariknya ke dalam pelukan.Sorakan dan tepuk tangan dari kerumunan terdengar bergemuruh.Tiffany bersandar di dadanya, merasa malu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 741

    Ketika Tiffany baru saja selesai mengobrol dengan rekan kerjanya, di kejauhan Sean sudah melihat sosok mungil wanita itu.Dengan senyuman tipis di wajah, pria itu membawa sebuket besar mawar dan melangkah perlahan ke arah Tiffany.Tiffany mendengar jelas suara tarikan napas terkejut dari para rekan kerja wanita di sekitarnya. Dia menggigit bibirnya dan tetap berdiri di tempat, meskipun hatinya sudah penuh kegelisahan.Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, yang tidak pernah dia duga adalah Sean tiba-tiba berhenti dua langkah di depannya, lalu berlutut dengan satu kaki dan menatapnya sambil memegang buket.Di wajah Sean yang selalu terlihat tegas, kini penuh dengan kelembutan yang mendalam. "Tiff."Suara bariton yang dalam memanggil nama Tiffany dengan lembut. Nada penuh kasih itu seketika membuat kegelisahan Tiffany menghilang.Tiffany menunduk, menatap wajah pria itu. "Hmm."Teriakan dan gumaman dari rekan-rekan wanita kembali terdengar. Mereka mulai bergosip dengan heboh.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status