Share

Bab 386

Author: Clarissa
last update Last Updated: 2025-01-10 18:00:00
Staf toko bertanya, "Apa kamu nggak mau lihat harganya dulu?"

Tiffany kelelahan karena berlari. Dia tidak menyadari maksud dari ucapan staf toko. Tiffany melambaikan tangannya dan berujar dengan napas tersengal-sengal, "Nggak ... aku mau beli tas ini!"

Begitu Tiffany melontarkan ucapannya, wajah Cathy memucat. Tadi dia tidak jadi membeli tas itu karena harganya terlalu mahal.

Jayla juga mengernyit. Dia langsung menghentikan staf toko yang hendak mengurus pembayaran, "Cathy mau beli tas ini."

Staf toko mengangguk dan menimpali, "Oke. Aku bungkus tas ini untuk Bu Cathy."

Tiffany berujar seraya mengernyit, "Tapi, aku yang bilang mau beli tas ini terlebih dulu."

Jelas-jelas tadi Tiffany mendengar Cathy tidak jadi membeli tas itu, jadi Tiffany baru mengatakan pada staf toko dia ingin membelinya.

Cathy dan Tiffany memang berselisih, tetapi Tiffany tidak suka mencari masalah. Biarpun orang asing mengatakan ingin membeli tas itu, Tiffany juga tidak akan merebutnya. Paling-paling dia hanya meng
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 387

    Staf toko terdiam. Bos mereka berstatus tinggi, kenapa gadis yang terlihat seperti mahasiswa ini berbicara seolah-olah suaminya adalah bos dari mal ini?Staf toko memang tidak memercayai ucapan Tiffany, tetapi dia segera meletakkan tas dan pergi mengecek nama bos mereka agar Tiffany tidak berebutan dengan Cathy lagi.Satu menit kemudian, staf toko tersenyum kepada Tiffany. Dia mengambil tas dan berucap, "Nyonya Tanuwijaya, aku urus pembayarannya untukmu sekarang. Kamu mau bayar pakai kartu atau uang tunai?""Pakai kartu," sahut Tiffany.Respons staf toko benar-benar di luar dugaan Jayla. Dia melihat perubahan sikap staf toko kepada Tiffany dengan ekspresi kaget dan marah-marah, "Kenapa kamu bersikap seperti ini? Bagaimanapun, selama ini Cathy menghabiskan uang ratusan juta di sini setiap bulan. Apa seperti ini pelayanan kalian terhadap pelanggan lama?"Staf toko menimpali tanpa berbalik, "Bu, nggak masalah kalau kami kehilangan pelanggan penting seperti Bu Cathy. Tapi, kami nggak boleh

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 388

    Cathy juga terdiam.....Setelah mengusir 2 wanita yang menyebalkan itu, Tiffany mengambil tas itu dengan perasaan gembira dan lanjut jalan-jalan di mal. Akhirnya, Tiffany memutuskan untuk memberikan pena kepada Sean.Pena yang biasanya dipakai Sean di ruang kerjanya sudah terlihat lama. Tiffany menebak pena itu pasti mempunyai kegunaan istimewa untuk Sean.Jadi, Tiffany berencana memberikan pena baru kepada Sean agar Sean bisa menyimpan pena di ruang kerjanya sebagai kenang-kenangan.Sesudah Tiffany selesai jalan-jalan, Sean sudah selesai bertengkar dengan Mark. Sean menyuruh Sofyan mengantar barang-barang ke kediaman Keluarga Japardi, lalu membawa Tiffany makan di restoran yang unik.Sean tersenyum saat melihat Tiffany yang duduk di seberangnya memotong steik dengan susah payah. Dia berkata, "Kamu makan ini saja."Sean memberikan steiknya yang sudah dipotong kepada Tiffany, lalu memindahkan piring Tiffany ke tempatnya. Tiffany tersenyum canggung dan berkomentar, "Aku memang agak bodo

    Last Updated : 2025-01-11
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 389

    "Tapi, sekarang kamu yang melindungiku," kata Tiffany. Dia tersenyum lebar kepada Sean dan menambahkan, "Sebenarnya aku merasa sangat bahagia menikah denganmu."Pada saat berusia 17 tahun, Tiffany pernah bermimpi bisa menikah dengan pria yang tampan, lembut, kaya, dan memanjakannya. Julie mentertawakan mimpi Tiffany yang tidak realistis.Siapa sangka, Tiffany yang berasal dari desa benar-benar menikah dengan pria seperti Sean. Mungkin banyak orang tidak percaya dengan hal ini.Jadi, Tiffany bisa terima jika orang lain cemburu padanya. Dia juga terima jika orang lain menyindir dan mentertawakannya. Semua ini karena Tiffany mendapatkan banyak hal.Sean memandangi Tiffany, lalu tersenyum dan berjanji, "Tiffany, aku akan menyayangimu selamanya.""Aku tahu," ujar Tiffany. Dia berkata lagi, "Kapan kita pulang ke Kota Aven? Julie bilang sekarang ayam yang dibuat Zara sangat enak dengan bantuannya. Aku ingin mencicipinya."Kemudian, Tiffany mendongak dan meneruskan, "Oh, iya. Kita belum menemu

    Last Updated : 2025-01-11
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 390

    Xavier tersenyum kepada Derek, lalu bertanya seraya mengerjap, "Kamu nggak puji dia?"Derek mengusap janggutnya dan menjawab, "Prestasi Tiffany bagus, itu berarti dia belajar dengan serius. Dia lebih hebat dari putraku. Dulu, putraku hanya memikirkan untuk meninggalkan kampung halamannya dengan membawa gitar waktu sekolah."Bronson berdeham, lalu menimpali sembari mengernyit, "Ayah!"Kenapa Derek mengungkit hal memalukan yang dilakukan Bronson sewaktu muda di depan para junior?"Apa? Dulu prestasimu memang jelek!" tegur Derek sambil memelototi Bronson. Kemudian, dia menggenggam tangan Tiffany dan berujar seraya tersenyum, "Kamu harus rajin belajar dan capai cita-citamu, lakukan hal yang kamu sukai. Jangan ... tiru Sean yang cuma sibuk kerja setiap hari."Tiffany menyahut, "Oke, Kakek."Derek berucap sambil berlinang air mata, "Kakek menyukaimu. Ke depannya kamu harus sering datang. Setelah kamu pergi, Kakek nggak bisa melihat kamu yang ceria lagi."Tiffany merasa tidak tega saat meliha

    Last Updated : 2025-01-11
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 391

    Tiffany bertanya sambil cemberut, "Bisnis keluarga yang kamu bilang itu ada di Kota Aven?""Pintar! Sebenarnya kepala keluarga memberiku uang untuk beli tiket pesawat sendiri. Tapi, waktu aku memberi tahu Pak Derek, dia bilang uang itu lebih baik aku tabung untuk modal menikah di masa depan," sahut Xavier sambil tersenyum cerah.Tiffany tertawa saat melihat raut serius Xavier. Dia berkata, "Modal nikah? Hidupmu sulit juga, ya. Sebelum ada pasangan, kamu bahkan sudah mencicil modal menikah sepuluh tahun sebelumnya."Xavier tertawa kecil dan menimpali, "Begitulah ...."Kemudian, Xavier tiba-tiba merasa ada yang salah. Dia berucap, "Kelinci Kecil, apa maksudmu? Usiaku 25 tahun. Kamu lagi mengutukku nggak akan menikah sampai aku 35 tahun? Jahat sekali!"Tiffany mengangkat bahunya. Sambil menyeret koper keluar dari kamar, dia membalas, "Jahat apanya? Aku hanya membuat prediksi yang masuk akal. Dengan sifatmu yang menyebalkan itu, kamu pasti akan sulit dapat jodoh."Xavier memutar bola matan

    Last Updated : 2025-01-11
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 392

    Sean juga meminta penyumbat telinga untuk dirinya sendiri, tetapi suara Xavier masih saja menembus gendang telinganya. Dia hanya bisa memejamkan mata dan mengernyit dalam-dalam.Menurut rumor, sejak keluarga dari Kota Zenith itu dipimpin kepala keluarganya 12 tahun lalu, para anggotanya hidup di bawah aturan ketat. Apa Xavier terlalu dikekang di rumah sehingga dia menjadi begitu liar saat di luar? Sean berusaha menahan sabar sepanjang perjalanan.Akhirnya, pesawat jet mereka mendarat di Kota Aven. Di depan gerbang kedatangan, Xavier berpamitan sambil tersenyum ceria, "Kelinci Kecil, Pak Sean, sampai ketemu lagi! Jangan terlalu merindukanku, ya!"Tiffany mengusap matanya yang masih mengantuk. Dia lalu memutar bola matanya dan mencibir, "Siapa yang akan merindukannya?"Mereka hanya pernah mengobrol beberapa kali. Sean dan Xavier bahkan lebih jarang lagi bicara. Namun, pria itu selalu bersikap seolah-olah mereka sangat dekat. Apa Xavier terlalu ramah atau terlalu sok akrab?Tiffany merega

    Last Updated : 2025-01-12
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 393

    Sean yang sudah memprediksi jawaban Tiffany hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia lalu memanggil Sofyan datang dan berkata padanya, "Kamu dan Chaplin bisa pulang duluan. Tinggalkan kotak hadiah yang dibeli Tiffany, sisanya kalian bawa pulang."Sofyan mengangguk, lalu segera memberikan kotak hadiah yang dibeli Tiffany kemarin pada Sean. Setelah itu, dia pulang bersama Chaplin dengan mobil.Sean mengemudi sendiri, membawa Tiffany dari bandara di Kota Aven menuju desa tempat Zara tinggal.Tiffany yang duduk di kursi belakang memandang ke luar jendela. Dia tengah memikirkan betapa paman dan bibinya akan gembira saat mereka melihat apa yang dibelinya.Pemikiran ini membuatnya makin bersemangat. Tiffany bahkan mulai tertawa-tawa sendiri di kursi belakang.Sean yang mengemudi di depan hanya bisa menggeleng tanpa daya ketika melihat tingkah menggemaskan istrinya. Setiap tindak tanduk gadis itu selalu bisa membuatnya gemas hingga ingin memeluk dan melahapnya.Dengan mengikuti alama

    Last Updated : 2025-01-12
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 394

    Zara menarik Tiffany memasuki rumah sambil memutar bola matanya dan berseru, "Biarpun aku nggak di dekatmu, belum tentu juga kamu bisa dapat istri!"Tiffany menatap Zara tanpa daya. Pada pertemuan pertama mereka, dia sempat merasa rendah diri. Mereka sebaya, tetapi Zara terkesan jauh lebih dewasa baik dari segi IQ maupun EQ. Namun, sekarang ....Tiffany memandangi gadis di sebelahnya yang terus beradu mulut dengan Charles. Mungkin Zara hanya pintar berakting.Di dalam rumah bergaya tradisional itu, Mark dan Julie sudah menyiapkan peralatan makan di meja.Begitu Tiffany masuk, Zara langsung memamerkan hasil kerja kerasnya dan berkata, "Lihat, lihat. Ini paha ayam yang kumasak. Kak Julie bilang rasanya enak. Bahkan lebih enak dari masakan koki di Restoran Imperial."Tiffany memandang ke arah yang ditunjuk Zara. Terlihat sepiring paha ayam yang menggugah selera di sana. Setelah penerbangan pagi itu, Tiffany memang sudah lapar. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil satu paha ayam, tetapi

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 399

    Meskipun di dalam rumah sudah tidak ada orang lain, dua polisi berpakaian biasa itu tetap menunjukkan kartu identitas mereka dengan serius.Salah satu dari mereka berujar, "Pak Kendra, kami menerima laporan dari Nona Sanny yang mengatakan bahwa kamu terkait dengan kebakaran yang terjadi 13 tahun lalu. Mohon ikut dengan kami untuk menjalani penyelidikan.""Oke, aku akan ikut," jawab Kendra sambil tersenyum. Dia berbalik, lalu menyeret koper berisi hadiah dari Tiffany ke pintu belakang. Sebelumnya, dia sudah berbicara dengan Jones dan memintanya untuk membawa barang-barang di rumah ini setelah dia ditangkap.Setelah memastikan semuanya siap, Kendra kembali tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah kedua polisi itu. Dia berucap, "Ayo."Saat borgol dingin melingkar di pergelangan tangannya, Kendra hanya tersenyum. Ingatannya melayang jauh, kembali ke musim panas 13 tahun lalu.Musim panas itu, Tiffany yang baru berusia 6 tahun terkena flu berat yang sedang mewabah di desa. Penyakit itu sebe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 398

    Tiffany mengerucutkan bibirnya, lalu berbicara dengan kesal, "Sudahlah. Lagian, ini bukan pertemuan terakhir. Aku masih bisa bertemu Nenek lain kali saat pulang lagi."Tiffany hanya berencana tinggal setengah jam di rumah, sekadar meninggalkan hadiah lalu pergi. Dia sudah lama absen kuliah, apalagi ujian akhir semester akan segera tiba. Dia benar-benar tak boleh menunda lagi.Mengingat ini, Tiffany menarik napas dalam-dalam sebelum berujar, "Hmph! Tinggal kurang dari setengah bulan lagi sebelum ujian akhir!"Tiffany menambahkan, "Begitu ujian selesai dan liburan musim panas dimulai, aku akan pulang ke sini dan tinggal beberapa hari. Aku akan memastikan Nenek nggak punya waktu untuk pergi nonton orang main kartu karena dia harus menemani aku di rumah!""Lagian, aku juga jago main kartu! Aku bisa menemaninya bermain!" lanjut Tiffany. Dulu setiap liburan musim panas, dia selalu bermain kartu bersama nenek dan bibinya. Mengingat masa-masa itu sekarang, rasanya sedikit nostalgia.Kendra ter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 397

    Ketika Tiffany dan Sean tiba di Desa Maheswari, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih. Pagi harinya saat berangkat dari bandara, Tiffany sudah menelepon Kendra dan memberi tahu bahwa mereka akan tiba di rumah sekitar pukul 2 siang.Namun karena sedikit tertunda di tempat Zara, mobil mereka baru berhenti di depan rumah Kendra pada pukul setengah 4 sore. Begitu keluar dari mobil, Tiffany langsung berlari ke dalam halaman seperti anak kecil yang antusias. Dia berseru, "Paman!"Di belakangnya, Sean hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil membuka bagasi. Dengan cekatan, dia mengeluarkan koper besar yang penuh dengan hadiah yang dibawa Tiffany.Saat membawa koper ke pintu, pandangan Sean tertuju pada halaman kosong di sebelah rumah Kendra. Di sana, ada sebuah mobil sedan hitam yang terlihat baru. Jelas itu bukan mobil milik warga desa.Tiffany terkejut saat masuk ke rumah. Selain Kendra, ada dua pria berjas rapi yang duduk di sofa ruang tamu. Dia pun bertanya, "Paman, siapa kedua orang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 396

    Ketika seluruh rumah bergaya tradisional di depan perlahan menghilang dari pandangan, Tiffany menghela napas sebelum berucap, "Awalnya, hari ini cukup menyenangkan ...."Hanya saja, suasana itu berubah ketika Zara menyebutkan soal "ibu". Bagi Julie, kata "ibu" adalah luka yang tak pernah sembuh seumur hidupnya. Alhasil, mereka berdua membuat suasana makin berat seperti saling membuka luka lama."Ibuku dulu juga sangat baik padaku," ujar Sean sambil memegang kemudi. Dia menatap lurus ke depan. Emosi samar-samar terlihat di dalam matanya yang gelap dan dalam.Sean melanjutkan, "Sayangnya, dia pergi terlalu cepat. Dia adalah orang yang sangat baik hati, sama seperti kamu. Kalau saja dia nggak meninggal terlalu cepat ... aku yakin, kakakku nggak akan menjadi seperti sekarang."Tiffany menggigit bibirnya. Sean jarang membahas tentang keluarganya. Dia menarik napas panjang, lalu berkata lembut, "Aku bisa merasakan kalau ibumu orang yang sangat baik. Soalnya pengaruhnya pada dirimu terlihat j

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 395

    Sean mengernyit, lalu mengangguk dan menjawab, "Boleh.""Terima kasih," ujar Zara. Dia menunduk dan meminum sepertiga obat di tangannya sambil terisak pelan.Zara berkata, "Sebenarnya ... aku nggak sedekat itu dengan ayah dan kakakku. Sejak kecil hingga dewasa, hanya ibuku yang memperlakukanku dengan baik. Sayangnya ...."Gadis itu tersenyum pahit. Air mata mengalir tanpa bisa ditahan dari sudut matanya. "Aku merindukan ibuku ...," ucapnya.Tangisan Zara menular. Tangan Julie yang sedang memegang sendok makan juga membeku di udara. Dia tersenyum getir dan menimpali, "Sebenarnya, kamu masih lebih baik dariku."Julie menatap mata Zara yang memerah dan berucap dengan hati sendu, "Setidaknya kamu punya kenangan indah bersama ibumu. Kamu tahu apa yang kuingat tentang ibuku? Sebelum aku berusia 7 tahun, dia hanya terbaring tanpa bisa bergerak.""Setiap hari ayahku membersihkan tubuhnya dan perawat memberinya larutan nutrisi, sementara aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan kosong. Ibu lain

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 394

    Zara menarik Tiffany memasuki rumah sambil memutar bola matanya dan berseru, "Biarpun aku nggak di dekatmu, belum tentu juga kamu bisa dapat istri!"Tiffany menatap Zara tanpa daya. Pada pertemuan pertama mereka, dia sempat merasa rendah diri. Mereka sebaya, tetapi Zara terkesan jauh lebih dewasa baik dari segi IQ maupun EQ. Namun, sekarang ....Tiffany memandangi gadis di sebelahnya yang terus beradu mulut dengan Charles. Mungkin Zara hanya pintar berakting.Di dalam rumah bergaya tradisional itu, Mark dan Julie sudah menyiapkan peralatan makan di meja.Begitu Tiffany masuk, Zara langsung memamerkan hasil kerja kerasnya dan berkata, "Lihat, lihat. Ini paha ayam yang kumasak. Kak Julie bilang rasanya enak. Bahkan lebih enak dari masakan koki di Restoran Imperial."Tiffany memandang ke arah yang ditunjuk Zara. Terlihat sepiring paha ayam yang menggugah selera di sana. Setelah penerbangan pagi itu, Tiffany memang sudah lapar. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil satu paha ayam, tetapi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 393

    Sean yang sudah memprediksi jawaban Tiffany hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia lalu memanggil Sofyan datang dan berkata padanya, "Kamu dan Chaplin bisa pulang duluan. Tinggalkan kotak hadiah yang dibeli Tiffany, sisanya kalian bawa pulang."Sofyan mengangguk, lalu segera memberikan kotak hadiah yang dibeli Tiffany kemarin pada Sean. Setelah itu, dia pulang bersama Chaplin dengan mobil.Sean mengemudi sendiri, membawa Tiffany dari bandara di Kota Aven menuju desa tempat Zara tinggal.Tiffany yang duduk di kursi belakang memandang ke luar jendela. Dia tengah memikirkan betapa paman dan bibinya akan gembira saat mereka melihat apa yang dibelinya.Pemikiran ini membuatnya makin bersemangat. Tiffany bahkan mulai tertawa-tawa sendiri di kursi belakang.Sean yang mengemudi di depan hanya bisa menggeleng tanpa daya ketika melihat tingkah menggemaskan istrinya. Setiap tindak tanduk gadis itu selalu bisa membuatnya gemas hingga ingin memeluk dan melahapnya.Dengan mengikuti alama

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 392

    Sean juga meminta penyumbat telinga untuk dirinya sendiri, tetapi suara Xavier masih saja menembus gendang telinganya. Dia hanya bisa memejamkan mata dan mengernyit dalam-dalam.Menurut rumor, sejak keluarga dari Kota Zenith itu dipimpin kepala keluarganya 12 tahun lalu, para anggotanya hidup di bawah aturan ketat. Apa Xavier terlalu dikekang di rumah sehingga dia menjadi begitu liar saat di luar? Sean berusaha menahan sabar sepanjang perjalanan.Akhirnya, pesawat jet mereka mendarat di Kota Aven. Di depan gerbang kedatangan, Xavier berpamitan sambil tersenyum ceria, "Kelinci Kecil, Pak Sean, sampai ketemu lagi! Jangan terlalu merindukanku, ya!"Tiffany mengusap matanya yang masih mengantuk. Dia lalu memutar bola matanya dan mencibir, "Siapa yang akan merindukannya?"Mereka hanya pernah mengobrol beberapa kali. Sean dan Xavier bahkan lebih jarang lagi bicara. Namun, pria itu selalu bersikap seolah-olah mereka sangat dekat. Apa Xavier terlalu ramah atau terlalu sok akrab?Tiffany merega

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 391

    Tiffany bertanya sambil cemberut, "Bisnis keluarga yang kamu bilang itu ada di Kota Aven?""Pintar! Sebenarnya kepala keluarga memberiku uang untuk beli tiket pesawat sendiri. Tapi, waktu aku memberi tahu Pak Derek, dia bilang uang itu lebih baik aku tabung untuk modal menikah di masa depan," sahut Xavier sambil tersenyum cerah.Tiffany tertawa saat melihat raut serius Xavier. Dia berkata, "Modal nikah? Hidupmu sulit juga, ya. Sebelum ada pasangan, kamu bahkan sudah mencicil modal menikah sepuluh tahun sebelumnya."Xavier tertawa kecil dan menimpali, "Begitulah ...."Kemudian, Xavier tiba-tiba merasa ada yang salah. Dia berucap, "Kelinci Kecil, apa maksudmu? Usiaku 25 tahun. Kamu lagi mengutukku nggak akan menikah sampai aku 35 tahun? Jahat sekali!"Tiffany mengangkat bahunya. Sambil menyeret koper keluar dari kamar, dia membalas, "Jahat apanya? Aku hanya membuat prediksi yang masuk akal. Dengan sifatmu yang menyebalkan itu, kamu pasti akan sulit dapat jodoh."Xavier memutar bola matan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status