"Ibu mertua kamu, minta aku jadi istri kedua. Tapi kamu tenang saja, aku nggak benar- benar mau. Aku dan Mike, hanya akan bekerjasama dalam proyek perusahaan. Tapi kami berpura- pura mau, agar tidak mengecewakan ibu."'Aku berusaha percaya. Seorang Davina, model cantik yang baru naik daun, mana mungkin mau jadi istri kedua orang lain.'Aku berusaha diam, tidak banyak bicara saat makan malam diadakan. Aku juga tidak membahas apapun pada Mike, tentang dia yang pergi dengan Vina.Hari- hari kami berjalan seperti biasanya. Ibu mertua juga sudah setengah bulan ini, pergi liburan ke kota Kalvor.________”Happy anniversary sayang!” ucapku, ditengah malam kepada suamiku. Kebetulan malam ini, memang malam spesial bagi kami biasanya. Namun tidak ada sahutan. Aku mengernyitkan dahi, lalu menghidupkan saklar lampu kamar.Kamar sepi, padahal aku baru beberapa menit keluar kamar untuk mengambil kue yang kini berada di tanganku.Tapi Mike sudah tidak ada di tempat, aku pun berusaha mencarinya kese
Bab73"Entahlah." Ibu nampak tidak perduli dengan keterkejutanku. Dia malah memilih pergi, masuk ke kamarnya.'Aku masih terdiam, apakah mereka selama ini, bersandiwara di hadapanku?' Namun, belum habis keterkejutanku, ibu kembali keluar dari kamarnya dan bersuara."Harusnya kamu malu, Rosa. Tidak bisa membuat keluarga saya bahagia," ucap ibu dengan tangan di lipat didada, memandangiku dengan sinis. Aku hanya menunduk, mencoba meluaskan rasa sabar."Kamu denger nggak?" tanya Ibu sambil berteriak."Dengar, Bu." Aku menjawab singkat."Kalau dengar harusnya kamu sadar diri, obati diri kamu benar-benar, saya tidak akan pernah menyukai kamu sedikitpun. Sebelum kamu mampu memberikan anak saya keturunan.""Apa tujuan Ibu sebenarnya? Setiap hari melakukan hal ini." Aku memberanikan diri bertanya, rasanya sudah sia-sia aku bersabar, ibu selalu saja menyakiti hatiku sesukanya."Aku muak lihat kamu masih berada di rumah ini, nggak berguna sama sekali," bentaknya dengan mengibaskan rambut."Ini
Bab74Aku berhenti ke sebuah pusat perbelanjaan. Kucoba untuk menyenangkan hati disini.Dengan tenang, aku memasuki beberapa toko barang mewah. Langkahku terhenti, ketika terdengar suara memanggilku."Rosa!" Aku menoleh, mendapati Mike berdiri di kejauhan, dan berjalan sedikit cepat ke arahku."Mike," lirihku. Lelaki itu menatap dingin ke arahku."Kenapa keluar rumah tanpa memberitahuku? Kamu bahkan tidak izin sama ibu?"Aku menghela napas berat."Aku capek di rumah terus," sahutku."Tapi ibu nggak kasih kamu izin. Di rumah juga kamu nggak masak, kamu kenapa sih? Kamu jangan egois gini dong."Aku menatap dingin ke arahnya juga."Kamu sendiri kenapa ada disini? Nggak mungkin ini kebetulan. Nggak masuk akal juga, kamu tahu arah tujuanku. Dan 1 lagi, ini bukan kantormu," kataku. Kali ini, aku menatap tajam ke arahnya.Mike tergagap. Sebelum dia memberikan jawaban, terdengar suara Davina dari kejauhan."Sayang, sayang kamu dimana?"Aku sengaja berbalik badan, agar Davina tidak melihatku.
Bab75"Sebagai anak, apakah itu salah? Ini bagian dari bakti, Rosa.""Dengan mengorbankan perasaanku?""Jangan egois. Cobalah lihat dari sisi baiknya. Sebagai anak, apa salahnya ingin membuat ibunya bahagia. Aku juga tidak akan menceraikan kamu, Ros. Kamu istriku yang paling baik. Aku cinta dan sayang sama kamu, dan itu kenyataannya. Tidak ada siapapun, yang bisa gantikan kamu.""Nyatanya ada. Untuk apa bermanis kata, nyatanya hebat membuat luka. Kupikir kisah kita akan panjang, nyatanya? Lagi- lagi aku dihempaskan oleh harapan.""Kenapa harus meragukan? Nyatanya aku tidak pernah lalai dalam membahagiakan. Aku bisa adil, Rosa. Semua demi ibu, bisakah kamu hilangkan ego. Anggap saja, ini bukti cinta kamu ke aku."'Bukti cinta? Andai kamu tahu apa saja yang sudah aku korbankan, demi bisa bersama kamu, kamu pasti tidak akan sanggup melukai.'"Kamu hanya punya keluarga ini, Ros. Tolong hargai hubungan kita, anggap ibuku, seperti ibumu sendiri, kita sama- sama bahagiakan dia.""Sayangnya,
Bab76Melihat mata Rosa yang memerah, memancarkan kemarahan, Mike menyesal."Sayang, maaf. Aku tidak bermaksud menyakiti kamu ...." Mike berkata sembari mendekat, ingin menyentuh pipi Rosa yang mulai memar. Namun Rosa menepis tangan Mike."Jangan sentuh!!" geram Rosa."Seumur hidupku, tidak pernah ada yang berani menyakiti hatiku, apalagi fisikku. Tapi kamu! Kamu menyakiti hatiku, juga fisikku. Rupanya sia- sia selama ini aku disini, melayani, dan mencintai keluarga ini dengan tulus. Sekalipun ibu mertua tidak menyukaiku. Selagi kamu baik, aku ikhlas, aku relakan diriku selalu disalahkan, dihinanya. Tapi hari ini? Semua akan menjadi berbeda.""Aku khilaf, sayang. Maaf, maafkan aku." Mike berusaha memeluk Rosalinda, namun Rosa mendorong tubuh Mike, agar menjauh darinya."Sayang, aku tidak sengaja, maaf." Saat Mike berusaha memeluk Rosalinda lagi, nyonya Adis pun membuka kamar mereka, tanpa mengetuk pintu.Dan kondisi kamar saat itu, memang tidak terkunci. Jadi, nyonya Adis membuka pin
Bab77"Apa?" Nyonya Adis berteriak, dan berniat memukul wajah Rosalinda lagi. Namun Mike menahan tangan ibunya, dan membantu melepaskan tangan satunya lagi yang menggenggam rambut Rosalinda."Ibu tenang sedikit, tidak perlu menggunakan kekerasan begini," pinta Mike dengan tatapan kesal dan suaranya pun cukup tegas."Tapi Mike, Rosa ini mulai kurang ajar, dan nggak bisa diatur lagi. Kamu dengar sendiri tadi kan, dia bahkan berani mengancam- ngancam kita.""Ibu, jangan marahi Rosalinda lagi, dia nggak salah, aku yang salah. Aku yang jahat," lirih Davina, yang kini mulai menangis."Jangan menangis, kamu nggak usah bela perempuan mandul nggak berguna ini. Ibu muak sekali sama dia, menantu kurang ajar," ujar nyonya Adis, menatap jijik pada Rosalinda."Ros, jangan perpanjang lagi masalah ini. Tolong kamu nurut, minta maaf pada Davina, dan buat video klarifikasi, Ros. Itu saja, nggak lebih.""Kenapa aku harus minta maaf sama dia? Aku ada salah apa, dan klarifikasi tentang apa yang dia harapk
Bab78Rosalinda kini terdiam di dalam kamar. Kini Mike pun masuk, kemudian berlutut di hadapan Rosalinda."Sayang. Aku mohon, maafkan aku."Rosalinda diam, tidak bereaksi apapun."Sayang. Aku mohon jangan diam, aku nggak bisa kamu begini."Rosa tidak bergeming. Perasaannya hancur, dan dia kesulitan untuk memafkan.Mike menangis, memeluk kedua kaki Rosalinda. Rosalinda yang duduk disisi kasur, tetap terdiam."Jangan diamkan aku, sayang. Aku mohon, bicaralah. Apapun akan aku lakukan dan turuti, asal kamu nggak marah lagi sama aku."Rosa kini akhirnya mau menatap wajah Ammar, setelah diam saja dari tadi."Kamu mau melakukan apapun untukku?""Ya. Asal aku bisa, pasti aku turuti.""Baik. Keluarlah, bawa ibumu. Aku masih merenungi nasib seorang diri di rumah.""Tapi ...." Mike berniat protes. Namun melihat tatapan dingin Rosalinda, Mike memutuskan tetap menuruti.Mike akhirnya keluar kamar, mengajak ibunya pergi dengan alasan makan malam diluar.Disaat itulah, Rosalinda memanfaatkan keadaan
Bab79Malam ini, Rosalinda mengajak Mike, untuk makan malam bersama. Mike pun tidak menolak, dan setuju untuk pergi.Di tengah asik mengobrol sambil makan, Rosalinda membuka suara."Sayang. Kenapa selama menikah, kita tidak saling terbuka?" "Maksud kamu apa, sayang?" Suara Mike begitu lembut."Selama ini, teman- temanku rata' rata tahu pin ATM suaminya. Tapi aku?"Rosalinda menjeda kalimatnya, menatap penuh dengan tatapan yang mudah ditebak kalimat jedanya."Mereka sangat beruntung. Tapi tidak masalah, aku nggak gila harta juga. Lagian, kamu sudah baik sama aku selama ini.""Ini sepele sebenarnya. Pin ATM aku itu, tanggal pernikahan kita.""Serius?" Mata Rosalinda berkaca- kaca."Iya, sayang."Rosalinda tersenyum bahagia, untung saja selama ini, dia tidak pernah terlihat serakah. Jadi, tentu saja Mike percaya dengannya.Besoknya, Rosalinda pergi dengan taksi, untuk mengambil semua uang, yang ada di kartu ATM milik Mike. Kartu ATM yang ada di brankas, sedangkan yang di dompetnya, mung
Permintaan Terakhir IstrikuPart1Hallo, aku Mala, anak tunggal dari Baskoro dan Julia. Hobbyku adalah membuat berbagai kue yang lezat dan cantik! Setelah lulus kuliah, aku tidak berniat untuk melanjutkan bekerja sesuai jurusanku. Tapi aku meminta Ayah untuk memberikan aku modal untuk membuka toko kue, sesuai cita-citaku. Untungnya Ayah selalu saja menuruti kehendakku. Sedangkan Bundaku sedikit cerewet dan tak menyukai pilihanku, bagi Bunda, jadi penjual kue itu memalukan. Tapi aku tak begitu peduli, ia lebih setuju jika aku bekerja di perusahaan besar, dengan gaji yang besar pula. Bunda Julia, dia begitu banyak memiliki teman sosialitan, dulunya ia seorang desainer terkenal, bahkan Butik yang kini ia buka pun sangat ramai pengunjung."Mala Baskoro! Kapan kamu berhenti dari cita-cita konyolmu ini?" tanya Bunda dengan berang, ketika memperlihatkan fotoku yang tengah mengantar kue pesanan pelanggan dari tokoku. Aku begitu bekerja keras merintis usahaku dari nol, aku pembuatnya, aku jug
°pov Jalu°Aku tidak akan rela, jika Rosalinda jatuh ke pelukan lelaki lain, termasuk Gunawan.Apapun caranya, aku akan merebut Rosa kembali ke pelukanku.Saat aku melihat Rosa dan Airin berada di cafe, aku pun berusaha memberanikan diri, membujuk Rosa untuk kembali.Namun, lagi-lagi kecewa yang aku terima, ia bahkan tidak menghiraukan perkataanku, padahal aku begitu mengiba kepadanya.'Aku nggak akan menyerah, Rosa. Kamu nggak mau kembali kepadaku, maka tidak ada seorang pun yang berhak memiliki mu, kecuali aku.' kupacu semangat dalam diriku lagi, untuk berjuang merebut hati Rosalinda kembali. Tentunya secara diam-diam, agar Ratih tidak tahu perasaanku yang sesungguhnya. Saat ini, aku memang tidak memiliki kekuatan apapun, selain mengikuti perintah Ratih.________"Kak, ini Jalu, aku mau kakak kasih dia pekerjaan yang memiliki jabatan baik di kantor ini," ucap Ratih pada Arjun, Kaka tirinya yang kaya raya."Apa kebisaan kamu? Sehingga meminta posisi yang layak di kantor saya?" tanya
Bab84"Ros, maaf!" lirih Liandi, dengan wajah menunduk. Aku mengulas senyum. "Iya, aku juga minta maaf, tadi membentak kamu!" sahutku."Yasudah, kita fokus kembali saja, kamu sambil cek beberapa berkas pekerjaan yang Mike tinggalkan, mana tahu ada bukti baru lagi, mengenai kecurangannya selama menjabat sebagai CEO." "Ah, kamu benar juga, aku mau cek semua berkas dulu, semoga saja ada titik terang. Lagi pula aku urung mau melaporkannya, kasihan Ibunya sebatang kara. Lagi pula, uang ratusan juta itu, sudah berada di rekeningku.""Luar biasa, aku suka kebaikan hati kamu.""Aku mah dari dulu memang baik, dari lahir malah." Aku menjawab seraya tertawa geli."Percaya diri betul," sahutnya sambil nyengir-nyengir tidak jelas.Aku hanya menanggapinya dengan senyuman, sambil mulai melihat-lihat berkas-berkas yang bertumpuk di atas meja.Semua data sih aman saja sejauh ini. Berarti memang tidak begitu banyak yang sempat ia korupsi, kurang lebih dua ratus juta saja, nggak masalah!"Sebab seratu
Bab83"Ros ...." Suara ketukan pintu dari luar kamar, menghentikan aktivitasku yang tengah asik berdandan secantik mungkin, sebab, hari ini aku akan kembali ke kantor Papah.Sekalian untuk menyaksikan penurun jabatan Mas Jalu. Ah, rasanya tidak sabar lagi, mau membuat Mas Jalu dan Ratih hancur lebur.Pastinya, hari ini akan menjadi sejarah memalukan dalam hidup mereka berdua.Aku berjalan menuju pintu kamar. "Ada apa? Mah." Aku bertanya dengan wajah mendongak di balik pintu."Sayang, buruan! Papah sudah menunggu untuk sarapan!" titah Mamah sambil mengulas senyum menatapku."Iya, Mah. Bentar lagi Ros turun, Mamah duluan saja!" ujarku. Mamah pun mengangguk, ia lalu menuruni anak tangga.Aku pun bergegas menyusulnya, untuk sarapan bersama keluarga. Moment ini, rasanya sedikit mengiris hati. 'Semoga nanti aku pun memiliki keluarga seharmonis Mamah dan Papah.' batinku, rasanya pilu membayangkan kandasnya rumah tangga, yang mati-matian aku perjuangkan."Ros, kok ngelamun? Nak. Ayo sarapan
Bab82"Rosa ..., Menantu nggak ada akhlak emang!" teriak Ibu mertua membahana keseluruh ruangan. Bahkan suaranya terngiang-ngiang mengikuti langkahku menaiki anak tangga menuju kamar. Jika saja mulut Ibu tidak setajam silet, mungkin aku tidak akan setega ini kepadanya.Bertahun-tahun aku selalu ia perlakukan kasar, namun aku tidak pernah membenci maupun marah kepadanya. Namun kali ini sudah berbeda, Ibu mas Jalu tetap saja selalu angkuh dan se'enaknya. Seakan ia lupa keadaannya seperti apa, gila harta pula."Ros ...." Suara mas Jalu memanggil namaku, ketika ia membuka pintu kamar, lalu masuk ke dalam. Aku hanya menatapnya sesaat, sambil menyandarkan tubuh di dipan yang berukir kayu jati. Mas Jalu, ia duduk di bibir ranjang, sambil menatapku datar.Aku mengernyitkan dahi. "Ada apa?" tanyaku bingung."Ros, maaf, Ibu akan tinggal bersama kita!" ucapnya pelan dengan wajah menunduk."Nggak, aku nggak setuju!" jawabku cepat. "Ibu mampir sebentar saja rumah ini sudah rame dengan ocehan, ap
Bab81"Ros, ibu butuh uang banyak. Aku boleh pinjam simpanan kamu, nggak?"Mereka tidak menjawab pertanyaaku tadi, malah mau uang?Aku hanya mengulas senyum. "Oh, emang ibu perlu uangnya untuk apa?" Aku kembali melayangkan pertanyaan.Mas Jalu seketika langsung menegang. Ia bahkan enggan melihatku lagi, entahlah."Mas ...." Aku kembali menyebut namanya."Ibu ..., dia dituduh melakukan penipuan, jadi sekarang masih di tahan di kantor Polisi. Guna melengkapi data-data penyidikan."Kok bisa di tuduh, kalau tuduhan tanpa bukti, harusnya tidak akan kuat untuk menahan Ibu.""Entahlah," jawab Mas Jalu lesu.Aku memandang ke arah Ratih, namun Ratih dengan cepat membuang pandangan dariku.'Cih, belagu kali, bentar lagi juga bangkrut si Jalu itu, siap-siap menampung para Benalu. Terlebih Ibu mertua yang sombong dan cerewetnya tidak ketulungan.' batinku tertawa geli, walau hanya bermain dengan imajinasi."Ratih, terimakasih ya! Sudah mau menolong Ibu Mertua." Aku mengucap sambil tersenyum kepada
Bab80'Ayo Rosa, bangkit dan hadapi para bedebah itu dengan cantik. Buat mereka menyesal seumur hidup, telah menyia-nyiakan ketulusan kamu.' batinku mencoba memberi semangat, meskipun konsekuensinya, aku akan hancur dan terluka. "Apa rencana kamu, Ros?" Ibu bertanya."Banyak, terutama untuk mengembalikan Mike kepada asalnya." "Besok kamu berpura- pura pergi liburan. Pasang cctv, agar lebih cepat mendapatkan bukti. Agar secepatnya pula, mengurus perceraian kalian.""Wah, ibu benar juga. Tapi ibu mertua pasti melarangku, Bu."Ibu tersenyum dan mengeluarkan dua tiket."Berikan tiket ini untuknya. Dan dia akan pergi lebih dulu, agar tidak menghalangi rencana kamu.""Ibu selalu saja banyak idenya. Makasih ya, Bu. Rosa sayang ibu." Aku memeluk lengan ibu. Setelah pulang ke rumah, setengah jam berlalu, ibu mertua pun datang bersama Davina.Wajahnya nampak terlihat tidak berdaya."Ada apa, Bu?" Aku berjalan sambil bertanya."Ada apa- ada apa? Jangan banyak tanya, saya lagi pusing.""Mend
Bab79Malam ini, Rosalinda mengajak Mike, untuk makan malam bersama. Mike pun tidak menolak, dan setuju untuk pergi.Di tengah asik mengobrol sambil makan, Rosalinda membuka suara."Sayang. Kenapa selama menikah, kita tidak saling terbuka?" "Maksud kamu apa, sayang?" Suara Mike begitu lembut."Selama ini, teman- temanku rata' rata tahu pin ATM suaminya. Tapi aku?"Rosalinda menjeda kalimatnya, menatap penuh dengan tatapan yang mudah ditebak kalimat jedanya."Mereka sangat beruntung. Tapi tidak masalah, aku nggak gila harta juga. Lagian, kamu sudah baik sama aku selama ini.""Ini sepele sebenarnya. Pin ATM aku itu, tanggal pernikahan kita.""Serius?" Mata Rosalinda berkaca- kaca."Iya, sayang."Rosalinda tersenyum bahagia, untung saja selama ini, dia tidak pernah terlihat serakah. Jadi, tentu saja Mike percaya dengannya.Besoknya, Rosalinda pergi dengan taksi, untuk mengambil semua uang, yang ada di kartu ATM milik Mike. Kartu ATM yang ada di brankas, sedangkan yang di dompetnya, mung
Bab78Rosalinda kini terdiam di dalam kamar. Kini Mike pun masuk, kemudian berlutut di hadapan Rosalinda."Sayang. Aku mohon, maafkan aku."Rosalinda diam, tidak bereaksi apapun."Sayang. Aku mohon jangan diam, aku nggak bisa kamu begini."Rosa tidak bergeming. Perasaannya hancur, dan dia kesulitan untuk memafkan.Mike menangis, memeluk kedua kaki Rosalinda. Rosalinda yang duduk disisi kasur, tetap terdiam."Jangan diamkan aku, sayang. Aku mohon, bicaralah. Apapun akan aku lakukan dan turuti, asal kamu nggak marah lagi sama aku."Rosa kini akhirnya mau menatap wajah Ammar, setelah diam saja dari tadi."Kamu mau melakukan apapun untukku?""Ya. Asal aku bisa, pasti aku turuti.""Baik. Keluarlah, bawa ibumu. Aku masih merenungi nasib seorang diri di rumah.""Tapi ...." Mike berniat protes. Namun melihat tatapan dingin Rosalinda, Mike memutuskan tetap menuruti.Mike akhirnya keluar kamar, mengajak ibunya pergi dengan alasan makan malam diluar.Disaat itulah, Rosalinda memanfaatkan keadaan