Share

39. Kaget

Author: Tetiimulyati
last update Last Updated: 2025-02-17 16:17:20

"Mas Haikal tidak akan menceraikan aku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sementara aku tidak mau jika harus berbagi. Apalagi dengan Arumi. Jadi kuputuskan untuk mengurus perceraian sendiri."

Kulihat mereka mengangguk tanda mengerti.

"Apa pun itu, kami mendukungmu, Ros. Menurutku juga lebih baik berpisah." Amanda mengusap lenganku.

Wika menarik nafas panjang lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Amplop.

"Ini dari kami, terserah mau kamu gunakan untuk apa uang tersebut. Sebenarnya kami ingin menyarankan supaya kamu berpisah saja dengan Mas Haikal tapi nggak enak juga, Masa teman nyuruh cerai sih." Wika tersenyum canggung.

"Aku sudah mempertimbangkan baik-baik, Ka. Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi terus bertahan."

"Jika di posisimu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Terimalah, Ros!"

Wika membuka telapak tanganku dan menaruh amplop itu di tasnya. Tak terasa mataku menghangat dan begitu saja air mata mengalir membasahi pipi.

"Terima kasih, ya. Aku gak tahu apa j
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    40. Lelah

    Tak henti mengucap syukur dan berterima kasih kepada teman-temanku. Berkat bantuan mereka, akhirnya surat-surat tanah dan rumah beralih ke tanganku lagi. Pun perceraianku dengan Mas Haikal segera diurus. Untuk urusan dengan Serly, dia tidak menekankan padaku. Tanah itu sekarang adalah milik Serly, surat-suratnya pun aku serahkan kepada Serly meski dia menolak. "Kamu saja yang simpan, Ros." "Ini milik kamu sekarang, Ser." "Tidak. Jangan seperti itu Ros. Aku hanya ingin membantu kamu, itu saja. Jujur aku gregetan melihat kelakuan Arumi dan Haikal. Mereka sudah berkhianat ditambah lagi menghina dan memfitnah kamu dengan isyu utang itu." "Aku memang berhutang, maksudku Ibu dulu memang berhutang." "Tapi bukan pada Arumi melainkan pada Juragan Sidik. Arumi hanya memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadinya, demi ambisinya." Aku mengangguk, rasanya aku sudah kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kelakuan mereka dan mengungkapkan perasaanku karena itu. Tak habis pikir kenap

    Last Updated : 2025-02-18
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    41. Tuduhan

    "Siapa yang sudah mempengaruhi kamu sehingga kamu nekad mengambil keputusan untuk berpisah dariku?" Tanpa basa-basi dia mengajukan pertanyaan. "Kamu Mas." "Jangan ngawur Ros! Aku tidak pernah memintamu untuk meninggalkan aku." Mas nya tidak sadar kalau kelakuannya selama ini sudah membuatku lelah sehingga aku mengambil keputusan untuk berpisah. "Tapi sikapmu itu yang terus memaksaku untuk menjauh darimu. Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas." "Kamu jangan berbelat-belit Ros. Kapan aku bersikap kasar padamu? Selama ini aku selalu bertanggung jawab kepada kamu dan Alfan, bahkan adikmu itu." Ya ampun, masih juga tidak sadar. "Seseorang dikatakan baik bukan karena tidak pernah bersikap kasar saja. Tapi kelakuan kamu bersama Arumi itu sudah lebih dari sebuah tamparan atau tendangan. Pun dengan wanita-wanita sebelum Arumi. Lagipula, sekarang Mas Haikal sudah tidak lagi memberikan uang untuk keperluan Alfan." "Itu karena salah kamu sendiri yang tidak menuruti padaku. Coba saja k

    Last Updated : 2025-02-18
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    42. Menggeledah

    Selang beberapa menit Bu Widya datang tergesa-gesa. Sementara kami masih saling diam dan duduk berjauhan. Eliza nampak tenang sambil memainkan ponsel pintarnya. Sesekali dia melirik sinis ke arahku. Sepertinya dia yakin sekali dengan tuduhannya. "Ada apa?" tanya Bu Widya begitu sampai di hadapan kami. Eliza berdiri diikuti oleh Haris dan aku. "Kecurigaanku ternyata benar, Ma. Mas Haris dan wanita itu ternyata ada main. Barusan aku memergoki mereka sedang berada di kamar!" ucap Eliza lantang sambil menunjuk ke arahku. "Itu tidak semuanya benar, Ma. Aku dan Rosa barusan memang berada di kamar nenek. Kami memindahkan nenek yang tertidur di meja makan," jawab Haris. "Nenek tertidur di meja makan?" tanya Bu Widya sambil menautkan alisnya. Lalu beralih menatapku meminta penjelasan. "Iya, Bu. Saya juga tidak mengerti ketika makan nenek bilang kalau beliau mengantuk dan beberapa saat kemudian tertidur. Bahkan makanannya pun belum habis. Terus Haris datang dan kami memindahkan nen

    Last Updated : 2025-02-19
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    43. Kehilangan Lagi

    "Rosa, saya tidak mau menuduh kamu, tapi tidak ada orang lain selain kamu disini sebelum kejadian itu." Bu Widya angkat bicara. Namun, kelihatannya dia tidak enak berbicara seperti itu padaku. "Saya berani bersumpah, Bu, saya tidak melakukan itu." "Ma, tidak mungkin Rosa. Aku tahu Rosa itu seperti apa." Haris mendekat ke arah Bu Widya. "Jadi kamu tetap membela si Rosa ini?" Mendengar Haris membelaku, Eliza makin meradang. Matanya menatap tajam ke arah Haris sementara telunjuknya lurus ke arah wajahku. "Aku lebih mengenal Rosa dari pada kamu!" Haris kembali membentak istrinya. Mereka bicara tanpa canggung, saling menunjuk, saling membentak. Apakah Haris dan Eliza sudah biasa bersitegang seperti ini? "Kalau begitu kita geledah saja tempat ini, aku yakin kita dapat menemukan petunjuk," usul Eliza berapi-api. "Saya tidak keberatan." Aku merasa tidak melakukan apapun jadi aku tidak takut jika mereka memeriksa tempat ini. Sesuai permintaan Eliza, aku tidak boleh ikut berge

    Last Updated : 2025-02-19
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    44. Yang Penting Halal

    Sudah satu minggu aku kembali ke rumah Ibu. Ya, aku memutuskan untuk kembali, selain karena kontrakan sudah habis dan aku tidak punya pekerjaan lagi. Aku pikir lebih baik pulang dulu ke rumah lama. Untuk menghemat juga lantaran tinggal di sini tidak perlu bayar. Aku hanya memikirkan untuk makan dan kebutuhan lainnya. Uang dari Bu Widya aku gunakan untuk makan sehari-hari saja. Mungkin cukup untuk makan beberapa minggu dan biaya Delia masuk SMA ditambah tabungan selama aku bekerja di rumah Bu Widya. Untuk kedepannya aku akan mencari pekerjaan lagi yang bisa sambil menjaga Alfan. Semoga saja bisa segera mendapatkan pekerjaan lagi. Perceraianku dengan Mas Haikal sedang dalam proses, mungkin bulan depan aku sudah resmi berpisah darinya. Setelah itu aku akan benar-benar terbebas dari pria itu. Pria yang selama ini pura-pura mencintaiku dibalik kata-kata manis penuh racun. "Minggu depan acara perpisahan sekolah Kak, aku tidak punya baju yang pantas," rengek Delia sore ini. "Coba

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    45. Peluang

    "Mesin jahit itu mau diapain kak?" tanya Delia ketika aku membersihkan mesin jahit manual milik Ibu yang merupakan warisan dari nenek. "Untuk menjahit baju kamu, Dek." "Yakin kakak bisa?" Delia nampak meragukan aku. "In sha Allah. Mau memakai jasa penjahit, kakak sudah tidak ada uang lagi. Bismillah mudah-mudahan bisa." Delia mengangguk ragu. Aku juga sebenarnya ragu, tapi mau bagaimana mana lagi. Uang simpanan sisa sedikit untuk makan. Sampai saat ini aku belum ada lagi pekerjaan. Meski pun tidak pernah kursus menjahit, tapi aku rajin mengotak-atik mesin jahit warisan nenek ini. Untuk seragam sekolah aku dan Delia memang selalu ibu yang membuatnya dengan mesin ini. Aku juga beberapa kali membuat bajuku sendiri, meski tidak sebagus buatan butik tapi lumayan lah bisa sedikit menghemat. Bismillah saja, semoga hasilnya sesuai harapan. Selama dua hari aku mengotak-atik kain itu, akhirnya selesai juga. Satu set kebaya dan kain batik yang modelnya aku contek dari media sosial begitu

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    46. Awal yang Baik

    "Ambil aja kak! Ini peluang, lho." Delia bersemangat agar aku menerima tawaran itu. Akhirnya dengan bismillah aku terima orderan Mamanya teman Delia. Sebanyak tiga set kebaya untuk seragam wisuda dan satu baju batik. Model dan warnanya beliau yang memilih. Karena tidak ada modal untuk membeli kain, akhirnya aku mengumpulkan dulu uang dari hasil buruh di kebun orang. Untuk makan sehari-hari aku terpaksa utang dulu ke warung depan. Alhamdulillah meski hampir tidak ada waktu untuk beristirahat, aku ada tambahan penghasilan. Pagi hingga sore hari aku bekerja di ladang orang dan malamnya aku mengerjakan jahitan pesanan temannya Delia. Alhamdulillah Alfan tidak rewel dan Delia juga membantu pekerjaan rumah. Meski cape tapi tidak aku rasa, mudah-mudahan pekerjaanku tidak mengecewakan. "Ini yang udah siap satu set, aku promosikan di sosial media, ya, Kak." Delia berinisiatif memproklamasikan hasil jahitanku. "Boleh. Mudah-mudahan ada yang suka," jawabku penuh harap. "Kakak berhe

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    47. Tetangga

    "Aku antar, ya, kasihan anak kamu harus jalan kaki panas-panas begini." Suaranya terdengar semakin keras. Dia kira aku tidak menjawab karena aku tak mendengarnya. "Aku naik angkutan umum saja!" "Ini gratis, lho." "Nggak perduli!" Mobil bak tersebut berhenti, dan Andra turun lalu menghalangi jalanku. "Alfan mau nggak naik mobil Om Andra?" Setelah dia berjongkok lalu bertanya pada Alfan. Alfan menoleh ke arahku lalu mengangguk. "Ayok!" Tanpa permisi izin dulu padaku dia meraih tangan Alfan dan membawanya pergi. "Hey! Kamu bisa aku teriaki penculik lho," ucapku agak keras. "Baiklah, tetapi aku akan bilang kalau kamu telah menyiksa anak ini dengan membawanya berjalan di bawah sinar matahari." Dia berhenti sejenak lalu kembali melangkah. Menoleh ke arah Alfan sambil tersenyum. Kulihat Abang juga terlihat bahagia karena akan naik mobil. Aku menghela panjang, karena tidak mungkin lagi menolak melihat anakku begitu gembira. "Ayok, Bu!" Alfan memang sudah akrab dengan Andra, sewa

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    47. Tetangga

    "Aku antar, ya, kasihan anak kamu harus jalan kaki panas-panas begini." Suaranya terdengar semakin keras. Dia kira aku tidak menjawab karena aku tak mendengarnya. "Aku naik angkutan umum saja!" "Ini gratis, lho." "Nggak perduli!" Mobil bak tersebut berhenti, dan Andra turun lalu menghalangi jalanku. "Alfan mau nggak naik mobil Om Andra?" Setelah dia berjongkok lalu bertanya pada Alfan. Alfan menoleh ke arahku lalu mengangguk. "Ayok!" Tanpa permisi izin dulu padaku dia meraih tangan Alfan dan membawanya pergi. "Hey! Kamu bisa aku teriaki penculik lho," ucapku agak keras. "Baiklah, tetapi aku akan bilang kalau kamu telah menyiksa anak ini dengan membawanya berjalan di bawah sinar matahari." Dia berhenti sejenak lalu kembali melangkah. Menoleh ke arah Alfan sambil tersenyum. Kulihat Abang juga terlihat bahagia karena akan naik mobil. Aku menghela panjang, karena tidak mungkin lagi menolak melihat anakku begitu gembira. "Ayok, Bu!" Alfan memang sudah akrab dengan Andra, sewa

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    46. Awal yang Baik

    "Ambil aja kak! Ini peluang, lho." Delia bersemangat agar aku menerima tawaran itu. Akhirnya dengan bismillah aku terima orderan Mamanya teman Delia. Sebanyak tiga set kebaya untuk seragam wisuda dan satu baju batik. Model dan warnanya beliau yang memilih. Karena tidak ada modal untuk membeli kain, akhirnya aku mengumpulkan dulu uang dari hasil buruh di kebun orang. Untuk makan sehari-hari aku terpaksa utang dulu ke warung depan. Alhamdulillah meski hampir tidak ada waktu untuk beristirahat, aku ada tambahan penghasilan. Pagi hingga sore hari aku bekerja di ladang orang dan malamnya aku mengerjakan jahitan pesanan temannya Delia. Alhamdulillah Alfan tidak rewel dan Delia juga membantu pekerjaan rumah. Meski cape tapi tidak aku rasa, mudah-mudahan pekerjaanku tidak mengecewakan. "Ini yang udah siap satu set, aku promosikan di sosial media, ya, Kak." Delia berinisiatif memproklamasikan hasil jahitanku. "Boleh. Mudah-mudahan ada yang suka," jawabku penuh harap. "Kakak berhe

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    45. Peluang

    "Mesin jahit itu mau diapain kak?" tanya Delia ketika aku membersihkan mesin jahit manual milik Ibu yang merupakan warisan dari nenek. "Untuk menjahit baju kamu, Dek." "Yakin kakak bisa?" Delia nampak meragukan aku. "In sha Allah. Mau memakai jasa penjahit, kakak sudah tidak ada uang lagi. Bismillah mudah-mudahan bisa." Delia mengangguk ragu. Aku juga sebenarnya ragu, tapi mau bagaimana mana lagi. Uang simpanan sisa sedikit untuk makan. Sampai saat ini aku belum ada lagi pekerjaan. Meski pun tidak pernah kursus menjahit, tapi aku rajin mengotak-atik mesin jahit warisan nenek ini. Untuk seragam sekolah aku dan Delia memang selalu ibu yang membuatnya dengan mesin ini. Aku juga beberapa kali membuat bajuku sendiri, meski tidak sebagus buatan butik tapi lumayan lah bisa sedikit menghemat. Bismillah saja, semoga hasilnya sesuai harapan. Selama dua hari aku mengotak-atik kain itu, akhirnya selesai juga. Satu set kebaya dan kain batik yang modelnya aku contek dari media sosial begitu

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    44. Yang Penting Halal

    Sudah satu minggu aku kembali ke rumah Ibu. Ya, aku memutuskan untuk kembali, selain karena kontrakan sudah habis dan aku tidak punya pekerjaan lagi. Aku pikir lebih baik pulang dulu ke rumah lama. Untuk menghemat juga lantaran tinggal di sini tidak perlu bayar. Aku hanya memikirkan untuk makan dan kebutuhan lainnya. Uang dari Bu Widya aku gunakan untuk makan sehari-hari saja. Mungkin cukup untuk makan beberapa minggu dan biaya Delia masuk SMA ditambah tabungan selama aku bekerja di rumah Bu Widya. Untuk kedepannya aku akan mencari pekerjaan lagi yang bisa sambil menjaga Alfan. Semoga saja bisa segera mendapatkan pekerjaan lagi. Perceraianku dengan Mas Haikal sedang dalam proses, mungkin bulan depan aku sudah resmi berpisah darinya. Setelah itu aku akan benar-benar terbebas dari pria itu. Pria yang selama ini pura-pura mencintaiku dibalik kata-kata manis penuh racun. "Minggu depan acara perpisahan sekolah Kak, aku tidak punya baju yang pantas," rengek Delia sore ini. "Coba

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    43. Kehilangan Lagi

    "Rosa, saya tidak mau menuduh kamu, tapi tidak ada orang lain selain kamu disini sebelum kejadian itu." Bu Widya angkat bicara. Namun, kelihatannya dia tidak enak berbicara seperti itu padaku. "Saya berani bersumpah, Bu, saya tidak melakukan itu." "Ma, tidak mungkin Rosa. Aku tahu Rosa itu seperti apa." Haris mendekat ke arah Bu Widya. "Jadi kamu tetap membela si Rosa ini?" Mendengar Haris membelaku, Eliza makin meradang. Matanya menatap tajam ke arah Haris sementara telunjuknya lurus ke arah wajahku. "Aku lebih mengenal Rosa dari pada kamu!" Haris kembali membentak istrinya. Mereka bicara tanpa canggung, saling menunjuk, saling membentak. Apakah Haris dan Eliza sudah biasa bersitegang seperti ini? "Kalau begitu kita geledah saja tempat ini, aku yakin kita dapat menemukan petunjuk," usul Eliza berapi-api. "Saya tidak keberatan." Aku merasa tidak melakukan apapun jadi aku tidak takut jika mereka memeriksa tempat ini. Sesuai permintaan Eliza, aku tidak boleh ikut berge

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    42. Menggeledah

    Selang beberapa menit Bu Widya datang tergesa-gesa. Sementara kami masih saling diam dan duduk berjauhan. Eliza nampak tenang sambil memainkan ponsel pintarnya. Sesekali dia melirik sinis ke arahku. Sepertinya dia yakin sekali dengan tuduhannya. "Ada apa?" tanya Bu Widya begitu sampai di hadapan kami. Eliza berdiri diikuti oleh Haris dan aku. "Kecurigaanku ternyata benar, Ma. Mas Haris dan wanita itu ternyata ada main. Barusan aku memergoki mereka sedang berada di kamar!" ucap Eliza lantang sambil menunjuk ke arahku. "Itu tidak semuanya benar, Ma. Aku dan Rosa barusan memang berada di kamar nenek. Kami memindahkan nenek yang tertidur di meja makan," jawab Haris. "Nenek tertidur di meja makan?" tanya Bu Widya sambil menautkan alisnya. Lalu beralih menatapku meminta penjelasan. "Iya, Bu. Saya juga tidak mengerti ketika makan nenek bilang kalau beliau mengantuk dan beberapa saat kemudian tertidur. Bahkan makanannya pun belum habis. Terus Haris datang dan kami memindahkan nen

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    41. Tuduhan

    "Siapa yang sudah mempengaruhi kamu sehingga kamu nekad mengambil keputusan untuk berpisah dariku?" Tanpa basa-basi dia mengajukan pertanyaan. "Kamu Mas." "Jangan ngawur Ros! Aku tidak pernah memintamu untuk meninggalkan aku." Mas nya tidak sadar kalau kelakuannya selama ini sudah membuatku lelah sehingga aku mengambil keputusan untuk berpisah. "Tapi sikapmu itu yang terus memaksaku untuk menjauh darimu. Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas." "Kamu jangan berbelat-belit Ros. Kapan aku bersikap kasar padamu? Selama ini aku selalu bertanggung jawab kepada kamu dan Alfan, bahkan adikmu itu." Ya ampun, masih juga tidak sadar. "Seseorang dikatakan baik bukan karena tidak pernah bersikap kasar saja. Tapi kelakuan kamu bersama Arumi itu sudah lebih dari sebuah tamparan atau tendangan. Pun dengan wanita-wanita sebelum Arumi. Lagipula, sekarang Mas Haikal sudah tidak lagi memberikan uang untuk keperluan Alfan." "Itu karena salah kamu sendiri yang tidak menuruti padaku. Coba saja k

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    40. Lelah

    Tak henti mengucap syukur dan berterima kasih kepada teman-temanku. Berkat bantuan mereka, akhirnya surat-surat tanah dan rumah beralih ke tanganku lagi. Pun perceraianku dengan Mas Haikal segera diurus. Untuk urusan dengan Serly, dia tidak menekankan padaku. Tanah itu sekarang adalah milik Serly, surat-suratnya pun aku serahkan kepada Serly meski dia menolak. "Kamu saja yang simpan, Ros." "Ini milik kamu sekarang, Ser." "Tidak. Jangan seperti itu Ros. Aku hanya ingin membantu kamu, itu saja. Jujur aku gregetan melihat kelakuan Arumi dan Haikal. Mereka sudah berkhianat ditambah lagi menghina dan memfitnah kamu dengan isyu utang itu." "Aku memang berhutang, maksudku Ibu dulu memang berhutang." "Tapi bukan pada Arumi melainkan pada Juragan Sidik. Arumi hanya memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadinya, demi ambisinya." Aku mengangguk, rasanya aku sudah kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kelakuan mereka dan mengungkapkan perasaanku karena itu. Tak habis pikir kenap

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    39. Kaget

    "Mas Haikal tidak akan menceraikan aku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sementara aku tidak mau jika harus berbagi. Apalagi dengan Arumi. Jadi kuputuskan untuk mengurus perceraian sendiri." Kulihat mereka mengangguk tanda mengerti. "Apa pun itu, kami mendukungmu, Ros. Menurutku juga lebih baik berpisah." Amanda mengusap lenganku. Wika menarik nafas panjang lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Amplop. "Ini dari kami, terserah mau kamu gunakan untuk apa uang tersebut. Sebenarnya kami ingin menyarankan supaya kamu berpisah saja dengan Mas Haikal tapi nggak enak juga, Masa teman nyuruh cerai sih." Wika tersenyum canggung. "Aku sudah mempertimbangkan baik-baik, Ka. Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi terus bertahan." "Jika di posisimu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Terimalah, Ros!" Wika membuka telapak tanganku dan menaruh amplop itu di tasnya. Tak terasa mataku menghangat dan begitu saja air mata mengalir membasahi pipi. "Terima kasih, ya. Aku gak tahu apa j

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status