Share

35. Posesif

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 15:59:51

Sejenak Andra mengamati poto tersebut, lalu kepalanya bergerak mengangguk samar.

"Ya, benar. Dia orangnya. Siapa dia?" Andra beralih menatapku.

"Dia ayahnya Alfan." jawabku sambil membuang pandangan.

"Masih suami kamu?" tanya Andra ragu.

Aku mengangguk dan segera berpamitan. Sementara Andra masih berdiri mematung di tempatnya.

Ternyata benar Mas Haikal ikut andil dalam pemberhentianku.

"Tunggu, Ros!"

Mendengar Andra memanggilku sontak aku berhenti lagi lalu menunggu lelaki itu sampai di sampingku.

"Mungkin suami kamu ada benarnya, kamu nggak perlu kerja, sepertinya dia bertanggung jawab."

"Kamu tidak tahu apa-apa, Ndra. Jadi sebaiknya tidak usah berkomentar. Terima kasih infonya dan tolong jangan ganggu aku lagi." Aku kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan lelaki sok tahu ini.

"Aku hanya perduli sama kamu, Ros!" Sayup kudengar dia berkata agak kencang.

***

Dua puluh menit kemudian aku sampai di rumahnya orang tua Haris. Jaraknya lumayan jauh dari sekolah Delia, tapi t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    36. Salah Paham

    Pekerjaanku di rumah orang tuanya Haris terbilang susah-susah gampang. Menghadapi nenek yang sudah pikun memang kadang sama saja dengan mengurus Alfan. Kadang dia lupa menaruh sesuatu dan aku kelimpungan mencarinya. Ditambah lagi beliau selalu yakin menaruh barang di suatu tempat padahal tidak ada. Sudah kukatakan tidak ada malah aku dituduh gak teliti. Duh Gusti, kalau bukan karena butuh uang, aku sudah ingin menyerah. Tapi ingat, aku butuh uang banyak untuk biaya hidup dan mengembalikan uang Arumi. Seperti siang ini dia lupa menaruh kacamatanya. Aku sudah mencarinya ke seluruh ruangan tapi tidak menemukannya. "Sudahlah Ros, nanti juga ketemu sendiri." Seperti biasa dia hanya pasrah karena akupun sudah kelewat pusing muter-muter. Lalu duduk di kursinya yang setiap hari menjadi tempatnya menghabiskan waktu selain di tempat tidur. Setengah jam kemudian kacamata ditemukan di dalam kulkas. Entah bagaimana awalnya hingga benda itu bisa betah berada di pintu kulkas bersama minuman di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    37. Tersebar

    Aku sendiri tak berniat lagi meladeni Eliza, toh aku merasa tidak bersalah. Dari dulu aku tak pernah memiliki perasaan istimewa pada Haris meski aku tahu Haris menyukaiku. Tapi saat ini Haris pun bisa menjaga sikap. Jadi mungkin ini kesalahan fahaman Eliza saja. Atau dia yang terlalu berlebihan karena ketakutan. Apa jangan-jangan, Eliza tahu kalau Haris pernah menyimpan rasa padaku. Entahlah. Tak kuhiraukan sepasang suami istri yang sedang diam-diaman itu, aku segera mengambil nasi dan meminta Alfan untuk duduk. Menyuruh dia membaca doa sebelum makan lalu menaruh piring di hadapannya. Alfan mulai sarapan, dia sudah aku biasakan untuk makan sendiri sejak dini. Disamping supaya mandiri, aku juga tidak akan banyak kehilangan waktu untuk mengerjakan pekerjaan yang lain. Alhamdulillah Alfan pun nurut dan mau belajar. Setelah memastikan Alfan makan dengan baik, aku beralih kepada sarapan nenek. "Nenek mau makan sendiri, atau mau disuapi?" tanyaku saat aku sudah ada di hadapannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    38. Pertolongan

    Sejak kejadian pagi itu Haris tidak lagi datang setiap pagi. Mungkin benar, Eliza sangat dominan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Mereka hanya sesekali berkunjung kesini itupun selalu bersama. Eliza memang nampak sangat berpengaruh pada Haris, entah kenapa. Bu Widya sendiri sepertinya kurang berkenan dengan kondisi seperti itu. Tapi lagi-lagi aku kagum pada Bu Widya yang tidak banyak ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Atau mungkin ada penyebab lain. Ah, itu bukan urusanku, tugasku hanya mengurus Nenek dengan baik. Satu bulan berlalu, aku bekerja di rumah keluarga Haris. Bu Widya sangat memperhatikan aku terutama Alfan. Beliau belum punya cucu karena Haris adalah anak pertama mereka. Wajar kalau beliau menyayangi Alfan seperti cucunya. Mungkin dalam hati kecilnya Bu Widya mengharapkan kehadiran seorang cucu. Eliza makin tidak suka saja melihat Bu Widya sangat menyayangi Alfan. Dia semakin menunjukkan sikap tidak sukanya padaku. Seringkali mengeluarkan kata-kata yang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    39. Kaget

    "Mas Haikal tidak akan menceraikan aku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sementara aku tidak mau jika harus berbagi. Apalagi dengan Arumi. Jadi kuputuskan untuk mengurus perceraian sendiri." Kulihat mereka mengangguk tanda mengerti. "Apa pun itu, kami mendukungmu, Ros. Menurutku juga lebih baik berpisah." Amanda mengusap lenganku. Wika menarik nafas panjang lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Amplop. "Ini dari kami, terserah mau kamu gunakan untuk apa uang tersebut. Sebenarnya kami ingin menyarankan supaya kamu berpisah saja dengan Mas Haikal tapi nggak enak juga, Masa teman nyuruh cerai sih." Wika tersenyum canggung. "Aku sudah mempertimbangkan baik-baik, Ka. Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi terus bertahan." "Jika di posisimu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Terimalah, Ros!" Wika membuka telapak tanganku dan menaruh amplop itu di tasnya. Tak terasa mataku menghangat dan begitu saja air mata mengalir membasahi pipi. "Terima kasih, ya. Aku gak tahu apa j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    40. Lelah

    Tak henti mengucap syukur dan berterima kasih kepada teman-temanku. Berkat bantuan mereka, akhirnya surat-surat tanah dan rumah beralih ke tanganku lagi. Pun perceraianku dengan Mas Haikal segera diurus. Untuk urusan dengan Serly, dia tidak menekankan padaku. Tanah itu sekarang adalah milik Serly, surat-suratnya pun aku serahkan kepada Serly meski dia menolak. "Kamu saja yang simpan, Ros." "Ini milik kamu sekarang, Ser." "Tidak. Jangan seperti itu Ros. Aku hanya ingin membantu kamu, itu saja. Jujur aku gregetan melihat kelakuan Arumi dan Haikal. Mereka sudah berkhianat ditambah lagi menghina dan memfitnah kamu dengan isyu utang itu." "Aku memang berhutang, maksudku Ibu dulu memang berhutang." "Tapi bukan pada Arumi melainkan pada Juragan Sidik. Arumi hanya memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadinya, demi ambisinya." Aku mengangguk, rasanya aku sudah kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kelakuan mereka dan mengungkapkan perasaanku karena itu. Tak habis pikir kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    41. Tuduhan

    "Siapa yang sudah mempengaruhi kamu sehingga kamu nekad mengambil keputusan untuk berpisah dariku?" Tanpa basa-basi dia mengajukan pertanyaan. "Kamu Mas." "Jangan ngawur Ros! Aku tidak pernah memintamu untuk meninggalkan aku." Mas nya tidak sadar kalau kelakuannya selama ini sudah membuatku lelah sehingga aku mengambil keputusan untuk berpisah. "Tapi sikapmu itu yang terus memaksaku untuk menjauh darimu. Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas." "Kamu jangan berbelat-belit Ros. Kapan aku bersikap kasar padamu? Selama ini aku selalu bertanggung jawab kepada kamu dan Alfan, bahkan adikmu itu." Ya ampun, masih juga tidak sadar. "Seseorang dikatakan baik bukan karena tidak pernah bersikap kasar saja. Tapi kelakuan kamu bersama Arumi itu sudah lebih dari sebuah tamparan atau tendangan. Pun dengan wanita-wanita sebelum Arumi. Lagipula, sekarang Mas Haikal sudah tidak lagi memberikan uang untuk keperluan Alfan." "Itu karena salah kamu sendiri yang tidak menuruti padaku. Coba saja k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    42. Menggeledah

    Selang beberapa menit Bu Widya datang tergesa-gesa. Sementara kami masih saling diam dan duduk berjauhan. Eliza nampak tenang sambil memainkan ponsel pintarnya. Sesekali dia melirik sinis ke arahku. Sepertinya dia yakin sekali dengan tuduhannya. "Ada apa?" tanya Bu Widya begitu sampai di hadapan kami. Eliza berdiri diikuti oleh Haris dan aku. "Kecurigaanku ternyata benar, Ma. Mas Haris dan wanita itu ternyata ada main. Barusan aku memergoki mereka sedang berada di kamar!" ucap Eliza lantang sambil menunjuk ke arahku. "Itu tidak semuanya benar, Ma. Aku dan Rosa barusan memang berada di kamar nenek. Kami memindahkan nenek yang tertidur di meja makan," jawab Haris. "Nenek tertidur di meja makan?" tanya Bu Widya sambil menautkan alisnya. Lalu beralih menatapku meminta penjelasan. "Iya, Bu. Saya juga tidak mengerti ketika makan nenek bilang kalau beliau mengantuk dan beberapa saat kemudian tertidur. Bahkan makanannya pun belum habis. Terus Haris datang dan kami memindahkan nen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    43. Kehilangan Lagi

    "Rosa, saya tidak mau menuduh kamu, tapi tidak ada orang lain selain kamu disini sebelum kejadian itu." Bu Widya angkat bicara. Namun, kelihatannya dia tidak enak berbicara seperti itu padaku. "Saya berani bersumpah, Bu, saya tidak melakukan itu." "Ma, tidak mungkin Rosa. Aku tahu Rosa itu seperti apa." Haris mendekat ke arah Bu Widya. "Jadi kamu tetap membela si Rosa ini?" Mendengar Haris membelaku, Eliza makin meradang. Matanya menatap tajam ke arah Haris sementara telunjuknya lurus ke arah wajahku. "Aku lebih mengenal Rosa dari pada kamu!" Haris kembali membentak istrinya. Mereka bicara tanpa canggung, saling menunjuk, saling membentak. Apakah Haris dan Eliza sudah biasa bersitegang seperti ini? "Kalau begitu kita geledah saja tempat ini, aku yakin kita dapat menemukan petunjuk," usul Eliza berapi-api. "Saya tidak keberatan." Aku merasa tidak melakukan apapun jadi aku tidak takut jika mereka memeriksa tempat ini. Sesuai permintaan Eliza, aku tidak boleh ikut berge

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    69. Menuai Hasil

    Beberapa hari setelah itu aku pindah ke rumah yang tempo hari Mas Dika tunjukkan. Tempatnya tidak jauh dari sekolah Delia. Rumah lamaku, sekarang dijadikan sebagai tempat para penjahitku bekerja. Jadi aku masih harus sering ke sana untuk memantau pekerjaan mereka. Sementara Mas Dika juga masih bolak balik ke luar kota mengurusi tokonya. Meski hanya dua kali dalam seminggu. "Sayang, Mas ada ide nih. Tapi sepertinya kamu juga bakalan suka." Sore ini ketika kami berkumpul sambil menunggu adzan magrib, Mas Dika sepertinya berbicara agak serius. Aku pun menatapnya serius sebentar. "Ide apa, Mas?" tanyaku seraya menambahkan gula pada teh hangat yang baru saja kuseduh. "Bagiamana kalau uang yang tempo hari itu kita gunakan untuk membeli ruko di dekat pasar." "Ruko yang masih dalam proses pembangunan itu, Mas." "Iya, kebetulan tempatnya strategis, jadi bisa untuk mengembangkan usahamu. Siapa tahu kedepannya bisa menjadi butik yang besar." Aku berpikir sejenak, meski usahaku sekarang

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    68. Berita Mengejutkan

    Aku segera menggeser kursi yang sedang kududuki bermaksud hendak menyapanya. Lalu dengan isyarat aku mengajak Mas Dika untuk ikut berdiri. Meski terlihat bingung tapi Mas Dika akhirnya ikut berdiri dan mengikutiku melangkah mendekati lelaki itu. "Mas Rizal," sapaku. Merasa dipanggil namanya lelaki itu menoleh lalu terlihat sedikit bingung. Baru beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Rosa!" serunya. "Iya, Mas. Maaf, mengganggu. Apa kabar Mas?" "Seperti yang kamu lihat Ros, alhamdulillah baik. Kamu sendiri?" "Alhamdulillah baik juga, Mas. Oh ya, kenalkan ini Mas Dika, suamiku." Aku menunjuk Mas Dika, lalu keduanya bersalaman. "Saya Rizal, mantan suaminya Arumi. Saya dan Rosa mungkin senasib." Mas Rizal tertawa kecil sambil mempersilahkan kami duduk. Awalnya aku menolak karena tak enak, tapi Mas Dika mengiyakan. Akhirnya kami bergabung ke meja Mas Rizal bersama wanita yang semula kusangka istrinya, tapi ternyata adiknya Mas Rizal. Sejak terjadi pengkhianatan itu, ba

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    67. Kejutan lagi

    Aku tersenyum lebar mendengarnya. Jadi selama ini dia tidak pernah membahas Mas Haikal bukan karena menjaga perasaannya? Tapi karena untuk lebih menjaga perasaanku. "Loh, kita mau kemana Mas?" Aku merasa heran ketika Mas Dika mengambil jalur lurus sementara untuk menuju rumahku seharusnya belok kiri. "Mas mau nunjukin sesuatu," "Apa?" "Kejutan dong," "Baiklah, kalau begitu aku tutup mata." "Ide bagus," ucapnya kemudian. Aku menutup mataku dengan kedua telapak tangan. Terlihat lucu memang, karena dia yang akan memberi kejutan tapi aku yang punya inisiatif untuk menutup mata. Aku masih menutup mataku ketika aku merasa mobil berhenti. "Bentar." Mas Dika terdengar membuka pintu di sebelahnya lalu berjalan memutar untuk membukakan pintu disebelahku. "Ayah, ini rumah siapa?" tanya Alfan ketika aku baru saja turun. "Rumah?" Aku bergumam. "Iya," jawab Mas Dika. Lalu aku merasa dia meraih tanganku yang menutupi mata. "Sudah, buka saja. Toh Alfan sudah ngomong kita sedang berada

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    66. Diam-diam suka

    "Ehem, kayaknya drama pelukannya diskip dulu, deh." Aku terkejut mendengar deheman Serly, lupa kalau kami sedang berada di rumah orang. "Makasih, ya, Ser. Karena kamu sudah bisa menjaga rahasia ini," kata Mas Dika." "Perjuangan banget, Mas. Aku sering hampir keceplosan ngomongin Mas Dika," kekeh Serly. Aku juga tak sadar ikut tertawa, begitupun Mas Dika dan Mas Helmi. "Oh ya, Mas. Berarti uang ini aku kembalikan sama Mas Dika ya?" Aku mengambil amplop yang sudah aku simpan di meja tadi lalu menyerahkannya pada Mas Dika. Tapi Mas Dika malah tertawa kecil membuat aku menautkan alis. Sementara tanganku masih terulur. "Baiklah, karena ini ijab qobulnya pinjaman, maka Mas akan terima uangnya." Akhirnya Mas Dika menerima amplop tersebut. "Terima kasih, Mas. Meski secara sembunyi-sembunyi tapi Mas Dika sudah sangat peduli sama aku. Sekarang utangku sudah lunas, ya." "Iya, sayang. Itulah enaknya punya penggemar rahasia," kekehnya lagi. "Apa pun namanya, aku sangat bersyukur diperte

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    65. Sebuah Rahasia

    "Yang ini 'kan?" tanya Mas Dika sambil memelankan laju mobil. "Iya." Kami bermaksud menemui Serly di rumah orang tuanya. Aku mendapat kabar kalau Serly baru tiba tadi pagi. Aku mengajak Mas Dika untuk menemuinya sekarang karena aku berniat mengembalikan uang Serly yang dulu aku gunakan untuk menebus surat tanah pada Arumi. Kebetulan jumlahnya baru terkumpul sekarang. Sebenarnya di awal pernikahan aku sudah membahas ini dengan Mas Dika dan beliau sudah berniat menambah uangnya agar cepat lunas katanya. Tapi aku menolak karena tidak ingin merepotkan dia. "Ya bukan merepotkan, dong. Mas kan suamimu. Kita selesaikan bersama masalah ini." "Aku mohon, tolong ridhoi aku, ya." Aku merajuk agar diizinkan untuk tidak menerima bantuannya. "Baiklah, terserah kamu saja." Seperti biasa, Mas Dika hanya mengiyakan tanpa protes lagi. "Paling juga satu bulan lagi jumlahnya akan genap," jawabku setelah menghitung dalam hati. "Oke, Mas ikut yang menurut kamu baik saja. Ternyata benar juga apa

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    64. Melindungi

    Mas Dika menatapku seakan bertanya siapa wanita yang berdiri tak jauh dari kami itu. "Arumi," bisikku pada Mas Dika, membuat lelaki itu mengangguk samar. Penampilan Arumi sangat jauh berbeda dengan dahulu sewaktu mengambil Mas Haikal dariku. Badannya terlihat agak kurus dan wajahnya penuh bintik hitam, sepertinya kurang terawat. Pakaiannya pun terlihat biasa saja, padahal dulu dia paling fashionable. Kami hanya diam menunggu reaksi wanita di hadapanku itu. Arumi berjalan perlahan mendekati kami dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Yang jelas dia tidak terlihat bersahabat atau pun baik-baik saja. "Hebat kamu Ros, setelah berhasil mengambil semua hartaku lewat Mas Haikal, sekarang kamu menikah dengan lelaki lain. Apakah aku harus bilang selamat atau justru menyebutmu payah?" Tanpa basa-basi dia langsung melontarkan kata-kata yang menurutku isinya fitnah semua. Mas Haikal hanya sekali mengajak Alfan jalan-jalan dan membelikan mainan serta makanan yang ternyata dijadikan alasan s

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    63. halal

    Berselang dua minggu setelahnya, hari pernikahanku dengan Mas Dika dilaksanakan secara sederhana di kediamanku. Hanya kerabat dekat dan teman-teman dekatku saja yang menghadiri. Satu minggu kemudian kami mengadakan resepsi di gedung. Ini karena keinginan Mamanya Mas Dika karena Mas Dika adalah anak pertama di keluarga mereka. Kata ibu mertuaku itu ini adalah pernikahan yang sudah lama ditunggu-tunggu maka mereka ingin mengadakan pesta yang cukup meriah. Orang tua Mas Dika sendiri merasa kaget ketika aku diperkenalkan kepada mereka. "Ini Rosa yang langganan kain, kan?" "I-iya, Bu." "Masya Allah, kalian kenal dimana?" pekiknya setelah dipastikan bahwa aku adalah langganan kain di toko mereka. Senyumnya terpancar. Saking seringnya berbelanja, aku memang sudah akrab dengan beliau. "Kami dipertemukan Allah dengan cara yang tidak disangka-sangka," jawab Mas Dika saat itu. Alhamdulillah keluarga Mas Dika mau menerimaku juga Alfan. Sedikitnya memang mereka kenal denganku karena Andra

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    62. Diterima

    Sejak dalam mobil hingga kami duduk berhadapan yang hanya terhalang meja kecil ini, aku maupun Mas Dika masih banyak diam. Entah apa yang lelaki itu pikirkan. Apakah mungkin sama dengan yang ada di dalam otakku? Kejadian tadi sebelum berangkat membuat aku benar-benar tak enak hati. Bagiamana tidak, kencan pertama kami harus diawali dengan perselisihan dengan mantan suamiku. Padahal ini bisa dibilang sebagai momen yang penting bagi kelangsungan hubungan aku dan Mas Dika. Selain merasa tidak enak hati, aku juga merasa malu ketika terpaksa aku harus mengatakan bahwa Mas Dika calon suamiku. Padahal diantara kami belum ada pembicaraan ke sana. "Mmm ... Mas, aku minta maaf atas kejadian tadi." "Ah iya, tidak apa-apa. Anggap saja itu tidak terjadi, kecuali satu hal." Mas Dika tersenyum penuh arti. "Apa itu?" "Kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi?" tanyanya masih dalam senyuman. Aku menautkan alis, meski aku mengerti tapi aku takut salah faham. "Yang mana?" Akhirnya aku bertanya

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    61. Ingin Kembali

    Namun penampilannya sekarang tidak se-rapi beberapa bulan yang lalu ketika awal-awal dia bertemu Arumi. Sekarang bajunya lusuh dan rambutnya pun berantakan. "Mas Haikal?" gumamku. Lalu aku menoleh ke arah lelaki di sampingku yang nampak heran. "Ros! Aku mau ngomong sama kamu," ucap Mas Haikal sambil berjalan ke arahku. "Ngomong saja, Mas!" jawabku datar sebab punya firasat kalau kedatangan pria ini tidak punya maksud baik. Terlihat dari cara dia menatap Mas Dika. "Hanya berdua," lanjutnya sambil melirik sinis ke arah Mas Dika. "Aku tunggu di mobil, ya." Paham dengan apa yang dimaksud oleh Mas Haikal, akhirnya Mas Dika berjalan memutar ke belakang mobil lalu masuk dan duduk di belakang kemudi. "Ada apa?" tanyaku tanpa basa-basi pada Mas Haikal. "Aku mau minta maaf sama kamu Ros, bukankah dari dulu aku tidak pernah ada niat untuk menceraikan kamu? Jadi sampai kapan pun aku selalu sayang sama kamu." Aku membuang pandangan mendengar ucapan Mas Haikal. "Aku sudah memaafkanmu dari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status