DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 33πππ"Em anu Pak itu ....""Apa kalian itu gak malu? Ngaku-ngaku duit kalian habis buat hajatan si Yuni, padahal kalian pake duit dari si Wija diam-diam. Biar apa? Biar kalian gak usah nyumbang hajatan si Mala lagi, gitu? Malu dong Bu, malu. Lihat si Wija, walau kata kalian dia modal warisan, tapi dia tetep nyumbang buat acara si Mala 'kan? Dan suaminya si Yuni ini gak ada bilang apa-apa soal duit yang dia kasih ke kalian saat hajatan nikah dia," imbuh Bapak panjang lebar. Aku tertawa puas dalam hati. Akhirnya, bapak tahu seberapa licik mereka itu."Bela aja terus bela mantu pengangguran Bapak itu," sungut Mbak Jessica. Dia memutar malas bola matanya yang berbulu lentik itu."Diam kamu Jesikok, nyamber aja kalau orang tua lagi ngomong!" pekik Wa Tati. Melotot lagi ke arahnya."Subhan, daripada kamu dibohongin terus kayak gini sama istri kamu meningan kamu cerein aja dia. Anak-anak kamu udah besar ini," kata Wa Tati lagi.Ibu terperangah dan langsung
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 34πππ"Tahu dari Ibu, ini barusan. Berarti bener 'kan Ibu nyuri daging saat hajatannya Yuni terus dagingnya Ibu jual lagi? Cih, dasar malu-maluin, apa harus sampe segitunya Ibu nilep harta kami?"Mata ibu melebar. Ia lalu mendekat sambil menampakan deretan giginya yang sudah mengerat. Seandainya ibu adalah Dinosaurus, mungkin ibu akan jadi Dinosaurus jenis Tyrannosaurus rex. Gigi tajam, kuku panjang, hiih menyeramkan."Ya terus kenapa kalau iya? Kamu gak suka, hah?" desisnya sambil terus mendekat dengan tatapan menghujam.Aku mulai pasang ancang-ancang. Orang yang lagi kesetanan katanya bisa lebih ganas dari Dinosaurus."Gak usah macem-macem. Atau Bapak dan Wa Tati bakal tahu soal ini. Dan Ibu juga pasti masih inget apa yang akan terjadi 'kan? Cerai," tegasku membalas tatapan ibu yang makin menghujam.Dasar ibu tiri. Dari jaman jebot gak pernah berubah. Selalu mengancam dan mendesakku dengan cara seperti itu. Dipikir aku masih bocah apa?"Shiit!" Ibu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 35πππ"D-ditembak? Maksudnya? Siapa yang mau nembak dia, Bang?" Aku mencecar sambil menelan ludah. Mendadak aku gugup bercampur takut."Kita akan tahu saat kita sampai, makanya kita harus secepatnya ke sana, kita harus selamatkan si Nayla," jawabnya seraya gegas menginjak pedal gas membawa mobilnya melesat membelah jalanan. Malam ini suasana kota Jakarta agak dingin, karena awan mendung sisa gerimis tadi sore masih menggantung di langit.Kulihat wajah Bang Wija sangat tegang. Mulutnya tertutup rapat dengan garis cemas yang kentara sekali. Aku enggak tahu sedang seterancam apa si Nayla di sana. Yang jelas aku sendiri kaget saat mendengar ada yang akan menembak wanita gila itu. Pasalnya punya masalah apa sebenarnya mereka itu? Kenapa harus sampe main senjata api?Ya Tuhan. Aku bergidig sendiri, dalam bayanganku situasi yang berkaitan dengan tembak menembak selalu menyeramkan. Bahkan aku gak pernah berani nonton film yang ada aksi tembak menembaknya kar
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 36πππ"Baaang! Tolong Nayla ...." Suara si Nayla makin lemah. Di bawah remang cahaya bulan yang tertutup awan gelap, kulihat dia tertatih-tatih. Bahkan bisa saja dia akan terjatuh andai tangannya tidak terikat pada sebuah nisan."Dengarkan aku Naraz, lepaskan Nayla sekarang juga," tegas Bang Wija."Tidak! Aku akan membiarkan dia mati di atas kuburan ayahnya sampai kau mau menikahinya dan memberikan apa yang kumau," tolak pria itu. Secepat kilat senjata itu berpindah ke arah si Nayla. Sementara aku terperangah. Menikahinya? Apa-apaan ini? Kenapa pria itu jadi memaksa Bang Wija untuk menikahi si Nayla? "Lakukan apa yang kumau atau dia akan benar-benar tamat hari ini juga!" pekiknya lagi, mengancam Bang Wija.Aku ingin protes. Ingin juga kusumpal mulut pria bernama Naraz itu dengan tanah kuburan, tapi sayang mulutku terlalu kelu, nyaliku juga ciut seciut-ciutnya sejak tadi aku turun dari mobil."Kau dengar Naraz. Pertama aku dan Nayla tidak bisa menika
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 37πππBang Wija nyengir lagi."Sebetulnya Abang gak ngerasa dikasih Yun, bos Abang itu hanya menitipkan sama Abang. Karena kalau misal harta itu ingin benar-benar jadi milik Abang, maka Abang harus menikah dengan si Nayla. Itu kuncinya dan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Kamu paham?" Bang Wija menatap mataku sekilas."Jadi kalau Abang gak bisa kawin sama si Nayla, terus nanti hartanya akan jadi milik siapa? Kan Abang cuma bersifa sementara?" Aku balik nanya."Akan tetap jadi milik Tuan Guang andai Abang benar-benar tidak menikahi si Nayla. Itulah kenapa si Naraz memaksa Abang menikahi adiknya karena setelah kami resmi menikah maka harta itu dinyatakan resmi jadi milik Abang, dan kalau sudah resmi jadi milik Abang, otomatis si Naraz akan lebih mudah merebutnya. Apa kamu paham sampai di sini?"Aku mengangguk pelan, "ooh jadi itu alesannya. Kasihan juga ya Bang si Nayla, dia pasti didesak dan diancam terus selama ini supaya dia merayu Abang agar
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 38πππAku melongo saja sambil menautkan alisku. Kesel, akhirnya kubiarkan saja ibu tereak-tereak sampe semua tetangga pada nyamperin."Waah bagus amat Bu Halimah, ini sih moge, pasti mahal. Tapi emang Bu Halimah bisa ngendarainya?" tanya Bu Titin."Ya bisa dong. Kan gampang. Tinggal belajar, cetek."Idih amit-amit. Pengen ngakak gue. Motor siapa yang heboh dan ngaku-ngaku siapa."Aduh gak sangka banget si Fadil ama anak saya si Jessica ternyata sesayang itu sama saya." Ibu yang tak sabar sampai mengelus-elus motor itu meski belum diturunkan."Beruntung banget ya Bu Halimah dapat mantu kayak si Fadil, gak sia-sia deh pokoknya nikahin anaknya sama dia.""Iya doong. Emangnya kayak anak-anak tiri saya? Kawin aja asal kawin. Kagak milih-milih laki yang penting mereka gak jadi perawan tue," sindir Ibu sambil neleng sebentar ke arahku. Biarin aja, gak aku bales dulu, kita lihat aja nanti, seberapa malunya dia sama omongannya sendiri saat tahu itu motor siapa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 39πππIbu neleng sebentar ke arahku, lalu menarik tangan Mbak Viona ke dalam. Aku dan Mala saling bertatapan bingung, lalu memutuskan untuk nguping di depan pintu kamar ibu."Maaf Viona, tadi Ibu emang pura-pura pingsan, abisan Ibu malu banget saat diteriakin ibu-ibu, hah dasar si Jessica, berani-beraninya dia ngeprank Ibu begini, awas saja dia."Aku terkikik lagi. Ya Tuhan, puas banget deh aku dengernya."Isssh Ibu nih, padahal Viona udah panik banget, bahkan tadi ibu-ibu juga sampe neriakin Viona, malu Bu Viona.""Iya iya maaf Na, ini semua gara-gara adikmu si Jessica itu, kurang asem emang dia.""Emang kenapa sih sama si Jessica? Kok Ibu jadi nyalahin dia?""Ya gimana Ibu gak nyalahin dan kesel sama dia? Dia itu bilang mau kasih Ibu kejutan, eh pas datang itu motor Ibu kira itu motornya kejutan dari si Jessica eeeh tahunya malah punya si sawo busuk itu. Makanya Ibu kesel banget.""Haeh ya itu mah salah Ibu sendirilah. Salah siapa kepedean duluan? M
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 40πππ"Kenapa? Kok Ibu kelihatan gak suka gitu?""Ya jelas aja Ibu gak suka. Ini cuma tespack, buat apaan beginian?""Astaga Ibu, lihat dong, ini tespacknya udah ada garis duanya, itu artinya Jessi ngasih Ibu kejutan seorang cucu, seorang cucu, Bu." Nada suara Mbak Jessica mulai terdengar serius."Seorang cucu?""Iya, Ibu seneng 'kan?""Y-ya ... Ibu seneng sih, cuma kaget aja karena isinya gak sesuai ekspektasi Ibu, ah mana udah live segala pula. Malu banget Ibu karena isinya cuma begituan.""Cuma begituan? Serius Ibu bilang cuma begituan?" Mbak Jessica mengulangi ucapan Ibu dengan nada suara kecewa."Ya bukannya gitu Jessi-""Hahahaha." Mbak Viona menggelak tawa memotong ucapan Ibu."Apa sih kamu? Kok malah ketawa?" Mbak Jessica kesal."Ya abisan lucu, niatnya mau sosweet sosweetan kayak di film-film eeeh malah Ibu gak suka sama kejutannya, kamu tuh Jessiii Jessiii baru aja hamil udah bikin heboh gitu," katanya sambil terus ketawa terbahak-bahak."Lo
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πππSi Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Bπππ***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Aπππ"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Bπππ"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Aπππ"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 Bπππ"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπππBiarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 Bπππ"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπππJangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be