DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 14πππ"Gitulah Yun, kayaknya dia tuh frustasi gitu sejak ditinggal ayah dan ibunya.""Ya ampuun kasihan dia Bang, udah sana pergi kalo gitu.""Enggak! Apaan sih kamu Yuni? Percaya aja sama laki, lagian kalaupun bener itu orang bunuh diri, ya biarin aja sih itu 'kan urusan orang lain," tampik Ibu."Udah Bang, gak usah didengerin Ibu mah, sana pergi."Ibu menyeringai. Sementara itu Bang Wija akhirnya pamitan."Ya udah Abang ke rumah sakit sekarang ya Yun.""Ya, Bang."Setelah kucium punggung tangannya, Bang Wija pun gegas pergi."Jangan lupa beli mie instan sekardus Wija!" teriak Ibu.Dih dasar aneh. Tadi aja suamiku dihina-hina, sekarang malah minta dibeliin mie sekardus. Orang tua macam apa yang kayak begitu? Kesel banget aku."Apa lihat-lihat?!" sengit Ibu Saat ia menyadari aku tengah menatapnya tak suka."Katanya Bang Wija itu menantu yang gak berguna, pemalas, pengangguran tapi tetep aja minta dibeliin mie instan," ketusku sambil kembali pergi ke d
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 15πππCepat kubuka lagi pintu kamar, kutengok mereka bener-bener lagi nyicipin rendang buatanku di kwali."Iiih ini kok enak banget Na? Gak kayak kamu yang biasa bikin, kurang bumbu," kata Ibu sambil terus menyolek bumbu rendang buatanku dari kwali. Aku terikik."Hiih Ibu nih kok ngomongnya gitu sih?" kata Mbak Viona kesal, ia lalu pergi keluar lewat pintu belakang."Naaa, Vionaaa tunggu!" Ibu cepat mengekor mengejar Mbak Viona yang sedang ngambek karena ucapannya.Sementara aku terus terkikik puas sambil memegangi kulit perut.Puas nguping dan ketawa cekikikan aku menelepon suami."Bang, rumah sakitnya di mana sih?""Kenapa emang Yun?""Yuni mau ke sana anter makanan buat Abang.""Rumah sakit Sari Asih, tapi kamu gak usah ke sini Yun, biar Abang beli aja banyak kok di sini.""Yuni udah masak rendang Abang, sayang kalau cuma dimakan bertiga, sisa banyak ini.""Kasih ke ibu sama Mbak Viona aja Yun.""Dih ogah, mereka udah punya sop jamur kok.""Ya udah
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 16πππ"Heh Yuniii, dasar pelit kau!" teriak Mbak Viona.Aku terkikik, makin dia kesal makin puas rasanya hatiku. Rasain tuh Mbak Viona, emangnya enak gak dikasih makanan? Siapa suruh dia pelit.Aku pun membawa minuman dan kue basah itu ke depan. Boris dan karyawannya masih ada di sana, mereka sedang mengobrol tentang lokasi yang akan dipasang tenda nanti."Maaf Ya Ris ibu sama saudara tiriku emang begitu, tadi kalian gak dikasih minum." Meski malu bukan main aku tetap berbasa-basi."Gak apa-apa Yun, aku ngerti kok."Aku dan Boris pun mengobrol sampai sampai waktu Dzuhur tiba. Setelah Dzuhur barulah mereka pamit pulang, mereka bilang nanti mereka akan pasang tenda 3 hari sebelum hajat.Aku setujui aja gimana baiknya.Setelah Boris dan temannya pulang akupun istirahat di kamar, tak lama terdengar seseorang mengucap salam.Baru saja akan membuka pintu kamar, ibu terdengar sudah lebih dulu datang dan membuka pintu depan."Eehh Mbak Ovi, ayo ayo masuk," aj
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 17πππ"Oke, nanti saya ke rumah ya diukur dulu.""Aih gak usah, nanti saya bawa contoh bajunya ajalah, Kang."Tentu aku menolak karena bahaya kalau sampe mereka tahu aku lagi jahit baju di Kang Dodit.Sengaja aku gak jahitin mereka baju. Abisan kesel, siapa suruh mereka juga gak beliin aku gamis? Mana pakek nyuri duit bapak diem-diem pula hih kesel.Aku hanya pesan 2 dres buat aku dan Mala tentunya. 3 baju kemeja buat bapak, suamiku dan suaminya Mala nanti."Oh ya udah, bawa aja ke sini contoh ukurannya.""Siap, Kang."Selesai dari tempatnya Kang Dodit aku langsung pulang.***Esok harinya.Mbak Viona datang seperti biasa."Heh Yuni, kapan kamu mau ukur kami?""Ukur buat apaan? Liang lahat?" ketusku."Heh kalau ngomong tuh suka sembarangan ya kamu," balasnya tak terima."Ya terus?""Buat seragaman keluarga lah, kamu kira buat apa?" Mbak Viona mulai ngotot."Tahu ih otaknya kamu taro di mana sih? Di udel kali," sahut Ibu sama ngototnya.Alisku terangka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 18πππSuami meremas wajah lalu menarik napasnya dalam-dalam."Yuun Abang 'kan udah bilang, dia itu temen Abang. Abang kenal dia udah lama bahkan sebelum Abang kenal sama kamu, terus kenapa Abang rela jagain dia sampe bermalam-malam? Karena dia gak punya keluarga Yun, dia sebatang kara sekarang.""Emang dia dari mana? Kok bisa dia hidup sebatang kara begitu?" tanyaku lagi dengan mata tajam."Yun perlu kamu tahu, sebenernya dia itu-"Kring kring kring.Ucapan suami terpotong saat ada suara ponsel yang berdering. Kutengok kiri kananku, ponsel kami gak ada yang nyala terus itu ponsel siapa?"Hape siapa yang nyala?" tanyaku curiga.Suami cepat mengambil ponsel yang berdering itu dari saku celananya. Ooh baguus ... baguus banget, suamiku punya dua hape rupanya."Hallo, iya? Apa? Oke oke saya ke sana."Belum sempat aku bertanya soal ponsel itu, suami sudah buru-buru bangkit mengambil jaketnya."Bang, ini ada apa? Mau kemana lagi sih?""Maaf Yun, Abang mau ke
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 19πππ"Di rumah si Jessica lagi minta oleh-oleh, kenapa? Kamu mau, hah?!""Bapak masuk rumah sakit Mbak, ibu malah kelayaban dari pagi sampe sore gini, suruh dia pulang, urus tuh rumah kalau ibu masih mau jadi istrinya bapak," tandasku kesal.Kututup sambungan telepon dengan asal.-Malam hari. Kupikir ibu atau Mbak Viona bakal dateng ke rumah sakit nungguin bapak. Tapi gak ada satu pun di antara mereka yang memunculkan batang hidungnya. Gak tahu kenapa, heran banget aku sama keluarga model begitu, gak ada simpatiknya sedikitpun."Mal, kamu besok kerja 'kan? Pulang aja gih istirahat.""Enggak Mbak, 'kan Mala udah cuti mau nikah," jawabnya."Syukurlah kalau gitu, kamu bantuin Mbak jagain Bapak di sini ya Mal.""Iya Mbak, tentu aja."Aku sedikit lega karena Mala ternyata libur kerja mulai besok, dengan begitu bapak pasti ada yang jagain."Mal, Mbak mau ke luar sebentar ya, temen Bang Wija ada yang dirawat di sini juga, sebenernya Mbak niat mau ikut jaga
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 20πππ"Dasar gak tahu malu!" sengitku.Tangan si Nayla makin kuat, ia mendorong sebagian tubuhku ke luar jendela, sementara hembusan angin malam langsung menampar pipiku."Jangan sok jago kau Yuni, aku dorong baru tahu rasa kau!" teriaknya."Nayla jangan Nay, istighfar. Dia itu istrinya Abang." Suami memelas dengan raut cemas dan panik."Mundur! Sekali saja Abang melangkah, Nayla bakal beneran dorong dia!!"Wajah suami makin panik dan pias. Berkali-kali ia menggosok kepala dan meremas wajahnya."Abaang cepat pergi keluar, minta bantuan!" teriakku.Sontak saja tangan si Nayla mencekik leherku kuat-kuat."Yuniii!"Dengan panik suami pun berlari ke keluar."Lep-pasin aku Nay-la," sergahku dengan napas tercekat."Apa? Lepaskan? Hahaha jangan harap Yuni! Gara-gara kehadiranmu cintaku bertepuk sebelah tangan, kamu merebut Bang Wijaya, kamu udah mengambilnya dariku!" teriak si Nayla makin kesetanan."Ak-ku gak tahu apa-apa soal itu Nayla." Sekuat tenaga aku
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 21πππ"Eh kenapa kamu Yun?""Kaget Yuni, Bang," jawabku seraya duduk kembali."Loh kok kaget?""Ya rumah segede gini masa iya milik Abang?"Suami menggelengkan kepala sambil cengengesan."Belum sah Yun, itu artinya belum bener-bener jadi milik Abang," katanya santai.Aku mengerutkan kening, "kok bisa belum sah?""Ya ... itulah dia Yun, berat kalau diceritain mah."Aku berdecak, "ah elah Abang, ceritain aja kenapa sih."Suamipun diam, disenderkannya punggung kurus itu ke badan sofa. Ia lalu menatap langit-langit sambil menerawang jauh entah kemana."Heh Abang, malah ngelamun." Kuguncang tubuhnya.Gak sabar aku mau denger alasan kenapa rumah ini belum sah jadi milik suamiku, pasalnya kalau emang ini rumah beneran jadi milikku, widiiih aku bakal jadi orkay dong, Nyonya Wijakupra alias Wijaya Kusuma Praja si suami pengangguran tapi duitnya banyak hahaha. Aih gak sabar serius.Suami lalu kembali bangkit dan duduk dengan tegak."Soalnya rumah ini bakal sah
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πππSi Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Bπππ***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Aπππ"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Bπππ"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Aπππ"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 Bπππ"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπππBiarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 Bπππ"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπππJangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be