Suatu pagi.Ponsel Zavy tiba-tiba berdering saat dia sedang beres-beres di rumah. Dia mengangkat telepon dari istrinya.“Ada apa, Vinna?”“Berkasku ada yang ketinggalan. Di atas meja kerjaku. Tolong segera kau antarkan ke lokasi proyek sekarang juga. Aku butuh cepat.”KLIK!Tanpa ada kalimat pembuka dan penutup, langsung ke point utamanya.Zavy segera meninggalkan pekerjaan rumahnya tetapi sebelum dia beranjak, tiba-tiba saja ibu mertuanya merepet dari arah dapur. “Tugasmu belum kelar, Zavy! Kau mau ke mana pula?” pekiknya.“Vinna menyuruhku pergi ke lokasi proyek sekarang juga, Bu. Maaf tugas ini aku tinggalkan terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku lanjutkan kembali nanti.”“Ya sudah, cepat pergi sana! Jangan lama-lama!” jerit Melda tanpa ada respect sedikit pun.Setelah mengambil berkas di dalam kamar, kemudian Zavy keluar rumah dan menyalakan mesin motor bututnya. Dia masih belum mengganti kendaraan karena tidak ada waktu untuk belajar mengendarai mobil. Kecuali Vinna, semua orang
Tak disangka kalau Zavy bakal dipermalukan di sini. Bukannya tidak bisa berpenampilan keren dan dihormati, tetapi dia belum mampu melepaskan kebiasaannya sebagai pria yang biasa-biasa saja. Dia tahu bahwa penampilan sangat penting, tapi yang lebih menyakitkan adalah penilaian orang terhadap dirinya, itu yang lebih menyakitkan.Sementara itu di lokasi pertemuan, Vinna tampak gelisah karena sedari tadi menunggu kehadiran Zavy yang entah di mana. Dia sangat butuh berkas tersebut guna menyampaikan sedikit presentasi di hadapan pihak kontraktor dan konsultan. Dia duduk tak tenang. Berulang kali dia menghubungi Zavy tapi tidak menyambung.Sialnya, ponsel Zavy mati karena habis baterai.Vinna tak mungkin bisa menghubunginya.Pertemuan tersebut terpaksa diundur untuk beberapa saat karena telah terjadi kendala, dan penyebab kendala itu tentu saja Zavy.Di pos penjagaan proyek. Zavy masih bersitegang dengan para petugas keamanan di sana. Berulang kali dia menekankan bahwa dia memang harus seger
Terpaksa Zavy beringsut meninggalkan lokasi karena desakan dari Vinna. Tanpa ada kata apa pun, Zavy lalu membalik badan menuju sepeda motornya. Suara deruman yang tak enak didengar itu semakin lama semakin mengecil.Ketika Vinna juga mau meniggalkan lokasi tersebut, tiba-tiba saja seorang security berceletuk. “Bu Vinna, serius itu tadi suami mu? Kok bisa pakai motor butut ke sini?!”Sebagian dari mereka malah cengar-cengir menertawakan.Vinna tak tahan malu. Dia mendengus tipis sebelum melangkahkan kakinya dengan sangat cepat, melenggang tanpa menggubris ejekan mereka.Asli Vinna cukup terpukul atas peristiwa barusan. Dia menyesali kenapa dia bisa punya suami yang tampak memalukan seperti Zavy. Seharusnya suaminya pergi ke sini dengan berpakaian rapi serta membawa Rolls Royce jutaan dollar. Tapi, kenapa pria yang tampak seperti pengangguran itu malah yang datang?Vinna bertengkar dengan pikirannya sendiri, merutuki nasib yang membuatnya terkurung dalam lingkup yang tidak pernah dia ba
Benar saja, malam harinya setelah pulang dari bekerja, Vinna tahan menunda mandi dan makan malam hanya untuk meluapkan amarah yang seharian mengguncang jiwanya. Di kamar, masih mengenakan seragam kantor, Vinna mendamprat murka.“Suami menyebalkan! Gara-gara kau, Zavy, aku jadi sangat malu! Karena ulah memalukan mu itu aku jadi tersiksa.” Wajah Vinna merah padam seiring dengan gerakan mulutnya yang tiada henti, melampiaskan apa yang sedari tadi membuncah di dadanya. Seringai bengis tergambar di wajahnya, alisnya menukik ke bawah mendatangi batang hidungnya yang mancung. Tangannya menunjuk-nunjuk.Zavy sadar kalau kedatangannya ke lokasi proyek memang menjadi musibah tapi tidak disangka kalau Vinna bakal marah besar bukan lantaran telat mengantarkan berkas yang diinginkan, melainkan marah besar karena punya suami yang menyedihkan.“Kau ke lokasi proyek pakai pakaian biasa dan menggunakan sepeda motor butut itu?! Di mana kau letakkan otak mu, Zavy?! Seharusnya kau lebih terhormat ketika
Vinna punya undangan dari perusahaan kontraktor rekan bisnisnya, perusahaan tersebut Anniv ke-3, sementara acaranya beberapa hari lagi. Jadi, Vinna menyuruh Zavy agar belajar mengendarai mobil selama beberapa hari ini. Vinna tidak mau diantar pakai motor butut di acara tersebut.Dengan gigih dan penuh percaya diri Zavy pun belajar menyetir supaya kalau pergi ke mana-mana apalagi jika ada urusan dengan Vinna, dia tidak buat malu lagi. Lagipula, bisa mengendarai mobil merupakan hal wajib di era sekarang.Meskipun tak sangat mahir dalam beberapa hari, setidaknya Zavy sudah bisa menguasai teknik dasar dan melajukan mobilnya di jalanan kota. Dia sudah siap menjelajahi jalanan ibu kota dan tidak lagi bakal kena marah oleh Vinna lantaran ke mana-mana pakai kendaraan rongsok.Hanya saja, Zavy belum sempat membeli mobil pribadi untuk dirinya pribadi karena belum sempat. Nanti dia pasti punya mobil sendiri dan hal itu sangat mudah bagi dirinya. Terserah mobil apa dan berapa jumlahnya. Kalau dia
Berry si pengawas proyek adalah orang yang paling penasaran. Dia menjadi dalang di balik rencana itu. Dan benar saja, dia mencari cara agar orang yang berada di dalam mobil itu keluar, entah bagaimana ceritanya.Mereka bertiga lantas berjalan cepat membuntuti pergerakan BMW tersebut.Ketika Zavy mau memarkirkan mobilnya, yang mana dia masih kurang lihai dalam teknik memarkirkan mobil dalam ruang yang sangat sempit, tiba-tiba saja Berry sengaja berdiri tak jauh dari sana dan menabrakkan tubuhnya ke bagian belakang mobil.“Aduuhhh!!!” erang Berry lalu terjatuh, teknik diving yang luar biasa Bung!!Son dan Clark tak tinggal diam. Mereka cepat-cepat menggedor kaca mobil itu.“Buka pintunya!”“Teman kami kau tabrak!”Mendengar kegaduhan di luar yang tak pernah terduga sama sekali, akhirnya Zavy pun keluar dari mobil dengan wajah yang amat terkejut. Dia rasa, tadi tidak ada siapa pun di sekitar halaman parkir, tapi tiba-tiba saja ada orang di sana. Bagaimana ceritanya?“Apa kau bisa bawa mo
Berry, Son, dan Clark tak henti saling melemparkan beragam kalimat ejekan, sindiran, dan segala hal negatif tentang sosok bernama Zavy itu. Sepanjang jalan mereka tak henti mengghibah sampai akhirnya di dalam Green Lounge mereka pun mencari di mana keberadaan Vinna.Begitu telah sampai di kursi yang tak jauh dari Vinna, saat acara makan dan minum baru saja dimulai, mereka pun tak hentinya mencecar beragam kalimat yang begitu memojokkan Vinna tentang suaminya.Berry berdecak heran lalu menyindir, “Banyak orang di luar sana yang punya beragam profesi. Suami, bisa saja menjadi sopir pribadi. Bukankah begitu, Son, Clark?”Son tersenyum miring. “Banyak terjadi. Bahkan sering ada pula suami menjadi ibu rumah tangga.”Clark mengoles dagu seraya mencibir, “Kalau aku, jelas tidak mau. Aku menjaga harga diriku sebagai lelaki dan suami. Tentu aku tidak mau menjadi babu untuk istriku sendiri. Ya, karena aku punya value dan jujur. Bukan seperti sopir melarat di luar sana itu. Dia rendah di mata is
Ketika Zavy sibuk menonton sebuah video motivasi di media sosial, tiba-tiba saja ponselnya berdering, panggilan dari Russel Winston.“Tuan Muda, kau sedang berada di mana?” suara halus terdengar di ujung telepon Zavy.“Di Green Lounge, menemani istriku pergi ke pesta. Ada apa, Paman?”“Kebetulan sekali. Perwakilan dari The Rock Holding Company untuk memberikan kata sambutan di acara itu berhalangan hadir. Kami harap Tuan Muda bisa mengisi kekosongan di acara tersebut.”Apa?Zavy melihat dirinya sendiri. Dia hanya pakai kemeja hitam. Meskipun cukup layak untuk hadir di pesta tapi sepertinya tidak untuk memberikan kata sambutan dan berbicara di hadapan banyak orang.“Tuan Muda, sesi itu lima menit lagi. Bagaimana?”“Paman Russel. Hm.” Zavy berpikir keras. Di sana ada Vinna. Jika sebelumnya dia berjanji tidak akan membuat malu Vinna, maka kali ini dia tidak hanya itu, tapi malah akan membuat Vinna bangga. Menjadi pembicara di sana tentu akan membuat istrinya bahagia. “Baiklah, Paman, aku
Minggu pagi di Istana Rock!Hari di mana puncak dari segala kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses dan bahagia karena Zavy sudah melewati banyak sekali ujian berat di dalam kehidupannya. Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya dia hidup di dalam kemiskinan dan kemelaratan. Selama lebih dari dua dekade dia hidup tanpa kasih sayang orang tua, tidak punya kerabat, dan kerap termarginalkan karena statusnya yang tidak jelas. Dalam waktu tersebut, lebih banyak tragedi dari pada komedi, lebih sering berduka ketimbang bersuka, serta lebih banyak merasakan payah dari pada gembira.Zavy menganggap bahwa perjalanan panjang nan pahit dan getir itu jelas punya hikmah besar bagi dirinya. Jika saja dia hidup dari kecil dalam bergelimang harta, besar kemungkinan dia bakal jadi anak mama. Namun, karena dia besar di jalanan, nyalinya lebih tinggi dari pada sepuluh preman, dan kekuatannya lebih tangguh dari pada petarung profesional. Hidup yang sulit dan berat telah membentuknya jadi pribadi yang kokoh dan
Russel Winston punya dua saudara kandung, yakni Axel Winston dan Gennifer Winston.Russel dan Axel membawa semua keluarga mereka. Kini Russel sudah terang-terangan kepada keluarga dan kerabatnya tentang posisi Zavy di lingkungan mereka.Marvin Rock punya satu saudara kandung yang bernama Harven Rockwell. Dia juga membawa keluarganya ke sini.Tidak hanya itu, ada beberapa Rock dari luar negeri juga menyempatkan hadir di sini, sekalian mereka ingin menyaksikan hari penobatan Raja Glora di hari Minggu nanti.Saking ramai dan meriahnya, sampai-sampai Luis Charlton pun turun gunung. Meskipun sudah tua dan agak kesulitan berjalan, dia menggagahkan diri menyambut semua orang-orang besar itu. Ferdy, Shane, dan Edward sigap. Mereka tidak mau menyia-nyiakan momen paling mengesankan ini.Selama Keluarga Charlton mengadakan pesta, perjamuan, atau pertemuan, baru kali ini mereka bisa bergabung bersama dua nama besar, Rock dan Winston!Luis Charlton memberi hormat yang begitu spesial kepada semua
Vinna ingin ngakak tapi takut dosa lalu dia menjitak kepala Zavy tapi Zavy langsung mengelak dari serangan mendadak itu.Zavy tersenyum geli. “Maaf, Kek. Cuma bercanda kok. Mana mungkin Kakek suka Americano. Minuman itu ibarat obat pusing kepala dicampur arang. Pahit dan tiada arti. Hehe.”Tapi, spekulasi dari Zavy nyatanya meleset. Luis Charlton malah suka kopi pahit, secara dia sudah tua jadi tidak suka gula dan susu. “Aku pesan yang jumbo. Americano adalah kesukaanku.”Vinna membuang muka sambil menghembuskan napas panjang. “Aku baru saja mau bilang kalau Kakek suka kopi pahit. Eh, kau malah banyak oceh, Zavy!” ketus Vinna menyeringai tipis.Ops!Kalau saja bukan Zavy yang bergurau barusan, pastilah Luis Charlton berang, hanya saja yang bercanda barusan adalah Zavy!Sebagaimana orang tua yang sudah berumur, Luis Charlton tertawa seperti pohon beringin yang daun-daunnya bergoyang karena disapu angin, tetap tegar dan bersahaja. Begitu teduh, enak dipandang.Luis Charlton tidak marah
Pada malam harinya di ZV Cafe.Zavy sudah mengganti nama cafe miliknya jadi ZV Cafe, gabungan inisial nama dia dan Vinna.Zavy menyuruh manager cafe untuk mengosongkan semua tempat dan menutup cafe pada jam tujuh malam. Khusus malam ini semua sisi tempat digunakan untuk berkumpulnya tiga keluarga besar. Dua nama sudah melambung tinggi : Rock dan Winston. Sekarang bakalan ada satu nama lagi yang bakalan melambung tinggi juga : Charlton!Sebenarnya ini bukanlah sebuah pesta ulang tahun atau perayaan sejenisnya, tetapi Zavy mengumpulkan keluarga dan kerabatnya untuk mempersatukan dan mempererat hubungan. Selain itu, mungkin rasa syukurnya kepada Tuhan setelah lepas dari ujian besar dan kini, dia bisa kembali menikmati hari-harinya bersama Vinna.Luis Charlton datang paling awal dan tidak mau terlambat meski hanya sebentar saja. Walaupun usianya paling tua, dia yang paling bersemangat untuk datang, mengalahkan semangat anak dan para cucunya yang masih juga belum nongol.Zavy yang berada d
Zavy dan Vinna berkeliling di sana, menikmati apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Bagi Zavy, ini seperti momen nostalgia mengingat-ingat masa-masa dia susah sewaktu menjadi barista.Zavy terkekeh sendiri sebelum bergurau sama istrinya, “Pas ada orang yang pesan Americano ukuran jumbo, aku mikir, apa enaknya menikmati kopi pahit tanpa rasa itu dengan gelas besar?”Vinna yang suka manis tidak bisa menahan geli di perutnya. “Hehe. Hidup ini terlalu manis hanya untuk menikmati kopi semacam itu.”“Tapi, kopi kan tergantung selera masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan orang yang suka dengan jenis tertentu. Sama seperti musik, novel, olahraga, bahkan merek sepatu. Ini masalahnya tergantung selera. Selera sangat subjektif. Jadi terserah dia lah.”“Eh! Kau yang buka cerita ini tapi kau sendiri yang menutupnya seperti itu. Bagaimana kau ini, mantan Barista?!”Zavy dan Vinna lalu duduk berdua di lantai dua sembari menonton kendaraan yang hilir mudik di sana. Zavy men
Setelah dari kampus, Zavy dan Vinna kemudian menuju Cafe Ings, tempat di mana dulu Zavy bekerja sebagai barista.Sangat kebetulan, siang hari itu di sana ada Kevin Hamilton sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya.Dulu Kevin adalah orang yang paling bersemangat menyerukan bahwa Zavy hanyalah pekerja cafe rendahan.Hugo, pemilik cafe, bergegas menuju bagian depan cafe setelah anak buahnya bilang kalau sekarang mereka kedatangan tamu luar biasa.Kevin sedang duduk dengan rokok melekat di sela jarinya. Sementara Hugo dalam posisi berdiri dan agak menundukkan kepala saat melihat Zavy.Zavy mengawasi dua orang itu kemudian berkata, “Kevin, kau benar, dulu kau pernah bilang kalau aku adalah pekerja cafe rendahan. Haha. Silakan tanya sendiri pada pemilik tempat ini. Benar kan, Hugo?”Hugo mengangguk takzim. “Benar. Tuan Zavy sempat pernah bekerja di sini.”Tuan Zavy?Ketika Kevin melihat Zavy, raut wajahnya langsung terlihat malas dan masam. Dia merasa kalah kalau sudah berhadapan deng
Zavy punya dua impian besar sewaktu dia masih berada di masa transisi antara kemelaratan dan kesuksesan. Pada waktu itu dia menerima beberapa ribu dollar dari Vinna untuk menuntaskan permasalahan pribadinya terkait finansial, yakni uang kuliah dan utang di tempat dia bekerja.Saat itu Zavy bersumpah, seandainya dia sukses, dia akan balas dendam dan memberantas kejahatan yang ada di sana. Sekarang Zavy merasa sudah punya power untuk mewujudkan impiannya tersebut. Sekarang adalah waktunya untuk tampil.Setelah mandi, Zavy melihat dirinya sendiri di cermin. Dia begitu gagah dan tampan. Wajar kalau Vinna begitu tergila-gila padanya.“Kita mau pergi ke mana, Sayang?” tanya Vinna yang juga sedang berpakaian.“Menyelesaikan urusan yang seharusnya diselesaikan, Sayang!”Setelah semuanya sudah siap, Zavy dan Vinna dengan setelan anak muda zaman sekarang, lantas masuk ke dalam Rollys Royce mahal, menuju Universitas Gloriston.Di dalam mobil, layaknya anak muda yang sedang dalam masa-masa indahn
Kring!Ponsel Zavy bergetar dan berdering. Panggilan dari Russel Winston.“Selamat pagi juga, Paman. Ada apa?” sapa Zavy kembali dan bertanya.Kemudian pada pembicaraan tersebut Russel menyampaikan sejumlah hal penting. Cukup lama obrolan tersebut. Ada beberapa poin utama yang disampaikan oleh Russel pada Zavy, seperti rencana penunjukkan CEO The Rock Holding Company pengganti Mendiang Tuan Marvin, lalu ada satu hal lagi yang lebih prioritas, yaitu pengumuman sang penerus dari Mendiang Tuan Marvin Rock, kelak sang penerus tidak hanya menjadi CEO, tetapi menggantikan posisi beliau sebagai Raja Glora ke-46.Karena sekarang Russel sedang sibuk di istana mempersiapkan semuanya, mempersiapkan pengumuman kepada dunia tentang siapa putra tunggal Tuan Marvin yang bakal menjadi penerus, maka obrolan ini hanya berlangsung melalui sambungan telepon saja.Zavy menangkap dua poin utama tersebut. Russel juga menyuruh Zavy untuk mempersiapkan diri di hari yang penting itu. Sebuah hari yang begitu sp
Dulu Luis Charlton adalah orang yang percaya pada Zavy hanya dengan dugaan semata, bukan dengan bukti, akan tetapi dugaannya rupanya tidak meleset. Zavy memang orang hebat. Tapi, dia sempat terpedaya oleh bujuk rayu dari Gavi yang menghanyutkan sehingga persepsinya terhadap Zavy berubah drastis. Kini, dia merasa bersalah dan sangat menyesal. Apa pun akan dia lakukan demi menebus semua kesalahannya agar Zavy bisa memaafkannya.Satu cucu Luis Charlton yang masih kecil, anak dari Shane, yang dulu sempat mengolok-olok acara Anniv CPG yang menyedihkan, kini malah tidak tega melihat kakeknya bersedih. Dia memeluk badan Zavy seraya berkata, “Kak Zavy, maafkan Kakek Luis. Plis ....”Lalu diiringi pula oleh rayuan cucu Luis Charlton lainnya.Andrew yang kondisi fisiknya belum pulih, yang dulu juga sering dimarahi Luis Charlton karena terlalu lama jadi beban keluarga, pun kini membela Luis Charlton. “Saudara iparku, aku tahu kalau kau adalah pria baik-baik dan pemaaf. Jadi tolonglah ....”Semua