Arga menghela nafas kasar lalu menuju ke dalam kamarnya. Ia berniat untuk berbicara dengan Maria. Siapa tahu, istrinya mau diajak pergi dari rumah ini olehnya.Namun, setelah tiba di dalam kamar, Arga tak menemukan Maria di sana."Ke mana dia? Apa mungkin dia di perpustakaan?" tanya Arga pada diri sendiri, "aku mandi dulu deh," gumamnya lagi.Lalu, ia pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian rumahan.Hanya saja, Maria belum juga kembali ke kamar."Apa Maria ke perpusatakaan?" gumamnya. Tak menunggu lama, pria itu pun berjalan menuju ke ruang perpustakaan.Hanya saja, saat Arga hendak membuka handle pintu, ia mendengar suara bentakan dari dalam ruang perpustakaan. "Kau hanya seorang gadis yang memiliki penyakit kelainan mental, bisa dibilang Kau adalah orang gila yang saat ini masih berusaha dirawat di rumah oleh kakakmu! Jangan banyak tingkah, karena aku yakin kau dan kakakmu lah yang mandul!"Suara itu terdengar begitu menyakitkan di telinga Arg
Arga mengajak Maria untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar itu, lalu dia mengambilkan Maria air putih untuk diminum oleh sang istri.Maria pun merasa jauh lebih baik setelah meneguk habis air itu. Tak lama, ia juga mengembalikan gelas kosong tersebut kepada Arga.'Ternyata benar kata Arga,' batin Maria kala perasaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Padahal, dulu, setiap dirinya mendapat bully-an yang sama dari tante dan juga kakak iparnya, hatinya selalu tidak baik-baik saja.Ada satu titik sampai Maria hendak melakukan percobaan bunuh diri yang kebetulan digagalkan oleh sang kakak.Namun, entah mengapa, Maria merasa hidupnya jauh lebih berarti setelah Arga datang membelanya."Apa wanita itu selalu menghinamu, Nona? Apa dia selalu menyakitimu?" tanya Arga tiba-tiba yang membuat Maria menunduk.Sejujurnya, dia pun bingung harus menjawab apa pada sang suami."Kau tidak perlu khawatir, Nona. Aku orang yang akan melindungimu dengan nyawaku. Jadi, jangan takut," ucap Arga sembari
Melihat tak ada respons dari istrinya, Arga pun kembali mendekati Tuan Askara. "Maaf, Tuan. Bukan bermaksud untuk sombong, tapi saya membelinya di sekitar sini dan Anda pun sering makan di restoran ini," bela Arga setelah tuduhan itu. Tak lupa, ia menyerahkan nota pembelian di restoran terbaik yang ada di Jakarta.Sejujurnya, Arga tak habis pikir bagaimana Tuan Askara selalu saja berpikir buruk terhadapnya.Padahal, pria ini sudah tampak jelas sangat membutuhkan bantuan Arga, tapi Arga tak pernah diberlakukan baik.Apa bisa se-tidak-tahu-diri itu?"Dari mana kau mendapatkan uang?" tanya Tuan Askara mendadak sengit."Itu bukan urusan Anda, Tuan." "Lancang sekali kau melawan!" sentaknya.Arga pun tersenyum. "Saya tidak melawan, Tuan. Saya hanya menjawab apa yang harus saya jawab." "Saya pun tidak pernah melakukan tindakan yang kurang baik pada Maria. Bahkan, kalau Anda izinkan, saya mau membawa Maria pergi dari rumah ini dengan senang hati. Saya berjanji-"Belum selesai Arga menunta
Setelah masuk ke dalam kamar, Arga membuka makanan yang tadi ia beli.Pria itu menyuapi Maria dengan sangat telaten, sesekali mereka tertawa bersama, tampak jelas terlihat oleh mata tajam Tuan Askara kalau Maria begitu nyaman berada dekat dengan Arga.Dulu Maria bahkan tidak mau berkomunikasi dengan pelayan di rumahnya, ia selalu meminta pelayannya langsung pergi dari dalam kamarnya.Akan tetapi tidak dengan sekarang, dia melihat dengan mata kepala sendiri Maria begitu penuh semangat menerima setiap suapan yang diberikan oleh Arga.Sepertinya Arga bisa membuat sang adik kembali sembuh seperti sedia kala."Apakah aku harus membiarkan mereka keluar dari rumah ini?" tanya Tuan Askara di dalam hati.Pria itu mengintip dari celah pintu kamar Maria yang sebetulnya sengaja tidak ditutup rapat oleh Arga, karena ia tahu kakak iparnya tersebut pasti akan mengintai keberadaannya dan juga keberadaan Maria."Wah kamu makan banyak sekali,' Arga meledek Maria.Namun wanita cantik itu bukannya marah,
Esok harinya Arga dan Maria sudah bersiap-siap akan pergi dari rumah itu.Tuan Askara tampak sedikit murung. Karena sejujurnya beliau tidak ingin berjauhan dari sang adik.Maria dan Arga pun berjalan menuju ke meja Makan di mana sang kakak sudah menunggunya di sana."Silakan duduk," ucap Tuan Askara."Terima kasih," jawab keduanya kompak."Wah … wah, mau ke mana sepasang suami istri ini? Pasti bulan madu ya? tebak Nyonya Askara."Memangnya dia punya uang untuk bulan madu?" tante dari Maria seakan meledak Arga dan juga Maria.Bisa nggak sih kalian diam, ada Maria di rumah ini kalian keberatan, sekarang mereka mau pergi, mulut kalian masih saja usil. Aku sudah tahu semua belang kalian, sekarang aku mungkin masih bisa memaafkan kalian berdua dan memberi satu kali kesempatan lagi untuk memperbaiki diri," ucap Tuan Askara tegas, membuat sang istri yang memang tidak memiliki rasa takut terhadap apapun, melempar serbet ke atas meja makan."Apa yang sudah aku lakukan pada adik kesayanganmu in
Setelah tiba di apartemen mewah yang diberikan oleh sang papa, kini Arga dibantu petugas apartemen membawa kopernya menuju ke init apartemen miliknya.Tampak jelas Arga melihat sang istri seakan ketakutan saat bertemu orang asing, kecurigaannya terlalu berlebihan menatap orang asing dan genggaman tangannya mengerat.Apa mungkin ada hal buruk yang dilakukan dua wanita jahat itu terhadap Maria? pikir Arga."Kita masuk ya," ajak Arga setelah mereka tiba di depan unit apartemennya.Maria buru-buru mengangguk, lalu Arga mengajaknya masuk lebih jauh ke dalam."Ini Tuan kopernya," ucap petugas keamanan yang membantu Arga."Terima kasih ya Pak," jawab Arga lalu mengeluarkan 5 lembar uang berwarna merah diberikan untuk petugas keamanan tersebut."Tidak usah Tuan, ini sudah kewajiban saya membantu Anda," sahutnya menolak pemberian Arga."Saya yang memberikannya Pak, bukan bapak dan meminta. Ambillah Pak," bujuk Arga.Petugas keamanan itu pun terpaksa mengangguk, dan kembali mengucapkan terima k
"Anda mau kemana Nyonya?" tanya sopir yang tadi mengantarkan Arga saat pergi dari rumah ini. Sang sopir melihat Nyonya Askara sedikit terburu-buru, dan ia menganggap kalau wanita ini Membutuhkan bantuannya."Ah kebetulan kau datang. Antarkan aku, ke apartemen yang ditempati orang miskin itu!" serunya tegas."Maksud anda, Arga?" tanya sang sopir."Siapa lagi kalau bukan dia," jawabnya ketus.Sopir itu pun mengantarkan sang nyonya ke tempat di mana tadi ia menurunkan Arga dan juga Nona Maria.Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Mereka pun mulai memasuki kawasan apartemen super mewah.Nyonya Askara sedikit bingung, setahunya sang suami tidak pernah memiliki apartemen di kawasan ini.Apartemen milik mereka memang mewah, tapi tidak di kawasan elit. Dia jadi ragu kalau sang sopir ternyata salah jalan menuju ke apartemennya."Apa kau yakin ini apartemennya tempat kau tadi mengantarkan manusia miskin itu?" tanya Nyonya Askara pada sopir, ketika mereka sudah berada di lobby apartemen."Sa
Esok harinya, bel apartemen Arga berbunyi. Arga membuka pintu apartemennya.Ceklek"Selamat siang Tuan, saya Nando orang yang akan membantu anda dan Nyonya kapan saja kalian butuh bantuan saya," ucapnya.Nando adalah orang kepercayaan Tuan Gavin Dewantara yang khusus akan disiapkan menjadi asisten pribadi sang anak. Meski Arga belum mau ke Jerman, setidaknya Nando sudah mulai diminta untuk menjadi tangan kanan Arga."Arga." jawabnya sambil membalas uluran tangan Nando. "Mari silahkan masuk, saya mau siap-siap dulu ya," ucap Arga."Baik Tuan, terima kasih." Nando pun masuk dan duduk di ruang tamu. Hari ini dia akan menemani Arga dan istrinya ke Mall dan makan di restoran. Sopir pun sudah siap menunggu di mobil.Tadi malam Arga sudah menceritakan semua pada Maria, walau Maria tampak belum bisa hidup normal dan masih berada dalam trauma berat, tapi Arga akan membantunya untuk sembuh."Ayo Nando, kita berangkat," ucap Arga."Baik Tuan, mari," sahut Nando. Lalu mereka pun menuju ke dalam
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu