Di tempat berbeda kini, Nando sedang berusaha untuk melakukan tugasnya. Ternyata selama beberapa hari menjadi sepasang suami istri, nyatanya Monica masih perawan.Malam pertama mereka lewati di rumah sakit, sebab Nenek dari Monica sedang kritis. Nando pun sangat memakluminya.Dan sekarang mereka sudah kembali ke rumahnya. Tepatnya di rumah yang dihadiahkan oleh Arga untuknya.Nando menyentuh pipi istrinya begitu lembut. Ia terus mengelusnya hingga membuat Monica merinding. Ia yang penasaran dengan aksi suaminya ini akhirnya menatap wajah Nando yang tersenyum itu."Aku akan melakukannya atas kemauanmu, kita melakukannya atas dasar saling menginginkannya dan aku tidak pernah memaksamu," bisik Nando yang membuat Monica menegang.Jujur saja Monica merasa aneh dengan ucapan suaminya yang menyimpan banyak sekali kejanggalan. Tapi Monica tidak ingin terlalu memikirkannya.Setelah Nando mengelus pipi Monica, Ibu jarinya bergerak menyentuh bibir Monica yang berwarna pink cherry itu."Aku akan
Cukup lama dirinya bermain hingga akhirnya aksi pemanasannya turun. Ia merasakan manisnya dan harumnya tubuh Monica yang baru selesai mandi itu hingga tangannya begitu handal melepaskan celana terusan piyama Monica.Monica semakin menggila hanya pasrah saat celananya terlepas begitu saja. Satu-satunya kain yang tersisa hanya menutupi aset bawahnya."Huh ... Huh ... Huh ..."Napas Monica begitu tersengal-sengal saat merasakan gelayar aneh di tubuhnya. Sentuhan suaminya sukses membuatnya berkeringat membasahi tubuhnya."Sssst ..." desis Monica seraya menggigit bibirnya saat suaminya mengelus aset bawahnya yang masih terbungkus itu."Keluarkan saja suaramu! Jangan menahannya!" ucap Nando yang perlahan-lahan membuka kain satu-satunya itu di tubuh Monica.Aksi Nando itu terlihat sangat handal sekali hingga satu tarikan saja Monica benar-benar polos tanpa benang."Ternyata masih sama seperti sebelumnya," bisik Nando yang langsung menekuk kaki Monica dan bermain di bawah sana."Tidak! Sssst
"Kenapa Mama harus mencabut laporannya? Bukankah kita harus membuat dia mendekam lebih lama di dalam penjara?" tanya sang anak pada mamanya.Saat ini Dandi dan juga Yuna sedang berada dalam sebuah restoran. Dandi baru mengetahui kalau sang mama sudah mencabut laporannya terhadap Maria, wanita yang mereka yakini mengidap kelainan mental."Arga datang ke rumah dan marah-marah, dia juga mengancam Mama karena dia memiliki video ketika mama sedang bersama pria lain," ucapnya jujur.Dandi tampak berdecak kesal, harusnya sang Mama berhati-hati untuk bertindak, bukan seperti ini, kalau mereka tidak berhati-hati kemungkinan besar mereka akan kalah."Tolonglah besok-besok kalau mama mau bertemu dengan pria lain berhati-hati, jangan sampai seperti ini Ma, itu akan jadi senjata untuk Arga membalas balik perbuatan Mama," ucap Dandi"Oke Mama janji akan lebih berhati-hati." Dandi pun mengangguk mempercayai ucapan sang mama, karena hari ini ada hal yang akan mereka bahas mengenai Arga."Tau nggak si
Arga pun pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang sebenarnya, sembari membawa bukti rekaman CCTV.Beruntung kebakaran itu tidak menghanguskan bangunan lain, sehingga mereka masih bisa mengungkap dalang dan motifnya. "Pa," sapa Arga.Arga memasuki ruang keluarga untuk menemui sang papa dan menceritakan kejadian yang sebenarnya secara detail."Dari tadi Papa memghubungimu Nak," ucap sang Papa.Arga juga menyapa Yuna dan Dandi yang kebetulan ada di ruang keluarga bersama sang papa. Meski tak mendapat tanggapan."Maaf Pa, Arga terlalu sibuk ngurusin orang yang membakar gudang penyimpanan bahan baku kita," jawabnya."Pasti perusahaan rugi besar?" tebak Yuna.Yuna akan sangat bahagia bila sang suami bangkrut, saat perusahaannya dipegang Arga. Arga dianggapnya sebuah ancaman."Arga … Arga, bukannya bikin usaha Papa makin maju, malah kau bikin jadi bangkrut!" seru Dandi.Ingin rasanya Arga memberi pukulan lagi di wajah Dandi. Ibu dan anak ini sangat pandai memancing amarahnya."
Setelah Arga dan sang papa menuju ke ruang kerja bersama Nando, kini Yuna menuntut sang anak untuk menghubungi temannya.Mereka sedang berbincang di dalam kamar. Yuna tampak emosi saat Dandi tak bisa menghubungi temannya itu."Kemana dia!" umpatnya kesal."Jangan sampai dia membongkar kalau kita di balik kebakaran gudang itu," ucap Yuna penuh khawatir."Tidak semudah itu polisi melacaknya. Apalagi gambarnya tidak jelas," jawab Dandi, menghibur diri sendiri.Dandi terus-terusan menghubungi temannya itu. Tapi tetap saja tidak bisa tersambung, dia juga sudah menghubungi beberapa temannya untuk mencari tahu keberadaan orang tersebut.Tapi sekali lagi semuanya nihil, hingga membuat Dandi berkali-kali memukul tempat tidurnya saking kesal tidak bisa menghubungi temannya.Yuna melipat tangan di dada menatap tajam ke arah sang anak, tadi malam sang suami bertanya pada Yuna mengenai, kapan sebenarnya Dandi akan menikah?Tidak ada angin tidak ada hujan pria tua itu bertanya demikian padanya hing
Di sisi lain, Arga kini baru tiba di rumahnya. Ia berjalan dengan mengendap-ngendap menuju ke ruang utama di kediamannya."Tuan muda," sapa sang kepala pelayan kaget melihat kedatangan Arga di rumah itu mengendap-ngendap.Arga menaruh telunjuknya di depan bibir dan sang kepala pelayan pun mengerti maksud dari majikannya tersebut."Di mana Maria?" tanyanya berbisik."Ada di perpustakaan Tuan," ucap sang kepala pelayan.Arga pun mengangguk lalu kembali berjalan mengendap-endap menuju ke perpustakaan, ia benar-benar berjalan seringai bulu, agar tidak sampai didengar oleh sang istri.Dan tiba-tiba Maria berteriak kaget, karena ada tangan kekar yang melingkar di perutnya."Aaaaaaarg," teriak Maria.Arga tertawa, lalu membalikkan tubuh Maria untuk menghadap ke arahnya.Tanpa meminta izin, pria tersebut meraup bibir sang istri, melesakkan lidahnya ke dalam sana, entah kenapa kegiatan bersama Maria sangat dirindukan oleh pria itu. Akhir-akhir ini, Arga terlalu sibuk dengan urusannya.Arga m
Setelah pergumulan panjang yang mereka lakukan. Arga pun mengajak sang istri untuk mandi bersama, lalu mereka meminta pelayan di rumah itu membawakan makan malamnya ke dalam kamar.Arga sudah terlalu banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, dan dia tahu sang istri pasti sangat bosan menunggunya, hanya saja Maria sampai saat ini tidak pernah melakukan protes apapun pada Arga.Setelah melakukan makan malam mereka kini duduk di sofa di dalam kamarnya, sambil menikmati teh hijau kesukaan Arga. Arga sedang menonton info bisnis, fokusnya teralihkan karena panggilan istrinya."Arga," Panggil sang istri."Iya sayang," jawabnya."Kenapa ya perasaanku kok nggak enak, apa sebaiknya besok kau nggak usah ke kantor saja," ucap Maria kepada sang suami.Hati kecilnya sangat menginginkan Arga untuk tetap berada di rumah. Dia pun tak tahu apa sebenarnya yang menyebabkan dirinya menahan Arga seperti itu.Pria tersebut memberi usapan lembut di lengan istrinya, "maafkan aku ya sayang kalau selama ini
Di tempat berbeda kini tubuh Tuan Gavin Dewantara bergetar hebat akibat mendapatkan informasi kalau ada kecelakaan maut di jalanan.Dan yang membuat beliau seketika melemah adalah mobil itu milik sang anak.Bahkan untuk menghubungi asisten sang anak pun tangannya gemetar hebat, dia tak mampu melakukannya.Ditambah dada kirinya mendadak sakit. Dia terus menekan bagian dadanya sampai ponselnya berdering, dan beliau memberanikan diri untuk melihatnya. Ternyata ponsel Arga yang menghubunginya, jujur dalam pikirannya sekarang pasti polisi menghubunginya dan memberikan kabar buruk mengenai sang anak, ini tak mungkin terjadi dan beliau tak bisa membiarkan terjadi.Dengan tangan gemetar dia memberanikan diri untuk mengangkat panggilan telepon tersebut."Ha–halo," terdengar suaranya begitu bergetar hingga membuat Arga semakin yakin kalau sang Papa pasti mengira, dirinya menjadi korban kecelakaan itu."Ini Arga Papa," ucapnya dari seberang telepon."Sayang ini beneran kau Nak? Kau selamat dar
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu