"Semoga saja sesuai harapan kami dok," ucap Arga penuh harap."Iya Tuan, berdoalah Tuhan pasti akan memberikan kejutan itu tepat waktu. Anda tak perlu berkecil hati," kata dokter menasehati Arga. Pasien dan suaminya harus siap dengan segala hasil USGnya nanti."Iya dok, semoga saja Tuhan mengabulkan doa kami," ungkap Arga tulus.Maria semakin takut, bila tidak sesuai harapan."Harusnya aku datang sendiri ke rumah sakit, kalau hasilnya mengecewakan, kan kasihan Arga," Maria membatin."Baiklah kalau begitu mari kita periksa Tuan, Nyonya," ucap dokter pada Arga dan Maria. Suster pun membantu Maria untuk menuju ke ranjang pasien di mana alat USG sudah siap di sana.Setelah suster mengoleskan gel di perut Maria, kini dokter pun mulai memegang alat dan menempelkan alat tersebut di perut Maria."Kita berdoa ya Tuan, Nyonya, meskipun beberapa hari yang lalu masih belum ada tanda-tanda kehamilan, tetapi tidak menutup kemungkinan keajaiban itu bisa saja terjadi dan kita berharap mudah-mudahan
"Sayang kok tak apa ini?" tanya Arga pada sang istri."Ini surprise untuk Papa. Hari ini adalah hari ulang tahun Papa, hari ini juga kita makan malam bersama dan hari ini juga kita akan berikan hadiah paling istimewa untuk Papa," ungkap Maria jujur.Arga yang anak kandungnya saja tidak mengetahui kalau hari ini adalah hari ulang tahun Papanya tapi sang istri sudah dengan cepat mengetahui hal tersebut membuat Arga menjadi merasa bersalah.Maria pun menaruh kotak tersebut di dapur setelah ia berhasil keluar dari dalam kamarnya bersama sang suami hendak menunggu kedatangan Nando dan keluarganya.Kue tart buatan toko kue terbaik di Jerman pun sudah berada di dapur sebagai surprise nanti sebelum makan malam dimulai.Semua sudah tersusun rapi membuat Arga semakin bangga pada istrinya, ia tak menyangka istri mungilnya mampu melakukan semua ini sendiri dan bahkan hadiah yang akan mereka berikan pada sang Papa tidak main-main dan tidak bisa digantikan oleh apapun.Semesta seolah memihak pada
"Tuan, ada pak pengacara ingin bertemu anda," ucap pelayan di rumah itu."Ajak ke ruang kerja ya Bi, nanti kami menyusul," jawab Arga."Baik Tuan," sahutnya.Saat ini Arga dan keluarganya sedang berada di ruang keluarga bersama Nando dan juga istrinya.Mereka baru saja melakukan makan malam bersama dan sekarang sedang menikmati teh hangat sambil berbincang ringan mengenai kehamilan Maria yang membuat Tuan Dewantara dan Arga sangat bahagia.Jujur banyak doa sudah dipanjatkan untuk menunggu hari ini tiba baik oleh Maria, Arga maupun Tuan Dewantara, dan hari ini Tuhan telah mengabulkannya Maria dinyatakan benar-benar hamil."Tumben Pak Pengacara tak menghubungi saya dulu mau datang," ucap Nando."Sepertinya, ini sangat penting dan mendadak," jawab Arga. "Baiklah, saya akan ke atas menemui beliau lebih dulu," ucap Nando."Kita samaan saja ke atas," ujar Arga."Kau di sini dulu temani Nona Maria ya," ucapnya pada sang istri. Wanita cantik itu pun mengangguk.Lalu Arga, Tuan Dewantara dan
"Kenapa denganku ya? Kok aku lunglai begini," gumam Arga bertanya pada dirinya sendiri.Tok tokTerdengar suara pintu diketuk, namun Arga enggan untuk menjawabnya.Arga terkulai lemas, ketika salah satu OB di kantornya mengantarkan teh hangat pesanan Nando.Ceklek"Tuan, ini teh hangat untuk anda," ucap OB itu. "Hmmmmm!" jawab Arga bergumam."Apa ada lagi yang anda butuhkan Tuan?" tanyanya lagi. Arga mengibaskan tangan meminta Ob itu untuk keluar. Jangankan untuk berbicara membuka mata pun Arga rasanya sulit, sungguh ini suasana hati paling tidak nyaman untuknya.Apa mungkin karena ia kurang tidur atau terlalu kelelahan ketika memaksimalkan waktunya saat bersama sang istri?Atau apa mungkin karena beberapa hari ini dirinya sangat sibuk hingga kurang tidur yang jadi penyebab? Berbagai macam prasangka kini mengaung dalam benak Arga, namun tak sekalipun pria itu mendapatkan jawabannya.Sudah berkali-kali Arga pergi ke kamar mandi hanya untuk menuntaskan isi perutnya, bahkan untuk memi
Tiga bulan berikutnya."Aku akan biarkan kau menang saat ini, tapi tidak dengan selanjutnya. Aku akan membalas semua, dan mengambil semua darimu!"Kalimat itu diucapkan oleh Dandi, ketika pria tersebut kalah tender dengan Arga.Dandi yang sudah bisa melepaskan diri dari jerat hukum karena sang mama, kini memilih untuk menerima tawaran sang Mafia menjadi pemimpin perusahaan yang baru dirintisnya. Berniat untuk mengalahkan Arga, malah dirinya yang pulang gigit jari."Gitu dong, baru namanya pria sejati. Sesekali harus menang, masa kalah terus, malu sama dunia," balas Arga penuh ejekan.Tangan Dandi mengepal, tapi dia tak mungkin memukul Arga. Dia masih harus membangun namanya dulu untuk mendapat kepercayaan banyak orang."Aku yakin, bila harinya tiba, kau akan menyesal telah mengenalku," ucap Dandi lagi."Aku tak pernah menyesalinya, sebab darimu dan mamamu aku belajar banyak hal, bahwa orang jahat di dunia ini benar-benar ada. Aku tunggu suksesmu di atasku ya, jangan omong doang!"Arg
"Sehat selalu ya nak, Papa akan berjuang untuk membuatmu bahagia," ucap Arga.Dia mengusap lembut perut istrinya, sampai akhirnya mereka pun turun dari dalam mobil.Pemilik salon yang sudah mengenal Maria menyambut wanita itu dengan ramah. Mereka pun masuk lebih jauh ke dalam salon kecantikan tersebut.Arga bisa melihat yang ada di salon itu berjenis kelamin perempuan semua dan dirinyalah satu-satunya pria yang masuk dan berada di salon tersebut saat ini."Silakan, mau perawatan apa?" tanya sang pemilik salon.Sebagian besar pengunjung di sana kemungkinan sudah mengenal Maria karena beberapa kali sang istri datang ke salon ini membuat mereka melambaikan tangan ke arah Maria untuk sekedar menyapanya."Ini, suami saya mau masker wajah, tapi sediakan saja maskernya, nanti saya melakukannya sendiri!"Arga menganga mendengar ucapan sang istri yang mengatakan kalau dirinyalah yang akan melakukan perawatan wajah.Astaga mimpi apa Arga semalam sampai harus mendapatkan pelayanan spesial yang m
Setiap harinya kesibukan Arga mulai sangat padat. Ia memenangkan tender dengan nominal yang sangat besar, hingga ia harus mengorbankan banyak waktunya di luar rumah.Arga pergi sebelum sang istri bangun dan ia pulang setelah Maria terlelap. Seperti sekarang ia baru tiba di rumah sekitar pukul dua belas malam waktu Jerman. "Arga, sudah pulang," sapa Maria dengan suara parau khas bangun tidur saat Arga mencium keningnya sangat dalam dan penuh cinta."Iya baru sampai, tidur saja sayang aku mau mandi dulu." ucapnya pada Maria kemudian mencium sekilas bibir istrinya."Apa anak Papa masih ngambek? kenapa tidur di sini bukan di atas kasur?" Arga bertanya karena sang istri terlelap di atas sofa."Iya dedek bayinya lagi ngambek, tadi tiba-tiba saja ingin tidur di sofa, lama nunggu Papa pulang," jawab Maria atas pertanyaan suaminya.Arga terkekeh mendengarnya, ia bersyukur memiliki istri yang pengertian, terlebih sebentar lagi dirinya akan punya anak. Dan itu artinya Maria tak akan kesepian l
Hari berganti Hari kini sudah genap 6 minggu lamanya Natali menjadi pemimpin di perusahaan Pusat.Dengan melihat kesabaran Dandi dalam membimbing Natali yang tampak tidak menyukai pria itu, hingga membuat keluarga Johanes berniat untuk menjodohkan Natali dengan Dandi.Tentu saja Dandi awalnya menolak, dan itu hanya akting belaka, sebab menjadi menantu sang mafia kejam yang merupakan bosnya tersebut adalah keinginan terbesar dalam hidupnya.Ketika Dandi menolak sang mafia justru semakin yakin untuk mencontohkan anak semata wayangnya dengan Dandi, hingga berujung membuat Natali murka, setelah mengetahui Dandi menerima tawaran itu.****Kantor cabang Pria muda yang sangat licik dengan setelan pakaian kantornya yang berbalut jas berwarna hitam. Pria itu tak lain adalah Dandi yang sedang membaca semua berkas yang dikirimkan oleh sekretarisnya dengan sangat teliti dan tak suka adanya kesalahan. Saat ia sedang sangat serius, perhatiannya teralihkan dengan suara pintu ruangannya yang telah
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu