Setiap harinya kesibukan Arga mulai sangat padat. Ia memenangkan tender dengan nominal yang sangat besar, hingga ia harus mengorbankan banyak waktunya di luar rumah.Arga pergi sebelum sang istri bangun dan ia pulang setelah Maria terlelap. Seperti sekarang ia baru tiba di rumah sekitar pukul dua belas malam waktu Jerman. "Arga, sudah pulang," sapa Maria dengan suara parau khas bangun tidur saat Arga mencium keningnya sangat dalam dan penuh cinta."Iya baru sampai, tidur saja sayang aku mau mandi dulu." ucapnya pada Maria kemudian mencium sekilas bibir istrinya."Apa anak Papa masih ngambek? kenapa tidur di sini bukan di atas kasur?" Arga bertanya karena sang istri terlelap di atas sofa."Iya dedek bayinya lagi ngambek, tadi tiba-tiba saja ingin tidur di sofa, lama nunggu Papa pulang," jawab Maria atas pertanyaan suaminya.Arga terkekeh mendengarnya, ia bersyukur memiliki istri yang pengertian, terlebih sebentar lagi dirinya akan punya anak. Dan itu artinya Maria tak akan kesepian l
Hari berganti Hari kini sudah genap 6 minggu lamanya Natali menjadi pemimpin di perusahaan Pusat.Dengan melihat kesabaran Dandi dalam membimbing Natali yang tampak tidak menyukai pria itu, hingga membuat keluarga Johanes berniat untuk menjodohkan Natali dengan Dandi.Tentu saja Dandi awalnya menolak, dan itu hanya akting belaka, sebab menjadi menantu sang mafia kejam yang merupakan bosnya tersebut adalah keinginan terbesar dalam hidupnya.Ketika Dandi menolak sang mafia justru semakin yakin untuk mencontohkan anak semata wayangnya dengan Dandi, hingga berujung membuat Natali murka, setelah mengetahui Dandi menerima tawaran itu.****Kantor cabang Pria muda yang sangat licik dengan setelan pakaian kantornya yang berbalut jas berwarna hitam. Pria itu tak lain adalah Dandi yang sedang membaca semua berkas yang dikirimkan oleh sekretarisnya dengan sangat teliti dan tak suka adanya kesalahan. Saat ia sedang sangat serius, perhatiannya teralihkan dengan suara pintu ruangannya yang telah
"Papa dari mana?" tanya Arga, saat melihat sang papa baru masuk ke dalam rumah.Arga dan Maria sudah selesai makan malam, bahkan Maria mungkin sudah terlelap. Arga memilih masuk sebentar ke ruang kerjanya karena ada laporan yang harus dia selesaikan. Arga berpapasan dengan sang papa di lantai satu. Mereka pun menuju ke ruang keluarga."Papa tadi pulang ke rumah utama. Gimana pekerjaanmu hari ini Nak? Maria di mana?" tanya Tuan Dewantara."Baik Pa. Maria sudah tidur, katanya kakinya mulai pegal. Oh iya apa Papa sudah makan malam?" tanya Arga."Sudah. Apa kau tahu Dandi akan menikah, Nak?" tanya sang papa."Menikah?" Arga membeo.Tuan Dewantara mengangguk cepat. "Benar Nak, dia dijodohkan dengan anak dari James, Bosnya itu. Papa tadi mendengar kabar ini dari klien bisnis kita.""Hebat sekali dia, bisa mempengaruhi James dan keluarganya untuk menjodohkannya dengan pewaris keluarga itu."Arga sangat yakin kalau ini adalah akal-akalan Dandi dia pasti mencari cara untuk membuat bosnya terj
"Aku hanya akan memberimu waktu satu kali saja untuk memperbaiki sikap dan penampilanmu, bila kau tak mau berubah, maka aku tak segan-segan memecatmu!" seru Arga."Dasar manusia jadul yang pola pikirnya ketinggalan zaman," gumam Angel di dalam hati."Apa kau bilang?" Pertanyaan Nando, membuat Angel kaget. Bagaimana mungkin pria ini mengetahui isi hatinya? pikir Angel."Saya bahkan belum bersuara Pak Nando," protes Angel."Tapi aku tahu isi kepalamu!" seru Nando tak mau kalah.Angel membuang nafas kasar, "baik Pak, saya akan merubah semua sikap dan penampilan saya bila sedang berada di kantor," janji pada tangan kanan Bosnya ini."Bagus. Baiknya kau memang harus mengikuti semua aturan di kantor ini.""Baik Pak. Apa ada lagi yang Pak Nando butuhkan dari saya? Bila tidak saya akan segera bekerja," ucapnya."Pergilah," usir Nando."Saya permisi dulu pak Nando," pamitnya sekali lagi."Hmmmmm," sahut Nando.Angel buru-buru keluar dari ruangan Nando, dia sungguh bosan berbicara dengan pria
Mereka pun segera bersiap-siap. Demi calon anaknya, Arga akan melakukan apapun asal istrinya bahagia, meski dia dalam keadaan lelah."Aku gendut sekali sekarang, jujur aku nggak percaya diri jalan sama Arga. Apa batal saja kali ya?" gumamnya sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin.Maria merasa dirinya tidak pantas berdampingan dengan Arga yang ketampanannya menjulang setinggi langit."Sepertinya baju ini yang bikin aku jadi kelihatan gendut," ucapnya lagi.Maria kembali mengganti bajunya hingga ia merasa nyaman dengan penampilan itu, dan setelah menurutnya terlihat cantik, ia segera menyusul sang suami tampan yang kini sudah berada di dalam mobilnya yang terparkir di halaman depan rumahnya.Arga membukakan pintu untuk sang istri, lalu Maria masuk ke dalamnya.Setelah memastikan Maria duduk dengan nyaman, Arga memutar setengah badan mobil, lalu duduk di balik kemudi."Baiklah istriku tercinta, mau ke mana kita sekarang?" tanya Arga sesaat setelah memakaikan seatbelt di tubuh i
'Kenapa coba harus bulan madu?' batin Natali kesal.Natali yang melihat semua orang langsung membuka suaranya. "Natali dan Dandi sangat sibuk kek, kami tidak memiliki waktu untuk melakukan hal itu," jawab Natali menolak permintaan kakeknya.Dandi yang mendengar ucapan istrinya hanya diam, karena mempercayai jika istrinya itu bisa menyelesaikan hal kecil ini."Baiklah kakek tidak akan memaksa kaliam berdua, tapi kakek mohon sekali lagi beri kakek cucu secepatnya, kakek sudah tua dan ingin melihat penerus keluarga Johanes di masa depan," ucap sang kakek penuh harap.Dandi dan Natali sangat tersentak mendengar ucapan dari kakek, apalagi nada bicara pria yang mereka hormati itu memiliki banyak sekali harapan atas pernikahan ini."Kakek jangan berpikiran yang sangat jauh! Kakek pasti akan melihat cucumu," jawab Natali dengan entengnya. Sedangkan, Dandi hanya diam dengan datarnya."Baiklah kakek akan menunggu kabar itu," jawab kakek dengan senyum sumringahnya.Seluruh keluarga yang melihat
Selama lima jam Natali berada di apartemen sang kekasih. Kini dia harus kembali ke rumah agar sang kakek tidak meradang.Setelah berpamitan pada Jericho, Natali pun pulang menuju kediaman keluarga Johanes."Dari mana saja kau, jam segini baru pulang huh?" Dandi sudah tak mau lagi mengalah. Dia tak suka dengan sikap wanita ini. Toh dia sudah sah menjadi menantu Bosnya sendiri."Jangan sok perhatian deh, aku tahu apa tujuanmu menjebak keluargaku agar mau menjodohkanmu denganku! Kau pria miskin yang tak punya otak!" seru Natali.PlakPlakDandi menampar Natali cukup kencang, pria itu tak bisa menahan emosinya. Dia muak berpura-pura mengalah, karena dirinya akan semakin dihina oleh Natali.Meski apa yang dikatakan Natali benar adanya.Dandi mencengkram rahang Natali, hingga bibir wanita itu mengerucut."Jangan pernah berani menghinaku lagi!" ancam pria itu penuh amarah. "Bahkan aku tahu kau habis menemui kekasihmu. Jangan banyak tingkah kalau kau tak mau aibmu aku bongkar!" tambah pria it
"Baru kali ini aku ditampar. Bahkan pria miskin itu yang melakukannya. Aku membencinyaaaaaaaaaa!" teriak Natali saat dirinya baru bangun dari tidur. Tadi setelah suaminya pergi meninggalkan Natali wanita itu memilih untuk mengurung diri di kamar hingga terlelap.Karena rasa kesalnya sangat luar biasa bergejolak di dalam dada membuatnya murka.Selama ini dia tak pernah disentuh oleh apapun, tapi sang suami dengan lancang menamparnya.Natali bersumpah akan mengadukan semua sifat buruk Dandi kepada keluarganya."Aku tidak akan pernah memaafkannya. Aku harus membalas semua perbuatannya hari ini. Papa harus tahu siapa Dandi sebenarnya!" serunya lagi penuh ancaman.Bagi pengantin baru kebanyakan saat ini adalah saat yang paling membahagiakan untuk mereka, waktu hanya milik pasangan pengantin baru itu.Akan tetapi tidak dengan Natali dan juga Dandi, mereka bahkan seperti berada di neraka.Bahkan setiap kali melihat wajah pria itu hati Natali meradang penuh emosi.Berkali-kali Natali memuku
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu