Nyonya Askara masuk ke dalam kamarnya. Tuan Askara pun mengajak Maria dan Arga masuk lebih jauh ke dalam rumahnya."Banyak sekali oleh-olehnya," ucap Tuan Askara."Ini dari Papa, untuk anda selaku kakak dari menantu kesayangannya," jawab Arga. Tuan Askara tersenyum, lalu dia membuka kaca mata yang membingkai matanya. Pria itu menghapus jejak air mata yang mulai membasahi kedua sudut matanya. Maria pun menyadari itu semua. "Apa kakak tidak suka aku bahagia?" tanya Maria.Tuan Askara tersenyum. Dia kembali menggunakan kacamatanya. "Tentu kakak sangat bahagia. Kakak tak menyangka kalau menikahkanmu dengan Arga akan membawa dampak baik padamu. Kakak sangat menyayangimu Maria. Kakak bersyukur kau tak lagi mengalami kesepian," ucapnya tulus."Tapi berjanjilah kakak akan selalu sehat, karena kita terpisah jarak dan waktu," pinta Maria. Tuan Askara mengangguk. Sejak kepergian kedua orang tuanya, Tuan Askara-lah yang menjadi Ayah, Ibu sekaligus kakak untuk Maria.Tapi kesibukannya membuat T
Arga tersenyum puas kemudian mengecup bibir ranum sang istri sekilas lalu membuka satu-satunya kain penghalang yang dikenakannya hingga tubuh kekar polos dan menampilkan otot yang membuat pria itu tampak semakin seksi.Pria itu kembali memposisikan tubuhnya di atas Maria dan membuka lebar kaki wanita di bawahnya. Jantung Arga kini sudah menggedor-gedor rongga dadanya, sumpah demi apapun ini seperti yang pertama baginya merasakan kenikmatan luar biasa.Arga sudah akan bersiap lagi untuk melakukan penyatuan setelah sebelumnya ia membiasakan Maria dengan miliknya yang ukurannya lebih dari normal."Tolong sebut namaku sayang," pinta pria itu yang sudah mulai berhasrat."Argaaaaa ...." panggil Maria dengan suara manjanya.Arga kembali mengecup bibir ranum Maria yang berwarna merah seperti buah ceri, mencecap setiap jengkal bibir manis itu, melesakkan lidah agar terpaut dan membelit di dalam sana.Maria selalu terbuai dengan perlakuan suaminya.Arga menatap lekat wajah cantik sang istri ya
"Tuan, apa kita langsung ke Bandung menemui orang itu?" tanya Nando."Sebaiknya begitu, sebelum sore menjelang. Setidaknya malam kita sudah kembali ke Jakarta," ucap Arga."Baik Tuan, mari silahkan masuk," kata Nando mempersilahkan Bosnya masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang dari Jakarta menuju ke Bandung. Dan setelah selama dua setengah jam menempuh perjalan, akhirnya mereka tiba di alamat yang dituju. Kali ini mereka akan bertemu di sebuah restoran mewah di Kota Bandung.Arga sedang duduk bersantai bersama Nando asisten pribadinya di sebuah meja yang dekat dengan taman, mereka baru saja membuat janji untuk bertemu di sana.Arga meneguk minuman beralkohol tinggi dengan nilai fantastis di gelas yang sedari tadi ia mainkan.Jujur dalam benaknya terpusat pada Maria, dan ia tidak sabar untuk segera kembali ke Jakarta untuk memeluk istrinya.Ponsel Nando bergetar di saku jasnya, ia merogoh ponsel pintar itu lalu menekan icon berwarna hijau, saat melihat nama Da
"Apa yang terjadi? Kenapa Maria bisa diculik?" Arga tiba di kediaman iparnya tepat pukul 15.00 Wib, dia benar-benar tidak mengerti siapa sebenarnya yang memiliki musuh dan apa kepentingannya menculik sang istri?Apa ini ada hubungannya karena Arga, yang awalnya dijebak menjadi suami untuk Maria? Atau ada urusan lain antara sang kakak ipar hingga harus mengorbankan Maria?Bahkan tadi sepanjang perjalanan tadi dari Bandung menuju Jakarta Arga terus mengumpat.Arga terus mengutuk siapa pun yang sudah lancang melakukan hal ini terhadap sang istri."Maafkan Kakak, Arga," ungkap Tuan Askara penuh penyesalan, "Kakak ada masalah pribadi dengan penculik itu, dan Maria diculik oleh anak buahnya!"Tuan Askara pun menceritakan semua yang terjadi hingga berujung penculikan terhadap Maria sang adik semata wayang.Baru kali ini Tuan Askara merasa takut kehilangan Maria, baru kali ini ia menyesal akan kelakuannya selama ini terhadap yang sempat tak peduli dengan kehidupan sang adik.Tuan Askara bahk
Mereka pun akhirnya tiba di lokasi penyekapan Maria."Apa kakak yakin ini adalah tempatnya?" tanya Arga sedikit meragu."Ini kau lihatlah sendiri alamat yang dikirimnya," sahut Tuan Askara. Arga mengangguk."Arga, kalau kakak dibunuh, tolong kau jaga Maria dengan baik ya," pintanya pada Arga.Arga membuang nafas kasar, suasana kembali melow. Arga berharap semua akan baik-baik saja."Kakak tenang saja kita semua pasti selamat. Lagian kakak sudah menggunakan rompi anti peluru," sahut Arga menenangkan sang kakak ipar."Nando, tolong jangan bergerak dulu sampai Tuan Askara selesai bertransaksi!" titahnya pada sang asisten."Baik Tuan," jawab Nando. "Tolong kalian jangan bergerak sampai Tuan Askara selesai melakukan transaksi, sebaiknya kalian segera cari tahu di mana keberadaan Nona Maria saat ini, apa beliau di sekap atau sedang bersama Ricardo. Tapi tolong ya jangan bertindak gegabah apalagi menimbulkan kecurigaan para lawan, karena keselamatan Nona Maria menjadi taruhannya. Kita jangan
"Sebetulnya di tempat ini dikelilingi oleh kawat berduri, dan kawat tersebut semuanya dialiri aliran listrik tegangan tinggi, tetapi Tuan dan Pak Nando jangan khawatir, kami akan segera menjinakkannya, jadi nanti anda bisa melewati pintu belakang untuk masuk ke ruangan di mana Nona Maria disekap!"Suara tersebut kembali mereka dengarkan melalui earphone yang terpasang di telinga masing-masing."Oke kalau situasi sudah aman tolong kabari kami," jawab Nando pada koordinator tim saat itu yang juga membantu Arga untuk membebaskan sang istri.Dua menit kemudian kembali terdengar suara dari earphone yang masih bertengger di telinga masing-masing."Tuan Arga dan Pak Nando bisa langsung menuju ke arah pintu belakang, semua aliran listrik di sini sudah kami jinakkan! Anda boleh melewati jalanan setapak, nanti akan ketemu pintu kecil dan langsung masuk di sana! Kami kebetulan sudah membuka gembok nya dari dalam," ucap pria itu lagi kepada Nando dan juga Arga."Oke baiklah, nanti kalau ada apa-a
Dor dor.Terdengar lagi, dua kali tembakan membuat Nando semakin tidak karuan, karena sumber tembakan tersebut berasal dari dalam ruangan di mana Tuan Askara dan juga Ricardo berada."Apa yang terjadi?" tanya Nando dengan suara keras kepada salah satu anak buahnya yang kebetulan berjaga di sekitar ruangan tersebut.Mereka masih berkomunikasi menggunakan earphone. Nando saat berbicara demikian sambil menusukkan belati beracun ke perut salah satu anak buah Ricardo."Ricardo mengancam Tuan Askara, tapi tembakannya tidak mengenai Tuan Askara, hanya saja kita harus segera menolong Tuan Askara," ucap koordinator tim tersebut.Tuan Askara tak pernah menyangka dirinya berada di situasi yang menegangkan seperti ini, dia memang pernah bermusuhan dengan Ricardo, tapi tak pernah berakhir dengan penculikan.Tuan Askara sangat menyesal telah gagal menjaga sang adik ketika mereka sedang bersama."Kau tahu, kalau kau telah mengecewakanku, kau sengaja mengajak banyak anak buah iparmu untuk datang ke t
"Kak Aska kenapa?" tanya Maria sendu."Kakak, terkena timah panas. Tapi kondisinya sudah stabil kok. Makanya kau harus kuat sayang, biar cepat sembuh dan bisa jaga kakak," Arga membujuk sang istri. Maria sejak tadi belum mau menyentuh makanan yang disiapkan oleh pihak rumah sakit. Buah pun Maria menolak. Dia hanya mau minum air.Maria menyusut air mata dengan satu tangan yang terbebas dari jarum infus, dia mau makan seperti yang diminta suaminya."Aku suapin ya?" Arga meminta persetujuan Maria."Iya terima kasih Arga," sahutnya.Arga tersenyum, lalu dengan telaten mulai menyuapi Maria.Nando yang baru masuk ke ruangan Maria pun ikut senang melihatnya. Setidaknya Maria tidak down seperti yang sempat Nando takutkan tadi."Nando," sapa Arga, saat melihat sang asisten mematung di depan pintu. "Masuk Nando," kata Arga lagi pada asistennya.Lalu Nando pun mendekat ke ranjang pasien."Apa kabar Nona? Apa kondisi Anda jauh lebih baik sekarang?" tanya Nando tulus.Maria pun tersenyum lalu men
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu