Maria buru-buru menghapus jejak air mata yang mulai membasahi wajah cantiknya.Maria menghampiri Arga yang duduk di sofa, pria itu tampak sibuk memainkan ponselnya. Maria duduk di samping sang suami."Kenapa aku nggak boleh kembali ke ke Indonesia? Aku hanya pulang sebentar saja?" tanya Maria pelan. Arga tidak menatapnya. Dia tetap fokus pada ponselnya."Kenapa wanita yang sudah menikah harus mementingkan acara bersama keluarganya dibandingkan tetap menemani suaminya?" Arga bertanya balik. Pertanyaan Arga benar-benar menyakiti hati Maria. Seolah dia begitu tidak becus menjadi seorang istri, hingga untuk pulang ke Indonesia pun dianggap sangat tidak pantas. Maria ingin berteriak bahwa bukan keinginannya untuk menjadi seperti ini, tapi dia urungkan. Bukan seperti itu caranya melawan suaminya ini. Menunduk kadang lebih baik daripada memperkeruh keadaan.Maria membuang nafas kasar untuk menetralkan detak jantungnya."Jadi apa wanita yang sudah berkeluarga tidak boleh pulang ke keluarga
Di sebuah ballroom hotel mewah yang dipilih oleh Tuan Askara, untuk melaksanakan acara syukuran yang sering dilakukan setiap tahun di tanggal yang sama.Kini semua tamu undangan sudah datang ke tempat acara tersebut, tanggal spesial untuk keluarga Askara, dan tanggal ini sudah ditetapkan menjadi tanggal terbaik oleh keluarga Askara, bahkan sejak zaman dahuluKeluarga kandung dari Nyonya Askara pun sudah tiba di tempat tersebut, meski tidak terlalu banyak klien bisnis dari Askara Group yang diundang, tapi untuk acara syukuran jumlah tamu undangan yang kini hadir di sana bisa dibilang cukup banyak.Nyonya Askara mulai gelisah, karena tidak terima harus menunda acara hanya karena menunggu orang miskin seperti Arga.Ia pun berjalan mendekati sang suami yang awalnya sedang mengobrol dengan salah satu klien bisnisnya. Nyonya Askara menggiring suaminya untuk menjauhi klien bisnis tersebut, agar bisa berbicara dengan Tuan Askara."Di mana supir itu? Dia pikir dirinya orang hebat, sampai memb
"Apa maksudnya orang ini? Atau jangan-jangan Maria sudah menceritakan semuanya?" ucapan itu muncul di dalam hati dari tantenya Maria.Dia juga salah satu orang yang sangat menginginkan kehancuran Maria, tujuannya ya satu untuk menguasai harta keluarga Askara.Dia justru tidak menikah hanya karena ingin menguasai harta almarhum adiknya."Kalau begitu kakak mulai acaranya ya," ucapnya pada sang adik semata wayang.Maria pun mengangguk, lalu mereka mulai melakukan pemotongan tumpeng sebagai puncak acara, setelah Tuan Askara menyampaikan sepatah dua patah kata dan ungkapan rasa terima kasihnya untuk para tamu undangan yang kini hadir dalam acara tersebut."Maria aku mau ngambil makanan dulu ya?" pamit Arga pada sang istri.Dia akan memberi waktu untuk Maria dan Tuan Askara berbincang sejenak."Iya Arga," jawab Maria sambil tersenyum.Arga pun bergegas menuju ke stand makanan yang tersedia di sana, hidangan di sana disajikan secara prasmanan, jadi semua bisa memilihnya sesuai selera.Arga
Arga dan Maria pergi dari hotel tempat acara tersebut. Arga benar-benar tak kuasa ingin menampar wanita jahat itu, tapi sekali lagi dia menghargai Tuan Askara sebagai iparnya."Maafkan kakak iparku ya? Mulutnya memang selalu tajam. Dia punya misi terselubung mendekati kakakku," ucap Maria mengadu pada Arga.Arga mengernyit heran, lalu dia pun bertanya pada sang istri, "apa yang kau tahu tentangnya Maria?"Maria menarik nafas dalam. Sejujurnya dia sangat enggan membahas manusia jahat itu. Tapi dia tak punya pilihan."Aku pernah mendengarnya sedang berbicara dengan kakak pertamanya. Dia bilang sudah tak tahan ada di rumah ini, dia tak tahan punya suami seperti kakakku," jawab Maria.Perih bila mengingat lagi peristiwa menyakitkan itu, tapi Maria harus menceritakan semuanya pada sang suami."Dia bilang, menikahi kakakku hanya untuk mengambil alih kekayaannya. Mereka berniat menyingkirkanku dan juga kakakku, lalu-" Maria menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia tak sanggup me
Esok harinya. Arga mengajak Maria untuk berkunjung ke rumah sang kakak. Dua mobil mewah terparkir di halaman rumah Tuan Askara. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Arga. Satu mobil ia tumpangi dengan istrinya, dan satu lagi berisi berbagai macam oleh-oleh dari Arga dan Maria untuk Tuan Askara."Maria, adikku sayang ...." teriak Tuan Askara.Maria sangat merindukan Kakaknya tersebut, apalagi sudah berbulan-bulan lamanya mereka tidak bertemu. "Kakakaaaaaaaa," balas Maria berseru girang saat Kakaknya datang menghampiri ke halaman rumahnya. Maria berlari kecil agar sesegera mungkin bisa berada dalam pelukan sang Kakak."Mariaaaa pelan-pelan sayang ....!" tegur Arga.Maria hanya hanya tersenyum, lalu mengangguk. Tapi dia merindukan rumah ini. Rumah yang dulu bagai surga untuknya dikala kedua orang tuanya masih hidup. Tuan Askara ikut tersenyum ternyata Arga memperlakukan adiknya dengan sangat baik, jujur dia senang mendengarnya."Kakak apa kabar, katanya kakak sempat sakit, memangnya sud
Nyonya Askara benar-benar tidak terima dengan ucapan Maria yang dianggapnya terlalu mengada-ngada.Akan tetapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia sudah mulai ketakutan, jangan sampai ada barang bukti yang ditemukan untuk bisa membongkar kebusukannya selama ini.Sepertinya dia harus bergerak cepat untuk menguasai harta kekayaan keluarga Askara, setidaknya dia harus menjadi pemilik dari harta warisan ini sebelum nanti sang suami mengetahui siapa dia sebenarnya.Seperti itulah yang kini terlintas dalam benak Nyonya Askara, untuk menyusun strategi ke depannya."Kau pikir saya takut dengan ancamanmu. Dia memang sampah di mata aku!" "Pria yang menjual dirinya demi uang, itu hanya manusia sampah!" umpatnya lagi.PlakPlakDua kali tamparan, mendarat di wajah cantik Nyonya Askara, sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah."Jaga ucapanmu!" sentak Tuan Askara. Tuan Askara tidak terima sang istri mengatakan Arga menjual diri pada keluarga Askara, justru dirinya lah yang menjebak Arga ag
Nyonya Askara masuk ke dalam kamarnya. Tuan Askara pun mengajak Maria dan Arga masuk lebih jauh ke dalam rumahnya."Banyak sekali oleh-olehnya," ucap Tuan Askara."Ini dari Papa, untuk anda selaku kakak dari menantu kesayangannya," jawab Arga. Tuan Askara tersenyum, lalu dia membuka kaca mata yang membingkai matanya. Pria itu menghapus jejak air mata yang mulai membasahi kedua sudut matanya. Maria pun menyadari itu semua. "Apa kakak tidak suka aku bahagia?" tanya Maria.Tuan Askara tersenyum. Dia kembali menggunakan kacamatanya. "Tentu kakak sangat bahagia. Kakak tak menyangka kalau menikahkanmu dengan Arga akan membawa dampak baik padamu. Kakak sangat menyayangimu Maria. Kakak bersyukur kau tak lagi mengalami kesepian," ucapnya tulus."Tapi berjanjilah kakak akan selalu sehat, karena kita terpisah jarak dan waktu," pinta Maria. Tuan Askara mengangguk. Sejak kepergian kedua orang tuanya, Tuan Askara-lah yang menjadi Ayah, Ibu sekaligus kakak untuk Maria.Tapi kesibukannya membuat T
Arga tersenyum puas kemudian mengecup bibir ranum sang istri sekilas lalu membuka satu-satunya kain penghalang yang dikenakannya hingga tubuh kekar polos dan menampilkan otot yang membuat pria itu tampak semakin seksi.Pria itu kembali memposisikan tubuhnya di atas Maria dan membuka lebar kaki wanita di bawahnya. Jantung Arga kini sudah menggedor-gedor rongga dadanya, sumpah demi apapun ini seperti yang pertama baginya merasakan kenikmatan luar biasa.Arga sudah akan bersiap lagi untuk melakukan penyatuan setelah sebelumnya ia membiasakan Maria dengan miliknya yang ukurannya lebih dari normal."Tolong sebut namaku sayang," pinta pria itu yang sudah mulai berhasrat."Argaaaaa ...." panggil Maria dengan suara manjanya.Arga kembali mengecup bibir ranum Maria yang berwarna merah seperti buah ceri, mencecap setiap jengkal bibir manis itu, melesakkan lidah agar terpaut dan membelit di dalam sana.Maria selalu terbuai dengan perlakuan suaminya.Arga menatap lekat wajah cantik sang istri ya
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu