Share

Bab 202

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 23:42:14

“Ya, apa istrimu ga curiga kamu tiap hari pergi?” tanya Ike saat Surya memberi sentuhan di lehernya.

Surya sontak menghentikan kegiatannya. Dia mengangkat kepala lantas menatap wanita yang berbaring di bawahnya. “Bisa ga kamu jangan ngomongin dia kalau kita sedang bersama, Ke? Bikin ilang mood aja!” protesnya.

Ike tersenyum lantas mengelus wajah Surya dengan tangan kanannya. “Kenapa? Aku ‘kan cuma ngomongin apa yang ada di pikiranku,” timpalnya.

“Kalau jadi istrimu, aku pasti curiga karena kamu sering pergi dari pagi sampai malam di hari libur,” sambung wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam itu.

Surya menegakkan badan. Dia menyugar rambutnya yang berantakan karena ulah tangan Ike saat mereka tadi berciuman. “Kalau kamu ngomongin itu terus, lebih baik aku pulang saja,” ucapnya.

“Eh, mau ke mana?” Ike menahan tangan Surya saat pria itu akan berdiri.

“Pulang,” sahut Surya dengan dingin.

“Kamu ngambek beneran, Ya?” Ike bangun lalu duduk menghadap Surya.

“Ya udah, aku ga akan ngo
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
diusahakan ya, Kak
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
makasih akak
goodnovel comment avatar
Ahmad Purwanto
sekali update 2 episode lah thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 203

    “Jadi selama ini kamu bohongi aku, Mas? Pamitnya ketemu teman-teman kuliah buat bahas reuni, tapi ternyata reuni berdua di apartemen?” Vita membuka pembicaraan saat mereka sudah tiba di rumah orang tua Surya. Mereka sengaja bicara di sana agar kedua orang tau Surya juga tahu permasalahan yang ada, tidak hanya orang tua Vita.“Sebenarnya ada apa ini?” tanya mama Surya yang merasa penasaran karena kedua besannya tiba-tiba datang ke rumah berbarengan dengan putranya dan Vita.“Mas Surya selingkuh sama teman kuliahnya, Ma. Aku tadi memergoki mereka di apartemen selingkuhannya,” jawab Vita tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Surya.“Apa? Selingkuh?” Mama Surya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Begitu juga papanya.“Surya, apa benar apa yang dikatakan Vita?” Papa Surya langsung bertanya pada sang putra.“Aku khilaf, Pak,” sahut Surya sambil menunduk. Lebih baik dia mencari jawaban yang aman agar tidak mendapat amukan dari kedua orang tuanya.“Apa? Kamu bilang khilaf, Mas? Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 204

    “Kalau begitu aku pulang ke rumah orang tuaku saja, Mas. Kamu bisa jemput aku kalau sudah membuat keputusan,” tegas Vita karena suaminya terlihat ragu memenuhi syaratnya.“Vit, kalian masih suami istri dan masalah ini masih bisa diselesaikan tanpa harus pisah rumah. Sebaiknya kamu tetap tinggal di sini, pisah kamar gapapa asal masih satu rumah biar komunikasi kalian tetap mudah,” lontar mama Surya.“Mama dan Papa nanti akan bicara sama Surya. Kamu tenang saja.” Mama Surya berusaha membujuk sang menantu.“Bagaimana menurut Bapak dan Ibu?” Vita meminta pendapat kedua orang tuanya.“Memang sebaiknya kalian tetap satu rumah meskipun ada masalah, karena lari tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi keputusan tetap tinggal di sini atau ikut kami pulang itu terserah kamu. Kami tidak akan ikut campur karena kamu yang lebih tahu mana yang terbaik buat kalian,” tutur Baskoro dengan bijak.Vita menghela napas panjang. Dia menatap Surya yang duduk menyandar di sofa sambil memejamkan mata. Wajah pri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 205

    “Apa? Saya dipecat?” teriak Surya setelah manajer HRD memberikan surat pemecatan padanya.Manajer HRD itu mengangguk. “Seperti yang tertulis dalam surat itu. Walaupun sudah mencemarkan nama baik perusahaan, kamu akan tetap mendapat pesangon dan uang penghargaan,” jelasnya.“Saya mengaku kalau salah, tapi yang menyebarkan video bukan saya, Pak. Kalau jabatan diturunkan atau dimutasi ke kantor lain, saya bisa terima. Tapi saya tidak terima kalau dipecat.” Surya membela diri.“Walaupun bukan kamu yang menyebarkan, tapi video itu sudah mencemarkan nama baik perusahaan. Kemarin, HRD, para manajer divisi lain dan juga pimpinan sudah membahas kasusmu ini. Dan semua sepakat kamu dipecat,” terang sang manajer HRD.“Kalau saya dipecat, harusnya istri saya juga, Pak. Kalau bukan dia, pasti ibunya yang menyebarkan video itu. Masa cuma saya yang dipecat, yang menyebarkan tidak mendapat sanksi,” protes Surya.“Apa kamu punya bukti kalau istrimu yang menyebarkan video itu?” Manajer HRD menatap Surya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 206

    "Vita!" teriak Surya saat melihat istrinya yang baru pulang dari kantor. Dia tadi langsung pergi menemui Satrio setelah mendapat surat pemecatan dari HRD dan tidak kembali ke kantor sesudah itu. Jadi Vita pulang sendiri dengan ojol."Kenapa sih teriak-teriak gitu, Mas? Aku ga budek ya," protes Vita begitu bertemu dengan suaminya."Gara-gara video yang direkam ibumu, aku dipecat! Puas, kamu sekarang?" Surya menatap nyalang wanita yang masih berstatus istrinya itu."Apa? Mas Surya, dipecat? Jangan bercanda, Mas!" Vita tampak terkejut dan tak percaya."Siapa juga yang bercanda? Baca ini!" Surya melempar surat pemecatannya ke wajah Vita.Wanita yang sedang hamil itu kembali terkejut. Untung tangannya refleks meraih surat tersebut hingga tidak jatuh ke lantai. Vita pun gegas membaca tulisan yang tertera di sana. "Kok bisa, Mas Surya, dipecat? Memangnya HRD tidak tahu kalau Mas Surya adik iparnya presdir Digdaya Grup?" Vita menatap suaminya."Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu! Aku tadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 1

    "Astaghfirullah! Apa yang kalian lakukan di kontrakanku ini!?" Teriakan seorang pria membangunkan Isha dan Satrio yang tertidur di ruang tamu."Bisa-bisanya kalian berzina di sini!" tuduh sang pemilik kontrakan sambil berkacak pinggang.Kesadaran Isha dan Satrio langsung terkumpul begitu mendengar tuduhan tersebut. Keduanya sontak berdiri. Satrio membenarkan ikatan sarungnya yang tidak sempurna, sementara Isha mengancingkan bagian atas kemeja yang terbuka dan menutupnya dengan hijab yang tadi tersingkap.Kedua orang itu membelalakkan mata begitu menyadari beberapa warga melihat mereka dengan sorot mata tajam dan penuh amarah. Membuat Isha jadi bergidik."A-apa?! Zina? Itu tidak benar, Pak! Kami sama sekali tidak melakukan apa-apa!" sahut Isha dengan panik.“Jangan mengelak! Buktinya sudah jelas! Lihat! Kamu saja memakai baju Satrio!” Pemilik kontrakan itu menunjuk kemeja yang dikenakan Isha.Gadis berusia 25 tahun itu melihat pakaiannya. Dia baru ingat memakai kemeja Satrio karena kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 2

    “Apa? Menikah?” teriak Isha dan Baskoro bersamaan.Satrio sebenarnya juga sangat terkejut, tapi dia tetap terlihat tenang. Pria berambut ikal hanya melirik Isha dan Baskoro tanpa bersuara.“Iya, Nak Isha dan Nak Satrio harus menikah sekarang. Kalau tidak kalian harus pergi dari sini,” sahut Pak RT.Isha menggeleng berulang kali. “Aku tidak mau menikah, Pak,” ucapnya pada Baskoro.“Pak RT dengar sendiri apa yang dikatakan anak saya! Dia tidak mau menikah. Saya juga tidak setuju Isha menikah dengan pengangguran seperti Satrio,” timpal Baskoro seraya menunjuk pemuda berambut ikal itu dengan dagunya.“Kalau begitu Nak Isha dan Nak Satrio akan diarak dan diusir dari kampung ini,” sahut Pak RT.“Harusnya Satrio saja yang diarak dan diusir! Selama ini anak saya baik-baik saja dan tidak pernah macam-macam. Kalau tidak karena pengangguran itu, mana mungkin anak saya seperti ini.” Baskoro membela anaknya.“Tetap saja Isha melakukannya dengan Satrio. Tidak adil kalau Satrio saja yang dihukum. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 3

    Pria berambut ikal sebahu itu seketika menoleh pada pemilik kontrakan. Satrio pikir masalahnya selesai begitu menikah dengan Isha, ternyata masih saja ada. Di mana dia dan istrinya akan tinggal kalau begini?“Bawa barang-barangmu ke sini! Kalian lebih baik tinggal di sini daripada harus mencari kontrakan lagi.” Belum sempat Satrio menimpali, Baskoro sudah berbicara terlebih dahulu dengannya.“Ya, Pak. Terima kasih.” Satrio menghela napas lega karena masalah tempat tinggal sudah mendapat solusi.“Is, bantu Satrio berkemas,” titah Baskoro pada putrinya. Walau sebenarnya masih tak rela Isha menikah dengan Satrio, tapi dia tidak tega membiarkan putri sulungnya itu tidak punya tempat tinggal.Isha mengangguk kemudian ikut Satrio ke kontrakan. Tak banyak barang milik pria itu. Hanya pakaian dan alat makan saja. Barang eletronik juga tak punya. Jadi tak butuh waktu lama untuk berkemas.“Ini kuncinya, Pak. Terima kasih sudah mengizinkan saya mengontrak di sini. Mohon maaf atas segala salah da

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 4

    “Dek, bagaimana?” Pertanyaan Satrio membuat kesadaran Isha kembali. Gadis itu kembali menatap Satrio. Dia masih merasa bimbang. “Apa Dek Isha ragu?” Satrio berusaha menyelami perasaan gadis di depannya melalui mata bening yang memandangnya. Isha mengangguk pelan. “Maaf, Bang. Semua ini terlalu mendadak. Aku—aku belum bisa memutuskan,” ungkapnya sambil menunduk. Satrio menghela napas panjang. “Abang ngerti, Dek. Pernikahan kita mendadak. Kita juga tidak saling cinta. Apalagi pekerjaan Abang tidak jelas. Wajar kalau Dek Isha merasa ragu.” “Maaf, Bang.” Isha jadi merasa tak enak hati. “Bagaimana kalau kita jalani saja dulu, Dek? Anggap saja kita baru jadian dan sekarang sedang pacaran.” Satrio menawarkan opsi baru. “Abang tidak akan meminta hak sebagai suami sampai Dek Isha yakin dengan pernikahan kita,” imbuhnya. Isha berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Oke, tapi Bang Satrio jangan terlalu berharap sama aku.” Pria berambut ikal itu mengulum senyum. “Terima kasih, Dek.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16

Bab terbaru

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 206

    "Vita!" teriak Surya saat melihat istrinya yang baru pulang dari kantor. Dia tadi langsung pergi menemui Satrio setelah mendapat surat pemecatan dari HRD dan tidak kembali ke kantor sesudah itu. Jadi Vita pulang sendiri dengan ojol."Kenapa sih teriak-teriak gitu, Mas? Aku ga budek ya," protes Vita begitu bertemu dengan suaminya."Gara-gara video yang direkam ibumu, aku dipecat! Puas, kamu sekarang?" Surya menatap nyalang wanita yang masih berstatus istrinya itu."Apa? Mas Surya, dipecat? Jangan bercanda, Mas!" Vita tampak terkejut dan tak percaya."Siapa juga yang bercanda? Baca ini!" Surya melempar surat pemecatannya ke wajah Vita.Wanita yang sedang hamil itu kembali terkejut. Untung tangannya refleks meraih surat tersebut hingga tidak jatuh ke lantai. Vita pun gegas membaca tulisan yang tertera di sana. "Kok bisa, Mas Surya, dipecat? Memangnya HRD tidak tahu kalau Mas Surya adik iparnya presdir Digdaya Grup?" Vita menatap suaminya."Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu! Aku tadi

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 205

    “Apa? Saya dipecat?” teriak Surya setelah manajer HRD memberikan surat pemecatan padanya.Manajer HRD itu mengangguk. “Seperti yang tertulis dalam surat itu. Walaupun sudah mencemarkan nama baik perusahaan, kamu akan tetap mendapat pesangon dan uang penghargaan,” jelasnya.“Saya mengaku kalau salah, tapi yang menyebarkan video bukan saya, Pak. Kalau jabatan diturunkan atau dimutasi ke kantor lain, saya bisa terima. Tapi saya tidak terima kalau dipecat.” Surya membela diri.“Walaupun bukan kamu yang menyebarkan, tapi video itu sudah mencemarkan nama baik perusahaan. Kemarin, HRD, para manajer divisi lain dan juga pimpinan sudah membahas kasusmu ini. Dan semua sepakat kamu dipecat,” terang sang manajer HRD.“Kalau saya dipecat, harusnya istri saya juga, Pak. Kalau bukan dia, pasti ibunya yang menyebarkan video itu. Masa cuma saya yang dipecat, yang menyebarkan tidak mendapat sanksi,” protes Surya.“Apa kamu punya bukti kalau istrimu yang menyebarkan video itu?” Manajer HRD menatap Surya

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 204

    “Kalau begitu aku pulang ke rumah orang tuaku saja, Mas. Kamu bisa jemput aku kalau sudah membuat keputusan,” tegas Vita karena suaminya terlihat ragu memenuhi syaratnya.“Vit, kalian masih suami istri dan masalah ini masih bisa diselesaikan tanpa harus pisah rumah. Sebaiknya kamu tetap tinggal di sini, pisah kamar gapapa asal masih satu rumah biar komunikasi kalian tetap mudah,” lontar mama Surya.“Mama dan Papa nanti akan bicara sama Surya. Kamu tenang saja.” Mama Surya berusaha membujuk sang menantu.“Bagaimana menurut Bapak dan Ibu?” Vita meminta pendapat kedua orang tuanya.“Memang sebaiknya kalian tetap satu rumah meskipun ada masalah, karena lari tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi keputusan tetap tinggal di sini atau ikut kami pulang itu terserah kamu. Kami tidak akan ikut campur karena kamu yang lebih tahu mana yang terbaik buat kalian,” tutur Baskoro dengan bijak.Vita menghela napas panjang. Dia menatap Surya yang duduk menyandar di sofa sambil memejamkan mata. Wajah pri

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 203

    “Jadi selama ini kamu bohongi aku, Mas? Pamitnya ketemu teman-teman kuliah buat bahas reuni, tapi ternyata reuni berdua di apartemen?” Vita membuka pembicaraan saat mereka sudah tiba di rumah orang tua Surya. Mereka sengaja bicara di sana agar kedua orang tau Surya juga tahu permasalahan yang ada, tidak hanya orang tua Vita.“Sebenarnya ada apa ini?” tanya mama Surya yang merasa penasaran karena kedua besannya tiba-tiba datang ke rumah berbarengan dengan putranya dan Vita.“Mas Surya selingkuh sama teman kuliahnya, Ma. Aku tadi memergoki mereka di apartemen selingkuhannya,” jawab Vita tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Surya.“Apa? Selingkuh?” Mama Surya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Begitu juga papanya.“Surya, apa benar apa yang dikatakan Vita?” Papa Surya langsung bertanya pada sang putra.“Aku khilaf, Pak,” sahut Surya sambil menunduk. Lebih baik dia mencari jawaban yang aman agar tidak mendapat amukan dari kedua orang tuanya.“Apa? Kamu bilang khilaf, Mas? Kalau

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 202

    “Ya, apa istrimu ga curiga kamu tiap hari pergi?” tanya Ike saat Surya memberi sentuhan di lehernya.Surya sontak menghentikan kegiatannya. Dia mengangkat kepala lantas menatap wanita yang berbaring di bawahnya. “Bisa ga kamu jangan ngomongin dia kalau kita sedang bersama, Ke? Bikin ilang mood aja!” protesnya.Ike tersenyum lantas mengelus wajah Surya dengan tangan kanannya. “Kenapa? Aku ‘kan cuma ngomongin apa yang ada di pikiranku,” timpalnya.“Kalau jadi istrimu, aku pasti curiga karena kamu sering pergi dari pagi sampai malam di hari libur,” sambung wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam itu.Surya menegakkan badan. Dia menyugar rambutnya yang berantakan karena ulah tangan Ike saat mereka tadi berciuman. “Kalau kamu ngomongin itu terus, lebih baik aku pulang saja,” ucapnya.“Eh, mau ke mana?” Ike menahan tangan Surya saat pria itu akan berdiri.“Pulang,” sahut Surya dengan dingin.“Kamu ngambek beneran, Ya?” Ike bangun lalu duduk menghadap Surya. “Ya udah, aku ga akan ngo

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 201

    “Astaghfirullah.” Isha mengucap istighfar berulang kali sambil mengelus dada. Dia syok setelah Satrio mengungkap hasil sementara penyelidikan Surya. “Dek, tolong rahasiakan ini dari siapa pun. Nanti kalau penyelidikannya sudah selesai, baru kita kasih tahu Vita dengan didampingi Bapak dan Ibu atau salah satu dari mereka karena Vita butuh dukungan dari orang terdekat untuk menghadapi dan menerima kenyataan,” pinta Satrio.Isha mengangguk. “Iya, Bang. Aku ga nyangka ternyata Surya bisa setega itu sama Vita. Padahal mereka udah pacaran lama dan belum lama nikah, tapi kok sudah selingkuh aja. Mana si Vita lagi hamil juga,” cetusnya.“Aku bisa bayangin gimana hancurnya perasaan Vita setelah tahu Surya selingkuh. Aku yang ga ngalamin aja rasanya sakit banget, apalagi dia.” Isha lantas menoleh pada suaminya. “Setiap hari aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjaga hati dan pandangan Bang Satrio dari hal-hal yang haram. Dan kita bisa jadi pasangan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhira

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 200

    “Bang, hapenya bergetar tuh. Kayanya ada pesan masuk.” Isha memberi tahu Satrio yang sedang menyetir. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Krisna untuk makan malam bersama sekaligus menginap di sana.“Tolong dibukain, Dek,” pinta Satrio yang tak pernah menyembunyikan apa pun dari istrinya.Isha lantas mengambil ponsel suaminya yang diletakkan di dashboard. Keningnya mengerut kala membaca nama sang pengirim pesan. Dia lantas membaca pesan tersebut dengan keras agar Satrio mendengar. “Bang, setelah seminggu ini berpikir, aku memutuskan menyelidiki Mas Surya. Aku siap dengan segala konsekuensinya. Tolong bantu aku ya, Bang,” ucap Isha.“Itu dari Vita, Dek?” tanya Satrio memastikan.Isha mengangguk. “Iya, Bang. Seingatku Bang Satrio minta Vita hubungi aku kalau dia jadi menyelidiki Surya. Kenapa langsung hubungi Bang Satrio?” Dia merasa heran pada adik tirinya itu.Satrio mengangkat kedua bahunya. “Abang juga ga tahu. Mungkin dia lupa, Dek,” timpalnya.“Baiknya aku balas atau langsung

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 199

    Sesudah semua tamu pulang, tak lama kemudian keluarga Satrio juga pulang. Sementara keluarga Isha yang baru pertama kali datang ke rumah mewah itu masih betah di sana. Lina berkeliling sambil mengambil foto dan video di hampir setiap sudut rumah, termasuk di kolam renang yang ada di belakang rumah. Sementara itu Baskoro, Vita, Isha, dan Satrio duduk bersama di ruang tengah karena ruang tamu masih dibereskan. “Apa sebenarnya yang mau kamu bicarakan sama Bang Satrio, Vit?” lontar Isha setelah beberapa saat mereka duduk tapi Vita tak juga berbicara.Baskoro menoleh pada putri bungsunya dengan kening mengerut. Dia sama sekali tidak tahu kalau Vita ingin bicara dengan Satrio. Pria paruh baya itu duduk di sana karena diminta Satrio sembari menunggu istrinya yang masih sibuk mengambil foto dan video.“Kamu ada perlu apa sama Satrio, Vit?” Pria yang mengenakan kopiah warna hitam itu ikut bertanya pada sang putri bungsu.Vita tampak gugup. Kepalanya menunduk dan kedua tangannya saling terkait

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 198

    “Beb, benar ini alamat perumahannya Mbak Isha?” tanya Vita pada suaminya waktu mereka tiba di depan gerbang perumahan elite.Surya mengangguk. “Iya. Sesuai alamat dan map yang dikasih sama Bang Satrio.”“Coba deh tanya dulu sama yang jaga, Beb,” pinta Vita.“Kamu aja sana yang tanya. Kan kamu yang ragu,” timpal Surya yang enggan keluar dari mobil.Vita akhirnya turun dari mobil dan bertanya pada petugas yang berjaga di gerbang. “Selamat pagi, Pak. Apa benar Mbak Isha dan Bang Satrio tinggal di komplek ini?” tanyanya.“Tinggal di blok apa dan nomor rumahnya berapa ya, Bu? Mohon maaf kami tidak hafal nama panggilan setiap pemilik rumah,” timpal sang penjaga.Vita membuka gawai lantas menunjukkan undangan digital yang dikirim oleh Isha beberapa hari yang lalu pada penjaga tersebut. “Ini alamatnya, Pak. Hari ini mereka ngadain acara syukuran di rumahnya,” ucapnya.“Oh, rumahnya Pak Bhumi. Benar di sini rumahnya,” sahut penjaga itu.“Kalau begitu bisa minta tolong dibukakan gerbangnya, Pak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status