Share

Bab 183

last update Last Updated: 2025-01-05 21:53:52

Jumat petang selepas Magrib, Baskoro dan Lina berangkat ke restoran dengan mobil jemputan yang dikirim oleh Satrio. Lina minta jendela yang ada di kabin tengah dibuka agar para tetangga melihatnya menaiki mobil mewah. Norak memang, tapi begitulah sifatnya.

Sejak Satrio diangkat jadi presdir baru Digdaya Grup, Lina jadi sering membangga-banggakan suami Isha itu. Dia seolah lupa kalau pernah merendahkan dan menghina pria berambut ikal tersebut. Memang ya, harta dan kedudukan bisa mengubah sikap seseorang terhadap orang lain.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, pasangan paruh baya itu tiba di restoran yang sudah dipesan oleh Satrio. Kedatangan mereka bersamaan dengan Vita dan Surya yang berangkat dari rumah orang tua Surya. Keempat orang itu diantar ke private room oleh salah satu karyawan restoran setelah mengatakan kalau mereka diundang oleh Satrio.

Tak hanya Isha dan Satrio yang ada di ruang privat tersebut. Ada Krisna, Laksmi, Bisma dan juga Nila. Satrio dan Isha son
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 184

    Surya melambaikan tangan saat kendaraan mewah yang membawa istri dan kedua mertuanya meninggalkan tempat parkir restoran. Dia tetap di tempatnya berdiri sampai mobil tersebut tak terlihat lagi. Setelah itu baru kembali ke mobilnya.Saat Surya sedang memasang sabuk pengaman, ada notifikasi pesan masuk. Dia mengambil gawai dari saku celana lalu membuka pesan yang baru masuk tersebut. Senyum mengembang di bibirnya kala melihat nama sang pengirim pesan. Setelah membaca isi pesannya, Surya langsung melakukan panggilan."Gimana, Ke?" tanya Surya begitu panggilannya langsung diangkat pada dering pertama."Ini loh anak-anak ngajakin kumpul malam ini di klub. Kamu bisa 'kan?" sahut seorang wanita dari seberang telepon."Bukannya besok kita juga ngumpul, Ke?" tanya Surya dengan kening berkerut."Iya, tapi malam ini sebagian mau ngumpul. Ga semua sih. Ya cuma yang mau-mau aja. Katanya buat refreshing otak setelah lima hari kerja," terang wanita yang bernama Ike itu."Pakai acara minum ga tuh nan

    Last Updated : 2025-01-05
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 185

    “Ya, ayo minum dikit aja. Masa ke klub ga minum? Kamu ga bakal mabuk deh.” Ike menyodorkan gelas kecil yang berisi minuman beralkohol pada Surya. Wanita itu sejak tadi terus memaksa Surya minum cairan haram tersebut. “Ga, Ke. Aku harus nyetir. Aku ga mau membahayakan nyawaku sendiri.” Surya menolak dengan tegas. “Kamu ga asyik banget sih, Ya. Kita ke sini ‘kan buat senang-senang. Ya ‘kan, Gaes?” Ike minta dukungan pada teman-teman mereka yang lain. “Iya. Dikit aja gapapa, Ya. Di sini polisinya ga kaya di luar negeri sana yang suka ngecek kadar alkohol pengendara mobil,” timpal yang lain. Surya tetap kukuh pada pendiriannya. Dia sama sekali tak mau menyentuh minuman yang memabukkan itu. Orang yang jarang atau tidak pernah mengonsumsi minuman beralkohol, mencicipi sedikit saja bisa langsung mabuk. Karena itu Surya tidak mau minum meskipun hanya sedikit. Bagaimanapun dia sudah punya tanggungan istri dan calon anak yang sedang dikandung Vita. “Ke, udah minumnya. Kamu udah mabuk.” Sur

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 186

    Surya mengambil handuk kecil yang ada di sana, lalu membasahinya dengan air. Setelah itu mengelap wajah Ike agar lebih segar sekaligus membersihan bagian tubuh yang terkena muntahan. Surya melakukan semua itu sambil menahan diri dari godaan setan yang terkutuk. Sesudah memastikan Ike bersih, Surya melepas kemeja dan celana panjangnya yang terkena muntahan hingga dia pun hanya mengenakan singlet dan bokser. Surya kemudian mencuci kemeja, celana panjang, dan gaun Ike di wastafel. Sekedar untuk menghilangkan noda muntahan. Kemeja dan celananya kemudian diangin-anginkan di gantungan kamar mandi. Surya kembali memapah Ike. Kali ini keluar dari kamar mandi. Dia akan membaringkan teman kuliahnya itu di tempat tidur agar bisa beristirahat dengan nyaman. Dia sendiri mungkin akan tidur di sofa atau kursi karena tak mungkin pulang hanya mengenakan pakaian dalam. Orang tuanya tahunya dia pergi staycation dengan Vita, jadi tak masalah kalau tidak pulang ke rumah. Begitu tiba di samping tempat t

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 187

    “Kamu kenapa belum tidur, Vit?” Lina menghampiri Vita yang duduk seorang diri di ruang tengah vila. Lina yakin putrinya itu tidak melihat acara televisi yang sedang ditayangkan di layar datar tersebut. Dia yakin TV itu hanya sebagai pengisi suara agar ruangan tersebut tidak sepi dan Vita tidak merasa sendiri.“Eh, Ibu.” Vita kaget saat sang ibu tiba-tiba sudah duduk di sampingnya. Dia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki karena selain kalah dengan suara TV, juga sedang melamun.“Kamu ngapain malah duduk di sini? Bukannya tidur. Ini sudah tengah malam loh, Vit,” tegur Lina seraya menatap putrinya yang tampak sedang tidak baik-baik saja.“Aku ga bisa tidur, Bu. Dari tadi udah berusaha tidur, tetap ga bisa,” timpal Vita.“Kamu pasti lagi kepikiran sesuatu. Iya ‘kan?” tebak Lina.Wanita yang sedang hamil itu mengangguk.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Lina dengan lembut.“Mas Surya, Bu. Dari tadi aku hubungi ga bisa. Ditelepon ga diangkat. Aku kirim pesan juga belum dibac

    Last Updated : 2025-01-07
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 188

    “Kalian dari mana?” tanya Lina saat Baskoro, Satrio, dan Isha masuk ke ruang tengah bersamaaan. Lina yang sedang menonton acara gosip merasa penasaran dengan apa yang dilakukan ketiga orang itu. "Dari jalan-jalan," sahut Baskoro. "Tolong ambilkan air putih hangat ya, Bu. Bapak haus," pintanya kemudian. Mau tak mau Lina berdiri dari duduknya lalu pergi ke dapur, mengambilkan minum untuk suaminya. “Bang Satrio, mau minum apa?” Isha bertanya pada suaminya. “Dek Isha, istirahat aja. Biar Abang ambil sendiri sekalian bikin susu buat Dek Isha,” jawab Satrio sambil membimbing istrinya duduk di sofa ruang tengah. Pria berambut ikal itu kemudian pergi ke dapur. Membuat kopi untuknya sendiri, dan susu hamil untuk sang istri. Lina kembali ke ruang tengah sambil membawa segelas air hangat. Dia kemudian memberikannya pada Baskoro. “Ini Pak, air angetnya,” ucapnya. “Terima kasih, Bu,” timpal Baskoro saat menerima minumannya. Setelah berdoa, pria paruh baya itu pun mulai membasahi tenggorokann

    Last Updated : 2025-01-09
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 189

    "Kalau Bapak sama Ibu mau jalan-jalan ke kebun teh atau ke mana, bilang saja sama Pak Kasno biar diantar ke sana, Pak." Satrio bicara pada Baskoro kala mereka bersantai di taman samping yang menghadap kolam renang setelah mereka makan pagi bersama."Memangnya kamu dan Isha tidak jalan-jalan?" Baskoro menoleh pada menantunya.Satrio menggeleng. "Dek Isha, ga mau, Pak. Katanya jalan-jalannya di sekitar sini saja karena sudah pernah ke kebun teh waktu saya ajak ke sini tempo hari," jelasnya.Baskoro menganggut. "Ya sudah, nanti Bapak tanya sama Ibu mau jalan-jalan ke kebun teh apa tidak," timpalnya."Mumpung libur ga ada salahnya jalan-jalan, Pak. Biar pikiran jadi lebih segar. Saya lihat Bapak ‘kan juga jarang bepergian kalau libur. Soal tiket masuk dan lainnya, ga usah dipikirkan. Pokoknya Bapak sama Ibu nanti tinggal berangkat saja dan nikmati liburannya," lontar pria berambut ikal itu."Wah, bapak jadi ga enak, Sat. Semua kamu yang menanggung. Terima kasih banyak ya. Kamu sudah menci

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 190

    "Dek, renang yuk." Satrio mengajak Isha usai mereka menjalankan salat Duha sendiri-sendiri di kamar."Airnya dingin banget ga, Bang?" tanya Isha sambil melipat mukenanya.Satrio yang sedang melepas baju koko, menggeleng. "Ga terlalu, Dek. Ini 'kan udah agak siang. Matahari juga udah nongol dari tadi," jawabnya."Tapi aku ga bawa baju renang, Bang," lontar Isha seraya meletakkan alat salatnya di atas meja."Coba dicek dulu, Dek. Harusnya ada karena kemarin Abang masukin baju renang ke koper," timpal Satrio.Isha tampak terkejut. "Serius, Bang Satrio, masukin baju renang ke koper? Kok aku ga tahu sih?" ucapnya dengan kening yang mengerut."Abang masukin waktu Dek Isha lagi mandi kayanya," cakap Satrio sambil mengingat-ingat saat melakukannya."Masa sih?" Isha kemudian membuka koper pakaian mereka. Dia memang tak mengeluarkan pakaian dari koper dan menatanya di lemari karena semalam sudah capek setelah tiba di vila. Mau dikeluarkan semua juga tanggung karena tinggal semalam lagi mereka m

    Last Updated : 2025-01-11
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 191

    “Vit, ayo pergi.” Lina menarik putrinya yang tak bergerak dan terus memandangi kakak iparnya padahal mereka sudah berpamitan pada Isha dan Satrio. Baskoro pun sudah beranjak dari taman samping.“Bu, aku ga jadi ikut aja.” Vita coba melepas tangan sang ibu yang menarik lengannya.“Kenapa ga jadi ikut?” Lina mengerutkan kening melihat sikap Vita. “Jangan punya pikiran aneh-aneh, Vit! Mending kamu ikut aja. Bapak sudah nungguin di mobil.” Lina tetap menarik putri kandungnya itu menuju mobil yang akan membawa mereka ke kebun teh.“Ibu kenapa sekarang maksa aku ikut sih,” protes Vita saat sedang berjalan menghampiri mobil yang sudah menanti mereka.“Mau ngapain juga kamu di sini sendirian? Mau jadi obat nyamuk buat Isha sama Satrio? Nanti galau lagi karena ga ada Surya,” lontar Lina dengan frontal.Vita mendengkus mendengar ucapan sang ibu yang kalau dipikir-pikir ada benarnya. Isha dan Satrio pasti terus berduaan. Mereka seperti ga pernah terpisah sebentar saja. Di mana ada Isha pasti ada

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Ban 208

    “Bagaimana keadaan istri saya, Sus?” tanya Surya saat melihat perawat keluar dari bilik pemeriksaan Vita. Setelah jatuh, wanita yang sedang hamil itu mengalami pendarahan. Dia pun langsung dibawa ke rumah sakit oleh Surya dan kedua mertuanya.“Istri Bapak masih diobservasi oleh dokter. Nanti kalau sudah selesai pemeriksaannya, Bapak, akan dipanggil. Mohon ditunggu dan tolong dibantu dengan doa karena pendarahannya lumayan banyak,” jawab sang perawat.“Baik, Sus. Terima kasih.” Surya lantas melangkah keluar dari IGD dengan lesu. Ada sesal dan rasa bersalah di hatinya begitu mendengar jawaban dari perawat tadi. Dia lalu duduk di ruang tunggu yang memang disediakan untuk keluarga pasien. “Kamu sudah menghubungi Pak Baskoro atau Bu Lina?” tanya mama Surya pada putranya.“Belum, Ma,” jawab Surya.“Kenapa belum? Sebaiknya kamu segera hubungi salah satu dari mereka biar kita ga disalahkan kalau terjadi sesuatu sama Vita dan kandungannya,” saran sang mama.“Ya, Ma.” Surya kemudian mengambil

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 207

    “Untuk sementara ini aku ga bisa ikut rapat atau ketemu kamu dulu sampai situasinya kembali kondusif, Ke. Kamu tahu ‘kan video kita jadi viral dan berimbas ke banyak hal?” cakap Surya saat Ike menghubunginya. “Makanya aku ga berani keluar dari apartemen tanpa penyamaran, Ya. Aku juga ga berani buka medsosku. Semua komennya ngatain aku yang jelek-jelek,” keluh Ike dari seberang telepon.“Sabar aja dulu, Ke. Mau gimana lagi semua udah terjadi. Memang Vita sama ibunya itu ga mikir panjang kalau melakukan sesuatu. Banyak yang kena imbas gara-gara video itu,” timpal Surya.“Oh jadi ternyata kamu diam-diam sering teleponan sama pelakor itu, Mas? Kamu juga masih terus nyalahin aku sama Ibu padahal yang jelas salah sudah selingkuh itu kamu?” tukas Vita yang tanpa sengaja mendengar ucapan suaminya. Niatnya mencari Surya untuk membicarakan soal pemecatannya, tapi malah memergoki pria itu sedang berbicara di telepon dengan Ike.Surya sontak menoleh dan langsung mengakhiri panggilannya dengan Ik

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 206

    "Vita!" teriak Surya saat melihat istrinya yang baru pulang dari kantor. Dia tadi langsung pergi menemui Satrio setelah mendapat surat pemecatan dari HRD dan tidak kembali ke kantor sesudah itu. Jadi Vita pulang sendiri dengan ojol."Kenapa sih teriak-teriak gitu, Mas? Aku ga budek ya," protes Vita begitu bertemu dengan suaminya."Gara-gara video yang direkam ibumu, aku dipecat! Puas, kamu sekarang?" Surya menatap nyalang wanita yang masih berstatus istrinya itu."Apa? Mas Surya, dipecat? Jangan bercanda, Mas!" Vita tampak terkejut dan tak percaya."Siapa juga yang bercanda? Baca ini!" Surya melempar surat pemecatannya ke wajah Vita.Wanita yang sedang hamil itu kembali terkejut. Untung tangannya refleks meraih surat tersebut hingga tidak jatuh ke lantai. Vita pun gegas membaca tulisan yang tertera di sana. "Kok bisa, Mas Surya, dipecat? Memangnya HRD tidak tahu kalau Mas Surya adik iparnya presdir Digdaya Grup?" Vita menatap suaminya."Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu! Aku tadi

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 205

    “Apa? Saya dipecat?” teriak Surya setelah manajer HRD memberikan surat pemecatan padanya.Manajer HRD itu mengangguk. “Seperti yang tertulis dalam surat itu. Walaupun sudah mencemarkan nama baik perusahaan, kamu akan tetap mendapat pesangon dan uang penghargaan,” jelasnya.“Saya mengaku kalau salah, tapi yang menyebarkan video bukan saya, Pak. Kalau jabatan diturunkan atau dimutasi ke kantor lain, saya bisa terima. Tapi saya tidak terima kalau dipecat.” Surya membela diri.“Walaupun bukan kamu yang menyebarkan, tapi video itu sudah mencemarkan nama baik perusahaan. Kemarin, HRD, para manajer divisi lain dan juga pimpinan sudah membahas kasusmu ini. Dan semua sepakat kamu dipecat,” terang sang manajer HRD.“Kalau saya dipecat, harusnya istri saya juga, Pak. Kalau bukan dia, pasti ibunya yang menyebarkan video itu. Masa cuma saya yang dipecat, yang menyebarkan tidak mendapat sanksi,” protes Surya.“Apa kamu punya bukti kalau istrimu yang menyebarkan video itu?” Manajer HRD menatap Surya

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 204

    “Kalau begitu aku pulang ke rumah orang tuaku saja, Mas. Kamu bisa jemput aku kalau sudah membuat keputusan,” tegas Vita karena suaminya terlihat ragu memenuhi syaratnya.“Vit, kalian masih suami istri dan masalah ini masih bisa diselesaikan tanpa harus pisah rumah. Sebaiknya kamu tetap tinggal di sini, pisah kamar gapapa asal masih satu rumah biar komunikasi kalian tetap mudah,” lontar mama Surya.“Mama dan Papa nanti akan bicara sama Surya. Kamu tenang saja.” Mama Surya berusaha membujuk sang menantu.“Bagaimana menurut Bapak dan Ibu?” Vita meminta pendapat kedua orang tuanya.“Memang sebaiknya kalian tetap satu rumah meskipun ada masalah, karena lari tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi keputusan tetap tinggal di sini atau ikut kami pulang itu terserah kamu. Kami tidak akan ikut campur karena kamu yang lebih tahu mana yang terbaik buat kalian,” tutur Baskoro dengan bijak.Vita menghela napas panjang. Dia menatap Surya yang duduk menyandar di sofa sambil memejamkan mata. Wajah pri

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 203

    “Jadi selama ini kamu bohongi aku, Mas? Pamitnya ketemu teman-teman kuliah buat bahas reuni, tapi ternyata reuni berdua di apartemen?” Vita membuka pembicaraan saat mereka sudah tiba di rumah orang tua Surya. Mereka sengaja bicara di sana agar kedua orang tau Surya juga tahu permasalahan yang ada, tidak hanya orang tua Vita.“Sebenarnya ada apa ini?” tanya mama Surya yang merasa penasaran karena kedua besannya tiba-tiba datang ke rumah berbarengan dengan putranya dan Vita.“Mas Surya selingkuh sama teman kuliahnya, Ma. Aku tadi memergoki mereka di apartemen selingkuhannya,” jawab Vita tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Surya.“Apa? Selingkuh?” Mama Surya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Begitu juga papanya.“Surya, apa benar apa yang dikatakan Vita?” Papa Surya langsung bertanya pada sang putra.“Aku khilaf, Pak,” sahut Surya sambil menunduk. Lebih baik dia mencari jawaban yang aman agar tidak mendapat amukan dari kedua orang tuanya.“Apa? Kamu bilang khilaf, Mas? Kalau

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 202

    “Ya, apa istrimu ga curiga kamu tiap hari pergi?” tanya Ike saat Surya memberi sentuhan di lehernya.Surya sontak menghentikan kegiatannya. Dia mengangkat kepala lantas menatap wanita yang berbaring di bawahnya. “Bisa ga kamu jangan ngomongin dia kalau kita sedang bersama, Ke? Bikin ilang mood aja!” protesnya.Ike tersenyum lantas mengelus wajah Surya dengan tangan kanannya. “Kenapa? Aku ‘kan cuma ngomongin apa yang ada di pikiranku,” timpalnya.“Kalau jadi istrimu, aku pasti curiga karena kamu sering pergi dari pagi sampai malam di hari libur,” sambung wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam itu.Surya menegakkan badan. Dia menyugar rambutnya yang berantakan karena ulah tangan Ike saat mereka tadi berciuman. “Kalau kamu ngomongin itu terus, lebih baik aku pulang saja,” ucapnya.“Eh, mau ke mana?” Ike menahan tangan Surya saat pria itu akan berdiri.“Pulang,” sahut Surya dengan dingin.“Kamu ngambek beneran, Ya?” Ike bangun lalu duduk menghadap Surya. “Ya udah, aku ga akan ngo

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 201

    “Astaghfirullah.” Isha mengucap istighfar berulang kali sambil mengelus dada. Dia syok setelah Satrio mengungkap hasil sementara penyelidikan Surya. “Dek, tolong rahasiakan ini dari siapa pun. Nanti kalau penyelidikannya sudah selesai, baru kita kasih tahu Vita dengan didampingi Bapak dan Ibu atau salah satu dari mereka karena Vita butuh dukungan dari orang terdekat untuk menghadapi dan menerima kenyataan,” pinta Satrio.Isha mengangguk. “Iya, Bang. Aku ga nyangka ternyata Surya bisa setega itu sama Vita. Padahal mereka udah pacaran lama dan belum lama nikah, tapi kok sudah selingkuh aja. Mana si Vita lagi hamil juga,” cetusnya.“Aku bisa bayangin gimana hancurnya perasaan Vita setelah tahu Surya selingkuh. Aku yang ga ngalamin aja rasanya sakit banget, apalagi dia.” Isha lantas menoleh pada suaminya. “Setiap hari aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjaga hati dan pandangan Bang Satrio dari hal-hal yang haram. Dan kita bisa jadi pasangan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhira

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 200

    “Bang, hapenya bergetar tuh. Kayanya ada pesan masuk.” Isha memberi tahu Satrio yang sedang menyetir. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Krisna untuk makan malam bersama sekaligus menginap di sana.“Tolong dibukain, Dek,” pinta Satrio yang tak pernah menyembunyikan apa pun dari istrinya.Isha lantas mengambil ponsel suaminya yang diletakkan di dashboard. Keningnya mengerut kala membaca nama sang pengirim pesan. Dia lantas membaca pesan tersebut dengan keras agar Satrio mendengar. “Bang, setelah seminggu ini berpikir, aku memutuskan menyelidiki Mas Surya. Aku siap dengan segala konsekuensinya. Tolong bantu aku ya, Bang,” ucap Isha.“Itu dari Vita, Dek?” tanya Satrio memastikan.Isha mengangguk. “Iya, Bang. Seingatku Bang Satrio minta Vita hubungi aku kalau dia jadi menyelidiki Surya. Kenapa langsung hubungi Bang Satrio?” Dia merasa heran pada adik tirinya itu.Satrio mengangkat kedua bahunya. “Abang juga ga tahu. Mungkin dia lupa, Dek,” timpalnya.“Baiknya aku balas atau langsung

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status