Share

Terancam

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-27 07:14:46

"Tunggu saja, kalian pasti senang melihat kedatangan wanita ini nanti."

Halimah memilih diam dan menuruti ucapan Tomi, karena memaksa kakaknya bercerita pun percuma rasanya. Begitupun dengan Leha, wanita paruh baya itu cukup tersenyum melihat cekcok gurauan yang kedua anaknya lakukan.

"Lagi bahas apa sih, Mas ngucapin salam dari tadi nggak ada yang nyaut," seloroh Vano sembari mencium punggung tangan Ibu Mertuanya, dan beralih pada Halimah yang mencium punggung tangannya.

Halimah terkekeh, dia meminta maaf karena terlanjut asyik menggoda Tomi yang terlihat tengah kasamaran. Dia mengikuti langkah Vano masuk ke dalam kamar setelah suaminya itu selesai basa-basi bersama Tomi dan Leha. Gurat lelah terpancar di wajahnya apalagi saat ini Cafe mereka sudah memiliki banyak cabang.

"Mas Tomi bilang hari Minggu besok mau ada cewek yang datang, Mas."

"Oh ya, siapa?"

"Entahlah,

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Grace Luhulima Mahulete
ya ampun si ki kusumo kok msh hidup aja blm dpt karmanya. author kok pendek2 banget cetitranya.
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Makanya jd org jgn terlalu baik. Nurut sama suami apalg suaminya tau betul gmn sifat org
goodnovel comment avatar
LItanirawati Radjamuda
thorr..jgan pelit....bacaanx cuman se upil....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Bapak dan Ibu diculik

    "Sial! Telepon rumah nggak diangkat, Van!"Vano memukul stir mobil dan menatap jalanan dengan gusar sementara Halimah meremas sepuluh jemari dengan cemas."Kebut, Van. Aku tidak mau Ibu dan Bapak kenapa-kenapa."Vano mengangguk. Dia menambah kecepatan mobil karena merasakan apa yang sedang Tomi rasakan saat ini. Mereka berdua laki-laki muda, untuk berkelahi kemungkinan menangnya akan tinggi, tapi Bapak dan Ibu ... siapa yang menjamin keselamatan mereka?"Maafkan aku, Mas ...."Suara Halimah terdengar bergetar. "Gara-gara aku, semuanya jadi kacau. Hidup kita jadi tidak tenang begini. Aku ... hu ... hu ... hu ....""Berhenti menangis dan merengek, Dek. Menghadapi orang-orang Ki Kusumo bukan dengan kelemahan!" bentak Vano. "Buang air matamu, Mas janji akan menyelamatkan kalian semua meskipun harus berkorban nyawa sekalipun.""Apa sebegitu mengerikan l

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-01
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Misi penyelamatan

    Setelah memastikan rencana mereka agar berjalan lancar, kedua tim khusus tadi mempersilahkan Tomi, Vano dan Halimah berangkat lebih dulu sementara petugas aparat memulai penyamarannya kali ini."Lebih baik kamu jangan ikut, Hal!"Halimah menggeleng cepat. Dia tidak mau jika suami dan Abangnya berjuang berdua sementara di menunggu ketidakpastian di rumah."Tidak, Mas. Bagaimanapun aku harus ikut, ada Bapak dan Ibu disana, mana mungkin aku berdiam diri menunggu kalian berdua dalam ketidakpastian," tutur Halimah."Halimah benar, Mas. Yang Ki Kusumo incar adalah dia, Ki Kusumo sengaja menculik Bapak dan Ibu itu karena Halimah. Aku tau, sejak dia datang ke kampung untuk menjemput Hesti waktu itu, matanya sudah menatap liar pada istriku," jelas Vano.Tomi seketika bungkam. Ingin menolak keikutsertaan Halimah, tapi dia tidak punya pilihan lain. Vano benar, dengan ikutnya H

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Mimpi Hesti

    "Lari, Hal ... cepat lari! Jangan sampai kamu tertangkap. Halimah ....!"Hesti terbangun dengan napas memburu. Keringatnya bercucuran sebesar biji jagung saat dia sadar jika semua yang dia lihat tadi hanyalah mimpi. Eni kebingungan lantas mengambil segelas air dan mengangsurkannya pada Hesti seraya bertanya, "Kenapa, Hes? Mimpi Halimah?"Hesti mengangguk. Dia memeluk Eni dengan menangis tersedu-sedu. Bayangan dalam mimpi seakan terlihat nyata. Ekor matanya melirik jam yang tertempel di dinding. Jarum pendek tepat bersandar di angka 01.00 dini hari. Gegas dia melepaskan pelukannya dan melangkah gontai menuju kamar mandi."Mau kemana?""Wudhu, Bu. Aku mau sholat malam, hatiku tidak tenang setelah mimpi barusan. Aku merasa Halimah sedang dalam masalah. Tidak ada salahnya aku mendoakan keselamatannya kan, Bu?" Eni mengangguk. Dia mengikuti langkah Hesti menuju kamar mandi. Mendengar putrinya hendak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-03
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjadi tawanan

    ****"Kamu siap, Mas?" tanya Vano sambil melirik Tomi. Dia mengangguk, lalu membuka pintu mobil dengan cepat."Bawa masuk mobilnya, cepat!"Teriakan dua anak buah Ki Kusumo tidak Tomi indahkan. Dia berjalan tenang mendekati satu laki-laki berparas sangar dan ...Bugh ....Bugh ....Melihat Tomi yang mulai menyerang, Vano dengan sigap mengikuti gerakan Tomi untuk melumpuhkan dua penjaga di pintu pagar. Halimah mengambil alih kemudi, sama seperti apa yang sudah mereka rencanakan. Klakson mobil berkali-kali dia bunyikan sebagai pertanda jika Tomi dan Vano sudah mulai menyerang."Jangan bergerak!" Dua laki-laki b

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-05
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menyelamatkan diri

    "Gina ....?" seru Tomi sedikit memekik. Bagaimana Gina bisa berada dalam rumah Ki Kusumo?Suara tawa Ki Kusumo kembali menggelegar. Dia mengusap lembut pipi mulus Gina dengan tatapan penuh hasrat. Hal tersebut sontak saja membuat Tomi naik pitam."Bajingan!"Dia hendak menyerang Ki Kusumo tapi tim khusus segera masuk dan berkata, "Jangan bergerak!""Angkat tangan kalian!"Anak buah Ki Kusumo saling pandang, sampai pada akhirnya mereka menurut dan mengangkat kedua tangan ke atas."Berani sekali kalian datang ke rumahku?" seru Ki Kusumo tenang. Tidak ada ketakutan di wajahnya seolah-olah tim khusus yang datang bersama Tomi dan Vano bukanlah benar-benar polisi yang akan meringkusnya bersama semua anak buah.Tidak ada yang menjawab. Pelan tapi pasti, para tim khusus bergerak cepat ke arah Leha dan Karim, beberapa dari mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal yang baru

    Mobil Halimah melaju semakin menjauh. Dadanya sesak membayangkan hal-hal buruk yang mungkin akan menimpa suami dan Kakaknya."Jangan terlalu jauh, Hal. Kasihan Tomi dan Vano, lebih baik kita tunggu di jalanan ramai saja," ujar Leha cemas."Tidak bisa! Mas Tomi berpesan agar kalian segera pergi jauh! Resikonya terlalu tinggi kalau kamu dan kedua orang tuamu ada di sekitar sini, Hal!"Halimah menoleh sinis ke arah Gina. Dia menghembuskan napasnya kasar dan berkata, "Jangan ikut campur urusan kelurgaku!""A-- aku hanya mengatakan apa yang Tomi katakan, Hal ....""Cukup!" bentak Halimah menyela, "Katakan kamu akan turun dimana, setelah itu jangan menunjukkan batang hidungmu lagi di depanku!"Bibir Gina mengatup. Dia membuang muka dan menghela napas kasar setelah mendapat balasan menohok dari mulut Halimah."B

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Rencana Baru

    "Kamu salah, Halimah! Mas yang sudah memintanya untuk membawa kalian pergi. Bagaimana bisa kamu menyuruhnya turun, hah?""Harusnya dia berpikir, Mas! Ada suami dan Kakakku di dalam sana yang sedang melawan bahaya. Tapi dia bahkan menyuruhku ....""Cukup, Halimah!" bentak Tomi. "Kamu terlalu menyudutkan Gina padahal jelas-jelas dia sudah berusaha membantu kamu pergi. Bagaimana jika Mas dan suamimu tidak selamat, hah?"Leha mencekal lengan Tomi dan menggeleng samar membuat laki-laki itu seketika terdiam. Halimah membuang muka ke jalanan sementara Vano masih bungkam dengan fokusnya menyetir."Tidak baik kalian bertengkar sementara Allah sudah menyelamatkan hidup kita semua," tegur Karim bijak. "Bapak tau Halimah kalut, Tom. Dia tidak bisa meninggalkan kamu dan suaminya pergi, dan Bapak tau apa yang Halimah rasakan. Tapi Gina juga tidak bersalah, Hal. Dia meminta kita pergi untuk meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kekhawatiran Hesti

    "Berhari-hari firasatku berkata buruk, Kus," ujar Hesti di suatu siang. "Andai ada ponsel, Mbak ingin menghubungi Halimah dan keluarganya, bagaimana kabar mereka setelah membantuku kabur dari Ki Kusumo." Suara Hesti terdengar sendu. Berhari-hari dia mendapat mimpi yang sama, apalagi nuansa rumah Ki Kusumo selalu menghiasi mimpi-mimpinya selama ini membuat Hesti berpikir jika keluarga Halimah dengan dalam bahaya."Kamu mau kita bagaimana, Mbak? Sementara untuk memiliki ponsel adalah hal yang seharusnya kita hindari. Bagaimana jika mereka masih mengincar kamu, Mbak?"Hesti terdiam. Perasaannya kalut mengingat betapa bengis Ki Kusumo kepada tawanannya. "Tapi bagaimana jika Halimah dan keluarganya kenapa-kenapa, Kus? Mbak tidak bisa memaafkan diri Mbak sendiri jika sampai itu terjadi."Kusaini menghela napas kasar. Belum genap sebulan dia dan dua wanita yang dia sayangi tinggal di kota ini, tapi nyatanya hidup

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status