Share

Rencana Pindah ke Kota

Author: rafanalfa6819
last update Last Updated: 2022-03-10 10:23:59

Ki Kusumo masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan celotehan Eni. Anak buah dan Hesti masuk ke dalam mobil yang lain dan mereka melajukan mobil keluar dari kampung.

"Saya tidak serendah anak Ibu. Tolong jangan samakan saya dengan Hesti yang jelas-jelas menjual dirinya demi harta. Apalagi Ibunya yang terlihat bahagia sekali ketika anak perempuannya di bawa lelaki lain!"

Eni membuang muka. Dia kesal karena Halimah sudah berani melawan ucapannya. 

"Dan ya ... saya nggak haus akan harta, Bu. Insyaallah, rejeki keluarga saya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup."

Halimah dan Vano hendak masuk ke dalam rumah. Tapi langkah Vano terhenti, dia menoleh ke arah dimana Eni berada.

"Jangan mengharap apapun pada Hesti, Bu. Dia bisa tetap hidup saja itu sudah merupakan sebuah keberuntungan," tutur Vano.

"Brengsek kamu! Tau apa kamu tentang calon suami Hesti, hah? Bisa-bisanya doain anakku mati!" seru Eni marah.

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Iya lha mendingan di kota drpd di kampung dah kayak gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kehilangan kewarasan

    Dua bulan kemudian ...."Hesti ... Ibu-ibu lihat, Hesti pulang!" Eni berteriak dan berlari ke jalanan. Setiap orang yang dia lihat akan diberitahu tentang kepulangan Hesti. Kepulangan yang dia yakini dalam pikirannya sendiri."Mau lihat mobil mewah? Ayo ke rumah, nanti aku ajak kalian keliling kota," seloroh Eni saat para Ibu-ibu mengelilingi gerobak sayur."Lihat ini, Bu Diah, gelang yang Hesti pilihkan. Bagus nggak?" Dengan takut-takut Diah mengangguk lalu berlari kecil menjauhi gerobak sayur. Tujuannya berbelanja seketika buyar, yang ada justru ketakutan karena bertemu dengan Eni."Nur ... Nur! Keluar kamu, ada ponakan datang dari kota malah nggak kamu tengokin. Entar nyesel loh nggak dapat sangu (uang saku) dari Hesti," teriak Eni di depan rumah Nur.Mendengar keributan yang Eni buat, Nur keluar dan membawa kakak sulungnya itu duduk di depan teras. Diambilnya teh hangat yang sudah dia siapkan setiap pagi, k

    Last Updated : 2022-03-10
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjadi gelandangan?

    Karim dan Leha mengangguk dengan senyuman tipis. Tidak ada satu kalimat yang keluar dari mulut mereka. Memaafkan memang mudah, tapi melupakan ... hal itu menjadi hal tersulit bagi Leha dan Karim.Dengan langkah yang berat, Astri membawa tubuhnya mundur karena keluarga Tomi hendak bersalaman para para tetangga. Mereka berpamitan dan meminta maaf jika selama ini ada kesalahan yang tidak drhsjs diperbuat."Ayo turun, Nak. Ayah mau berangkat," ujar Astri pada Tirta.Anak kecil itu menurut dan meminta turun dari gendongan Tomi. Dia menatap lekat wajah Tomi dan berkata, "Apa Ayah dan Mama tidak bisa bersama lagi? Mama bilang kalau kalian bercerai itu artinya tidak bisa tinggal serumah. Kenapa kalian bercerai?"Tomi membuang muka. Dadanya sesak melihat anak sekecil Tirta harus menanggung akibat dari keegoisan Ibunya. Tapi Tomi bisa apa, Tirta bukan darah dagingnya. Tega ataupun tidak, dia tetap akan meninggalkan Tirta.

    Last Updated : 2022-03-10
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hesti menjadi gelandangan

    "Duduk dulu, Hes. Minum dan makan rotinya."Hesti mengangguk dan menerima roti dari tangan Tomi. Di sebuah bangku tunggu yang ada di dalam bengkel, Hesti duduk berdampingan dengan Halimah dan Tomi. Wanita itu melahap roti dengan rakus hingga ludes ketiganya dalam hitungan detik. Tanpa sadar air mata Halimah menetes melihat betapa menyedihkannya takdir hidup Hesti setelah diboyong Ki Kusumo ke kota. Bahkan semua warga kampung mengira Hesti lupa dengan Eni karena sudah kaya, tapi kenyataannya ...."Setelah ini tolong segera pergi dari bengkel Mas Tomi, Mbak." Setelah menegak air mineral hingga tandas, Hesti menatap Vano dengan mata berembun."Mas," lirih Halimah."Maaf, Dek. Tapi Mas punya alasan untuk itu."Hesti menunduk dan memainkan sepuluh jemarinya. Dia menangis sesenggukan membuat Halimah tidak tega dengan penampilan Hesti. Baju kotor yang sudah banyak noda, rambut awut-awutan yang begitu kumal, juga kulit yang du

    Last Updated : 2022-03-14
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kabur

    "Tidak, Mas! Tidak boleh ada di antara kita yang membantu Mbak Hesti keluar dari kota ini. Jika tidak ... aku yakin, Halimah target selanjutnya," sela Vano dengan gelisah. "Anak buah Ki Kusumo tersebar di semua akses jalan ke luar kota. Jika salah satu dari mereka tau keluarga kita ikut campur, maka ... habislah kita.""Lalu apa kita hanya diam saja melihat dia terluka, Van?" Tanpa sadar suara Tomi meninggi. Dia benar-benar marah dengan perlakuan Ki Kusumo yang dianggap tidak manusiawi."Aku bahkan lebih memilih itu, Mas. Daripada keluargaku yang menjadi korban selanjutnya, apalagi istriku ... aku tidak ingin mengorbankan istriku demi menyelamatkan wanita lain. Titik!"Tomi menyandarkan punggungnya dengan frustasi. Pintu bengkel sengaja mereka tutup sebagian agar tidak ada orang datang dan curiga."Tapi Mbak Hesti, Mas?" ujar Halimah lirih."Mas punya ide, tapi tidak yakin ini berhasil atau tidak."Semua m

    Last Updated : 2022-03-14
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Memulai hidup Baru

    "Kemana penghuni rumah ini?" Ki Kusumo berteriak lantang di depan rumah Eni membuat para tetangga berhamburan keluar."Cepat katakan dimana mereka?!"Tidak ada yang menjawab. Suasana desa di pagi hari masih lumayan sepi meskipun beberapa warga sudah berkerumun akibat teriakan Ki Kusumo yang marah-marah.Pak RT berlari menuju ke arah keributan. Setelah berbulan-bulan kampung mereka terhindar dari masalah, kini, masalah itu datang lagi dan dari tempat yang sama. Rumah Eni."Ada apa ini, Pak?" Pak RT mendekat. Ki Kusumo menarik napas panjang. Dia mencengkeram kerah baju Pak RT membuat lelaki paruh baya itu sedikit ketakutan."Kemana mereka? Pergi kemana mereka semua?!" bentak Ki Kusumo.Pak RT mengernyit. Sejurus kemudian dia paham siapa yang Ki Kusumo maksut saat melihat pintu rumah Eni bergembok dari luar."Pergi? Bukankah kemarin Bu Eni masih ada di rumah, ya kan Bu Diah?"B

    Last Updated : 2022-03-15
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Wanita itu adalah Gina

    Hampir saja tubuh wanita itu limbung jika saja Tomi tidak sigap menahan tangannya. Dengan cepat dia menepis tangan Tomi yang tidak sengaja berbenturan dengan kulit tangannya yang putih dan mulus."Ma-- Maaf, tidak sengaja," ucap Tomi terbatas.Jantungnya berdebar kencang melihat wajah cantik dengan balutan jilbab lebar yang menutupi tubuhnya. Wanita itu tersenyum tipis dan mengangguk, lalu membawa motornya sendiri untuk masuk ke dalam bengkel.Tomi terpaku, hingga sepersekian detik dia tersadar dan berlari kecil untuk membantu motor wanita cantik itu."Kau sudah menikah?" Entah keberanian dari mana Tomi menanyakan hal pribadi padanya.Wanita yang duduk tidak jauh darinya menggeleng, lalu membuang muka dengan tatapan ke arah jalanan yang semakin ramai.'Jangan nangis, plis, jangan nangis. Kamu harus move on, Gina," batin wanita itu tanpa mau menoleh ke arah dimana Tomi berada."Suda

    Last Updated : 2022-03-15
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Haru

    Hesti dan Kusaini menjalani hari-hari baru mereka dengan berat. Tinggal di kota asing tidak lantas membuat keduanya bebas dan merasa sudah terlepas dari apa yang sudah terjadi. Apalagi mereka hanya tinggal bertiga, beruntung anak Kusaini sudah dijemput oleh Gina sejak beberapa bulan yang lalu karena Gina mendengar jika Eni gila."Alhamdulillah, Mbak. Jadi kuli panggul di pasar uangnya cukup untuk kita makan sehari-hari," tutur Kusaini dengan mengeluarkan uang sebesar 75.000 dari dalam kantong celananya.Hesti menangis. Dia memeluk Kusaini dan berkali-kali meminta maaf, "Jika saja Mbak bisa menjaga diri, semua tidak akan terjadi, Kus. Maaf, karena Mbak kita harus mengalami hal sulit begini. Kamu dan Ibu harus rela membawaku bersembunyi."Kusaini mengusap lengan kakaknya dengan lembut. "Semua sudah terjadi, Mbak. Lebih baik kita sama-sama bertaubat agar Allah mengampuni dosa-dosa kita, juga memberikan kesembuhan untu

    Last Updated : 2022-03-16
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kebenaran tentang Eni

    "Maafkan Hesti, Bu. Maafkan aku karena sudah menjadi anak yang tidak berguna."Hesti memeluk tubuh Eni yang semakin kurus. Dia berkali-kali mencium pipi Ibunya yang sudah basah oleh air mata. Kesedihan menyelimuti hati mereka berdua, bahkan Kusaini enggan mengganggu momen Ibu dan anak yang sedang menyemai rindu."Tidak, Nak. Harusnya Ibu yang minta maaf. Ibu sudah keterlaluan selama ini. Ibu bodoh ... ibu terlalu gila harta sampai ....""Tunggu! Ibu sudah sehat?"Eni menunduk. Dia kembali menyeka air mata yang sudah membasahi pipi. "Ibu ... sebenarnya Ibu tidak gila, Nak. Ibu hanya malu pada warga kampung, malu karena setelah mengagung-agungkan kamu yang bisa menikah dengan lelaki kota tapi ternyata jejakmu hilang begitu saja. Ibu marah pada diri Ibu sendiri ... Ibu bahkan diam-diam menangis saat Kusaini memperlakukan Ibu dengan begitu baik. Ibu tertampar, Hes. Ibu sadar jika selama ini Ibu bukanlah ibu yang b

    Last Updated : 2022-03-19

Latest chapter

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status