Share

Jangan Tutup Mata!

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 14:06:18

***

"Kenapa wajah kamu murung begitu, Gas?"

Vano yang tengah menyeruput kopi di ruang tamu dibuat heran oleh raut muka Bagas. Halimah yang sibuk menyuapi Leha pun turut menoleh. "Sepuluh hari lagi, Gas. Masa sih gitu aja kelamaan?" goda Halimah terkikik. Leha menepuk lengan putrinya dan menggeleng samar. "Bercanda, Bu. Lagipula itu anak kebiasaan suka cemberut. Untung aja ada Anita yang mau sama dia."

Bagas mendaratkan bokongnya di sisi Vano sedangkan Anita mulai mencium punggung tangan Halimah dan Leha bergantian.

"Saya yang harusnya bersyukur karena mendapat laki-laki seperti Mas Bagas, Bu," kata Anita jujur. Halimah mengusap kepala wanita muda di depannya seraya berkata. "Ibu dulu mikirnya gitu waktu dapat Ayah, Nit. Mereka memang Bapak dan Anak yang sangat bertanggung jawab," pujinya tulus.

Anita mengangguk setuju. Dia meminta ijin mengambil alih piring di tangan Halimah dan mulai menyuapi Leha dengan pelan.

"Ibu buatkan minum dulu ya."

"Nggak perlu, Bu. Tadi sudah banyak minum di
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Sabar, Bagas!

    ***Sea keluar dari ruangan mengingat semua pekerjaannya selesai. Dia berencana melihat-lihat Cafe peninggalan Handoko pada Astri. Cafe yang cukup mewah, bahkan sebentar lagi mungkin akan berubah menjadi sebuah restoran besar jika Tirta mau merombaknya."Selamat siang, Bu Sea. Butuh sesuatu, atau saya siapkan makan siang sekarang?"Sea menggeleng samar. Wanita berusia muda di depannya terlihat begitu sopan dan ramah. "Siapa nama kamu?""Renata, Bu."Sea manggut-manggut. "Sudah lama kerja disini?"Renata mendongak, dia menatap wajah Sea yang terlihat begitu segar dengan make up tipis. "Baru dua tahun ini sejak lulus sekolah.""Ada yang bisa saya bantu, Bu?"Sea menggeleng lagi. "Aku cuma mau lihat-lihat sekalian ingin mengenal kalian semua, Re. Lanjutkan pekerjaan kamu!"Renata mengangguk. Dia berlalu meninggalkan Sea di depan dapur dan ikut berkutat bersama teman-temannya yang lain. Suasana Cafe yang ramai membuat hati Sea menghangat. Selama ini dunianya terlalu kaku berkutat dengan l

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Usaha Leo

    ***"Kalau kamu tertekan sama kelakuan Bagas, bilang sama Ayah, Nit."Bagas memamerkan barisan giginya sembari menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal."Ayah itu salah paham," elak Bagas. "Tadi aku lagi nolongin Anita gara-gara hampir jatuh ....""FTV sekali hidupmu, Gas," sindir Vano mencebik. "Jangan macam-macam sebelum halal, hargai calon istri kamu!"Bagas mengangguk lemah. Melawan Vano tidak akan menang pikirnya. Sementara Anita justru terkikik melihat wajah kesal Bagas."Makanya jangan centil," bisik Anita. Wanita itu berlalu meninggalkan Bagas yang tengah menatap punggungnya semakin menjauh. Senyum tipis seketika terbit di bibirnya, bayangan wajah cantik Anita menghiasi pikiran Bagas.Setelah urusan perbajuan selesai, mereka kembali ke rumah karena semua persiapan sudah selesai. Tidak ada adat pingit karena Anita tidak bisa menghandle semuanya sendiri apalagi dia hanya memiliki Haryati dalam hidupnya."Mau nikah kok sering keluar bareng, pamali," seru Diah ketika melihat

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Aku mau kamu, Sea!

    ***"Setelah mengantar Nenek pulang, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Nit."Anita menoleh. Sejenak dia melirik ke belakang tempat dimana Haryati sedang duduk. Mobil yang mereka tumpangi berjalan menuju ke rumah Anita setelah hampir seharian dia dan Neneknya berada di rumah Bagas membahas banyak persiapan untuk acara pernikahan.Haryati mengangguk ketika matanya bersiborok dengan mata Cucunya. Dia tahu jika Anita tengah meminta persetujuan melalui kontak mata."Baiklah, Mas."Bagas kembali diam, dia terjebak dengan segala macam prasangka tentang kematian Citra. Apalagi ketika Fredi mengatakan kalau Leo adalah satu-satunya saksi, besar kemungkinan jika Citra memang bunuh, tidak bunuh diri. Begitulah pikir Bagas.Sesampainya di halaman rumah, lelaki bertubuh tegap itu segera membantu Haryati untuk duduk di atas kursi roda. Kaki tuanya yang masih terasa lemah cukup sulit untuk berjalan meskipun dengan jarak yang tidak jauh."Pelan-pelan ya, Nek," kata Bagas lembut. "Nenek baik-baik

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Merampas ciuman pertama

    *** "Nggak bisa jawab kan? Sebegitu sulitnya kamu membuka hati setelah ada nama Bagas di dalam sana?" Tirta mengalihkan pandangannya kembali fokus pada jalanan di depannya. Sikap diam Sea sudah memberi jawaban jika tidak ada tempat untuk Tirta di dalam hatinya yang sudah lebih dulu Bagas tempati. "Aku bisa membahagiakan kamu, Se. Aku berjanji akan itu, tolong ... berhenti mengharapkan cinta Bagas karena yang kamu dapatkan hanyalah rasa sakit." Sea meremas sepuluh jemarinya cemas. Bukan karena pernyataan cinta Tirta, bukan! Tapi pada obrolan yang sempat Tirta dengarkan, dia gelisah dan takut jika Tirta akan membongkar pertemuannya dengan Haris malam ini. Dia tidak ingin mendapat tatapan benci dari Bagas meskipun dirinya sudah menolak permintaan tolong Haris untuk bekerja sama memisahkan Bagas dan Anita. "Aku janji nggak akan mau diajak ketemu sama Haris lagi, Mas," ujar Sea mencoba mengalihkan pembicaraan. "Lagipula aku sudah menolak tawarannya barusan. Kamu nggak bisa dong ngadui

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pengakuan Leo

    ***"Turun, Sayang!" pinta Bagas lembut. Panggilan sayang yang hanya dia lontarkan saat berduaan dengan Anita akhirnya lolos juga malam ini. "Nanti kamu akan tau semuanya dari mulut Leo."Dada Anita berdebar hebat. Dia bukan wanita bodoh, mendengar Bagas mengatakan "mendengar semuanya dari mulut Leo" membuat pikirannya melayang pada kejadian malam dimana Citra ditemukan mati bunuh diri."A-- apa Leo yang su-- sudah mem ....""Jangan menduga-duga, lebih baik kita masuk sekarang, Nit," sela Bagas cepat. Dia menarik tangan Anita untuk segera berjalan mendekati pintu rumah Leo.Rumah sederhana yang dulu terlihat begitu rapi dan terang ketika malam hari kini nampak sebaliknya. Bunga-bunga di dalam pot dibiarkan mengering dengan dedaunan yang tergeletak di halaman memberi kesan jika si empunya rumah sangatlah tidak pandai menjaga kebersihan.Dari luar nampak sekali jika rumah Leo seperti rumah kosong. Lampu terasnya mati dan menyisak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Ketahuan

    ***"Brengsek kamu, Leo!"Deru napas Anita memburu. Tatapan matanya seakan menguliti wajah Leo yang terlihat tidak memiliki gairah hidup saat ini."Kamu benar, Nit. Brengsek, itulah aku. Aku menyesal tidak bisa menahan tubuh Citra saat itu, bahkan ... kamu tau ... bahkan aku sempat merasa lega dengan harapan Ana bisa membuka hatinya lagi ketika Citra telah mati."Anita menangis. Tangisnya pecah saat itu juga saat Leo mengatakan jika dia ingin memulai hidup baru setelah Citra tiada. Betapa akhir yang sangat tragis untuk hidup Citra, wanita yang dulu selalu bersikap sangat buruk terhadap Anita. Tapi lihatlah, bahkan Anita menjadi salah satu yang paling hancur atas kematian Citra."Pembunuh! Kamu pembunuh!" pekik Anita. "Dia sudah membunuh Citra, Mas. Dia pembunuh!"Bagas lagi-lagi merengkuh tubuh Anita ke dalam pelukan. Dia menepuk-nepuk punggung wanitanya dengan berbisik. "Kendalikan dirimu, Sayang. Tenanglah!"Anita menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Bagas. Tangisan yang entah suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Wanita Lain di Hati Tirta

    ***"Brengsek! Lo utang penjelasan ke gue. Apa-apaan berani godain adek gue, hah?"Sea menggigit bibirnya semakin kuat. Wajah Pandu yang terlihat tegas membuat jantungnya berdetak lebih cepat. "Santai, Bro. Bukan salah gue jatuh cinta, salahkan Sea yang terlalu pantas untuk dicintai," seloroh Tirta terkekeh. "Gue ada perlu sama Sea, berikan ponselnya. Jangan jadi Abang yang toxic!""Sialan lu, Tir!"Tanpa berkata-kata lagi, Pandu menyerahkan ponsel Sea dengan sorot mata yang sulit diartikan. Sementara Sea menerima ponsel dengan nyengir kuda memamerkan barisan giginya kemudian berlari kencang masuk ke dalam kamar. Pandu menggeleng-gelengkan kepalanya heran, rasa penasaran sementara dia kesampingkan karena akan ada acara besar menyambut Nyonya Bagas esok hari.Sea menutup pintu dengan cepat. Dadanya naik turun menandakan pergerakan napas yang mulai tidak beraturan. Takut karena tatapan Pandu, juga takut kalau Kakaknya akan bertanya macam-macam perihal dirinya dan Tirta.Ponsel Sea kemb

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Percakapan Heboh Dua Wanita

    ***Sea datang ke rumah Anita dengan mengendari mobil Tomi. Jangan tanya seribet apa sebelum dia datang, bahkan Bagas sudah merengek-rengek minta ikut dengan alasan mencemaskan sosok Anita.Dua jam sebelum berangkat ...."Boleh aku pinjam mobilnya, Yah?"Tomi menoleh. Di ruang tamu ada beberapa laki-laki yang tidak lain adalah Vano, Pandu dan Bagas serta beberapa tetangga yang ikut membantu acara di rumah mereka seperti mengeluarkan beberapa perabotan agar ruangan terasa lengang."Mau kemana? Di rumah lagi sibuk loh ini," tegas Tomi. Rumah yang dia maksut adalah rumah Halimah, tentu saja."Ke rumah Anita, dia bilang kesepian jadi minta aku datang," sahutnya tak acuh. Apalagi saat kepala Bagas yang seketika menoleh ke arahnya setelah menyebut nama Anita. "Apa? Jangan bilang kalau kamu ...." Sea menggantung ucapannya saat Bagas menatap matanya penuh harapan. "Aku ikut, Se," sahutnya cepat.Sea mencebik. Dia memanggil Halim

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status