Share

Gina Minggat

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-26 19:01:18

Hesti berlari, dia berteriak meminta tolong padahal banyak lelaki di depan rumahnya yakni anak buah Ki Kusumo.

Beberapa warga datang karena teriakan Hesti begitu lantang. Melihat banyak lelaki asing di depan rumah Eni, salah seorang tetangga memanggil Pak RT untuk datang. 

"Apa pernikahannya akan dilangsungkan sekarang, Mbak Hesti?" tanya Pak RT ragu, mengingat yang datang bukanlah Brian melainkan orang-orang berperawakan besar dan banyak tato di lengannya.

"Pernikahannya, ba ... batal, Pak RT," jawab Hesti menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Tapi orang-orang itu ....?"

"Dia rentenir dan anak buahnya, Pak RT. Tolong bantu kami ...."

 
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Olga Denith
capek nunggu bonusnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Perjanjian Brian dengan Ki Kusumo

    Mereka semua tertawa termasuk Ki Kusumo. Pak RT yang melihat hal ini bergegas mendekat dan meminta mereka untuk duduk dan membicarakan semuanya baik-baik."Kenapa keluarga ini banyak sekali masalah," gumam Pak RT lirih sambil memijit pelipisnya."Jadi Mas Brian menggadaikan sertifikat sawah Bu Eni pada sampean, Ki?"Kusumo mengangguk. Kasak-kusuk para tetangga yang melihat di luar mulai santer terdengar. Rahang Hesti mengeras mendengar nama Brian disebut. Dia tiba-tiba begitu membenci Brian karena merasa ditipu oleh lelaki miskin yang pura-pura kaya itu."Kalian ambil sawahnya. Saya dan Ibu tidak butuh!" tutur Hesti sambil membuang muka."Tapi perjanjiannya tidak begitu, Cantik!" Kusumo m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-26
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pertemuan Vano dengan Ki Kusumo

    "Apa kabar, Mas Vano?" tanya Ki Kusumo seraya menjabat tegas tangan Vano."Alhamdulillah, kami baik-baik saja. Mari mampir dulu, Pak. Ini rumah mertua saya," ujar Vano seraya menunjuk rumah Leha tepat di depan dia berdiri.Kusumo melihat rumah Leha sejenak dan menyunggingkan senyum tipis saat matanya bersiborok dengan mata Halimah. Istri Vano itupun mengangguk sopan lalu membawa Leha dan Karim masuk lebih dulu ke dalam rumah."Kapan-kapan saja, Van. Ini saya lagi ada urusan sama tetangga kamu.""Kalau boleh tau, siapa, Pak?"Ki Kusumo terkikik dan berbisik di telinga Vano, "Hesti. Anak sulung Bu Eni. Kamu kenal?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Isi Perjanjian Brian

    "Dek!" panggil Vano dari depan rumah. Halimah berjingkat, lalu berpamitan pada Diah untuk masuk."Ingat kata-kataku, Hal. Bisa jadi suamimu itu kayak pacar Hesti. Pinjam uang dengan surat perjanjian. Hesti sampai histeris loh tadi. Penasaran aku," seloroh Diah mencoba menakut-nakuti Halimah.Halimah hanya tersenyum tipis lalu berlari kecil menuju ke rumahnya. Hatinya diliputi kecemasan. Melihat keakraban Vano dan Ki Kusumo tadi, seolah menjelaskan jika mereka bukan hanya sekedar kenal sebagai Bos dan pelanggan Cafe tetap saja. Tapi ada hal lain, dan Halimah tidak tau itu."Siapa laki-laki tadi, Mas? Bu Diah bilang dia rentenir?" selidik Halimah."Emang. Dia emang rentenir. Kesini ada urusan katanya," jawab Vano datar. Dia tidak ingin Halimah menc

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Arini hamil

    Eni merampas gunting di tangan Hesti dan melemparnya ke segala arah. Hesti menunduk. Dia menangis tapi tidak bersuara. Dunianya hancur saat tau jika Brian ternyata hanya memanfaatkan dirinya, dan sekarang ... dia justru harus menjadi penebus utang pada Ki Kusumo."Biarkan aku mati, Bu," lirih Hesti.Eni memukul kepala Hesti dengan keras. Terdengar rintihan dari mulut putri sulung Eni itu dengan satu tangan memegang kepalanya yang terasa sakit."Jangan bodoh! Kamu kira dengan kamu mati, maka semuanya selesai, begitu?" teriak Eni lantang. "Memang ... selesai bagi kamu, tapi tidak bagiku, Hes. Kamu yang datang kesini sama Brian brengsek itu dan merengek-rengek minta sertifikat sawah ... tapi apa sekarang yang kudapat? Bukannya mobil mewah kayak punya Halimah ... justru lelaki sialan it

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Permintaan Maaf Astri

    "Ka ... kamu hamil?"Arini mengangguk ragu. Jemarinya mengelus perut yang masih rata di depan Eni. Sebisa mungkin Eni menahan diri agar tidak murka. Justru senyuman bahagia dia lontarkan sembari mencari cara bagaimana agar janin Arini bisa luruh."Sialan! Bikin tambah malu aja nih anak kalau sampai para tetangga tau dia hamil," batin Eni cemas."Aku harus bisa menggugurkan kandungannya." Eni bermonolog dalam hati dengan kedua mata memicing menatap Arini yang tengah bahagia sekali bisa mengatakan kabar kehamilannya pada Ibu Tarjo."Tapi, Rin ... apa nggak sebaiknya kamu gugurkan dulu bayi itu?""Tidak akan!" sahut Arini cepat. "Janin ini adalah penguat hubungan cintaku dengan Kang Ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Siapa Dalang Kebakaran?

    Fani menatap Halimah dengan napas memburu. Sebelum suasana semakin runyam, Astri menarik kasar tangan Fani dan berpamitan untuk pulang pada keluarga Leha.Halimah mendesah. Dia merasa banyak sekali masalah yang mendatangi hidupnya kini. Terbesit keinginan untuk membawa Bapak dan Ibunya untuk tinggal di kota saja. Untuk apa hidup di desa jika suasananya sudah tidak senyaman dulu lagi."Sabar, Nak. Satu per satu masalah ini pasti menemukan jalan keluarnya," hibur Leha pada Halimah.Mereka semua diam, bergelut dengan pikiran masing-masing, hingga suara telepon genggam Halimah berbunyi nyaring di ruangan."Mas Vano," gumam Halimah.Dengan cepat dia menggeser ikon ke kanan, terdengar kericuhan di seberang sana yang tertangkap di ponsel Halimah."Ribut sekali, Mas. Apa baik-baik saja?" Karim dan Leha mendekat, begitu juga Tomi, mereka benar-benar khawatir dengan keadaan Vano yang sedang men

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Akhir Tragis untuk Gina

    "Ayo, arak dia! Dasar wanita murahan!""Berani-beraninya kamu kumpul kebo dengan suamiku, hah? Wanita nggak tau diri!""Gundul saja rambutnya! Bila perlu hajar sekalian!"Teriakan demi teriakan dari luar rumah terdengar begitu nyaring membuat seluruh keluarga Halimah keluar dan melihat apa yang sedang terjadi."Astaghfirullah!" Halimah menutup kedua mulutnya. Dia kembali masuk ke dalam rumah dan keluar lagi dengan membawa selimut lebar.Dililitkannya tubuh Gina hingga tidak lagi telanjang bulat. Kemarahan para warga membuat tingkah Halimah semakin memancing emosi. Mereka beranggapan jika Halimah sok baik karena berusaha melindungi Gina yang tertangkap basah sedang berbagi peluh dengan suami Bu Afifah, bendahara di kampung ini."Minggir kamu, Hal! Jangan berani-berani menutupi tubuh wanita jalang ini. Dia pantas dipermalukan!" teriak Destina, anak Bu Afifah da

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kepergian Gina

    "Usir saja dia, Pak RT, jangan diterima lagi di kampung ini!" teriak Afifah lantang. Nafasnya memburu membayangkan suaminya berbagi peluh dengan wanita lain, apalagi di depan anak kecil ... anak Gina dan Kusaini.Memang ... tujuan Gina saat itu adalah pergi dari kampung dan kembali ke rumah orang tuanya. Siapa sangka, di jalan dia justru bertemu dengan Faisal, salah satu langganan malam yang hampir tidak pernah lagi mencicipi tubuhnya sejak menjabat sebagai bendahara kampung.Melihat Gina berjalan dengan seorang anak kecil, Faisal memberanikan diri menawarkan bantuan, tentu saja bukan bantuan cuma-cuma, keduanya membuat kesepakatan bersama, setelah memuaskan Faisal, lelaki itu akan mengantar Gina kembali ke kampung halaman.Tapi sayang ... malang tak dapat di tolak. Afifah pulang lebih cepat dari kumpulan ibu-ibu sosialita. Hatinya tercabik bahkan terkoyak melihat suaminya bergumul dengan Gina, tetangganya sendiri sekalipu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-06

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status