Reyhan berkata, dan setelah sedikit ragu menambahkan, “Aku sudah diangkat menjadi presdir Sunarya Group.” Ketika Reyhan mengucapkan kata-kata ini, Elaine tidak terkejut sama sekali. Reyhan memang berhak atas jabatan itu dibandingkan dengan Reyfan. Dia sudah bisa menebak kenapa Aini berani mengambil jalan pintas. Mata Elaine kini menerawang jauh, dulu dia selalu menganggap suaminya adalah pria miskin, tapi siapa sangka dalam kurun waktu kurang dari setahun, semua berubah dalam sekejap. “Reyhan, selain ayah dari seorang anak, juga putra dari keluarga Sunarya, apakah masih ada hal yang kamu sembunyikan dariku?” Setelah mendengarnya, Reyhan diam sejenak dan berkata, “Elaine, aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun sejak awal darimu. Hanya saja, aku saat itu terlalu takut kamu harus menghadapinya bersamaku.” “Reyhan, kamu terus mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Bahwa aku adalah istrimu, kamu terus saja membantuku, tapi apa yang kamu lakukan? Aku merasa tidak berguna menjadi istrimu.
Pria di dalam mobil itu adalah Reyfan.Dia tentu saja punya maksud jahat mengapa dia mendekati Allesia lagi. Paling tidak, Allesia adalah alat untuk menjatuhkan Reyhan.Malam harinya, Reyhan sekeluarga bertiga makan malam di rumah. Hidangannya sangat bervariasi, sementara Elaine hanya memandang hidangan tersebut, tapi dia tidak memiliki nafsu makan sama sekali.Reyhan sudah terbiasa melayani istrinya, dia mengambilkan beberapa potong daging dan sayur lalu diletakkan di atas piring Elaine.Malam ini, entah mengapa Elaine tidak memiliki nafsu makan, dia hanya makan beberapa suap lauk dan sayur saja. Dia merasa makanan-makanan itu tidak nyaman di lidahnya.Reyhan yang melihat istrinya pucat dan seperti orang sakit pun merasa khawatir.“Kenapa? Makanan ini tidak enakkah? Aku lihat sepertinya kamu sedang tidak nyaman, apa kamu sakit?”Elaine menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum pada suaminya, “Tidak apa-apa, mungkin sedikit lelah karena banyak kerjaan di luar ruangan, dan aku juga meras
"Suuttss! Aku sedang berbicara dengan adik kecil yang ada di perut Mama."Kepala gadis kecil itu pun menempel dengan manja di perut Elaine, rambutnya yang lembut menutup setengah dahinya.Dengan wajah yang serius berkata, "Adik kecil sedang memanggil aku kakak, loh!"Sekeluarga sambil melihat gaya Kaesha yang comel itu, mereka pun tidak menahan untuk tertawa.Kebahagiaan ini datang terlalu tiba-tiba, Elaine bahkan merasa sedikit terkejut dan tidak percaya.Tapi melihat suami, anak dan pelayan yang begitu perhatian padanya, Elaine pun merasa tenang.Setelah hamil, kondisi tubuhnya pasti tidak seperti pada saat normal, dan malam ini dia pun langsung berbaring lebih awal.Setelah Reyhan kembali ke kamar, dia langsung mandi dan langsung memeluk istrinya dari belakang.Tiba-tiba punggungnya terjatuh dalam dada yang hangat, membuat Elaine merasa nyaman di dalam hatinya.Dia menggenggam tangan yang merangkul di pinggangnya, bersama-sama menyentuh perutnya yang masih terlihat rata.Reyhan mem
Dengan kesal Allesia melotot ke orang tersebut dan berkata dengan kasar, "Enyahlah kalian!""Nona kecil, kenapa kamu galak sekali?" Pria dengan bekas luka itu mendekatinya dan mengulurkan ibu jarinya sambil menunjuk ke dirinya sendiri."Kamu tahu tidak, kami ini siapa? Berani ngomong dengan nada seperti ini sama kami?" Preman lain yang berada di sekeliling pun ikut bersuara.Suasana hati Allesia sedang tidak baik, dia pun malas meladeni preman-preman seperti mereka, lalu dia memesan segelas wine dengan pelayan bar.Pria dengan bekas luka tersebut merasa dirinya tidak dipandang oleh seorang gadis kecil, dia langsung merasa kesal mengulurkan tangan dan ingin menarik lengan Allesia.Dan disaat itu juga tiba-tiba sebuah tangan datang dari arah yang berlawanan, langsung menggenggam tangan pria dengan bekas luka tersebut, dengan mudah dia melipat tangannya ke belakang."Aduh, siapa kamu? Punya keberanian sekali untuk melawanku!" Kata pria itu."Aku lihat kamu lah orang yang memiliki keberan
Sementara di tempat lain, di rumah besar milik keluarga Aini di Semarang. Seorang pria paruh baya duduk sambil menuangkan secangkir teh panas untuk dirinya. Seorang pemuda yang merupakan putranya duduk di samping dan berkata, “Ayah, meskipun Roy Sunarya sudah mendekam di penjara, tapi Reyhan begitu kuat dan kokoh. Tidak ada harapan sama sekali jika kita ingin campur tangan.” Pria paruh baya itu mengerutkan keningnya, “Bagaimanapun, perusahaan itu pernah ada di bawah kendali kita. Tidak usah khawatir, pasti ada celah untuk masuk.” “Meskipun Roy sedang di penjara dan tidak tahu apakah dia akan bebas atau tidak dalam waktu dekat, tapi bukan tidak mungkin kita bisa merebut hartanya.” “Ayah, menurut penyelidikanku, Reyhan telah memposisikan orang-orang yang kuat dan di bawah kendalinya untuk menempati pion-pion tertentu di perusahaan.” Pemuda itu berkata lagi dengan sungguh-sungguh, “Aku curiga, Reyfan telah berada di sisi Reyhan. Mengendalikan Reyfan begitu mudah, tinggal kasih uang s
Reyfan ini sudah biasa dimanjakan, dia bahkan tidak sadar jika dirinya sedang dalam bahaya. Masih untung bisa bebas dari Reyhan, malah sekarang ingin mengajukan syarat. “Syaratmu tidak akan berguna saat ini, cepat urus pencabutan gugatanmu terhadap Roy. Jika tidak, kakek yang akan bertindak, paham?” “Mulai hari ini, kita harus lebih menghormati Reyhan. Saat melihatnya juga harus lebih menghormatinya daripada aku, apakah kalian semua mengerti?” Kakek tua itu berkata lagi dengan tegas. Semua orang kini merasakan bahwa kakek tidak main-main terhadap ucapannya, entah racun apa yang diberikan Reyhan padanya. “Kakek, ibuku yang tidak lain adalah putrimu telah meninggal. Apakah kakek tidak ingin memberikan keadilan untuknya?” Reyfan masih tidak menyerah. Pria tua itu akhirnya mengingat putrinya, jika bukan karena dia yang mendorong wanita itu untuk menikahi pria kaya dan menjadi duri dalam pernikahan orang lain. Mungkin putrinya saat ini masih hidup. Pandangan mata kakek tua itu terliha
Jantung Reyfan berdebar sangat kencang, dia tahu bahwa apa yang akan diucapkan istrinya bisa menjadi Boomerang untuknya. Tetapi dia tidak boleh berkata, tidak bisa memberitahu Carissa untuk diam. Tepat ketika dia menyalakan speaker, suara Carissa langsung terdengar. Di saat itu juga Reyfan merasa bahwa dia telah tamat. l“Reyfan, urusan yang aku serahkan padamu, bagaimana? Apakah Reyhan akan mengembalikan saham 15% mu? Jika dia tidak mau mengembalikannya, aku akan mengirimkan seseorang ke sana dan segera menyingkirkannya.” lSuara Carissa penuh dengan ketamakan. Kebodohannya terlihat sangat cocok dengan Reyfan. Seperti mereka memang pasangan yang sangat serasi dalam hal apapun termasuk pemikiran yang dangkal. Carissa sangat yakin bahwa mereka akan bisa menguasai kembali perusahaan Sunarya. Dia sudah membayangkan masa depan yang cerah menjadi istri dari pewaris Sunarya group. Kini Roy Sunarya telah tamat, dan selanjutnya adalah Reyhan. Tidak salah dia memilih Reyfan untuk menjadi sua
Setibanya di rumah keluarga Sunarya, Roy tidak mendapati Carissa berada di rumahnya. “Dimana Carissa?” tanyanya pada pelayan. “Nyonya muda baru saja keluar dengan membawa kopernya, Tuan.” Pelayan berkata dengan sedikit gugup, lalu Roy menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Dia sedikit lelah dengan perkara hidup yang baru-baru ini dihadapinya. Biasanya Aini akan datang menghampiri dan mengoceh jika dia lelah seperti sekarang, namun wanita itu telah tiada kini. Bohong jika Roy merasa tidak kehilangan, nyatanya Aini jua lah yang menemani hidupnya selama ini. Hari ini, Elaine dan Reyhan pulang terlambat. Reyhan yang menjemput Elaine terpaksa harus menunggu hingga lewat jam makan malam karena Elaine masih ada sesuatu yang harus dikerjakan. Reyhan menyetir sendiri, mobil melaju mulus di jalan menuju rumah mereka. Dia mengemudi dengan sangat stabil. Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju keluar dari persimpangan dan bergegas menuju mobil mereka, mobil melaju dengan sangat kenc
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta