Hallo Readers, maaf ya dalam beberapa hari terakhir aku tidak update. Maaf, bukannya malas atau apa, tapi aku sedang dalam keadaan berduka. Terima kasih untuk pengertiannya. Love You
Reyfan ini sudah biasa dimanjakan, dia bahkan tidak sadar jika dirinya sedang dalam bahaya. Masih untung bisa bebas dari Reyhan, malah sekarang ingin mengajukan syarat. “Syaratmu tidak akan berguna saat ini, cepat urus pencabutan gugatanmu terhadap Roy. Jika tidak, kakek yang akan bertindak, paham?” “Mulai hari ini, kita harus lebih menghormati Reyhan. Saat melihatnya juga harus lebih menghormatinya daripada aku, apakah kalian semua mengerti?” Kakek tua itu berkata lagi dengan tegas. Semua orang kini merasakan bahwa kakek tidak main-main terhadap ucapannya, entah racun apa yang diberikan Reyhan padanya. “Kakek, ibuku yang tidak lain adalah putrimu telah meninggal. Apakah kakek tidak ingin memberikan keadilan untuknya?” Reyfan masih tidak menyerah. Pria tua itu akhirnya mengingat putrinya, jika bukan karena dia yang mendorong wanita itu untuk menikahi pria kaya dan menjadi duri dalam pernikahan orang lain. Mungkin putrinya saat ini masih hidup. Pandangan mata kakek tua itu terliha
Jantung Reyfan berdebar sangat kencang, dia tahu bahwa apa yang akan diucapkan istrinya bisa menjadi Boomerang untuknya. Tetapi dia tidak boleh berkata, tidak bisa memberitahu Carissa untuk diam. Tepat ketika dia menyalakan speaker, suara Carissa langsung terdengar. Di saat itu juga Reyfan merasa bahwa dia telah tamat. l“Reyfan, urusan yang aku serahkan padamu, bagaimana? Apakah Reyhan akan mengembalikan saham 15% mu? Jika dia tidak mau mengembalikannya, aku akan mengirimkan seseorang ke sana dan segera menyingkirkannya.” lSuara Carissa penuh dengan ketamakan. Kebodohannya terlihat sangat cocok dengan Reyfan. Seperti mereka memang pasangan yang sangat serasi dalam hal apapun termasuk pemikiran yang dangkal. Carissa sangat yakin bahwa mereka akan bisa menguasai kembali perusahaan Sunarya. Dia sudah membayangkan masa depan yang cerah menjadi istri dari pewaris Sunarya group. Kini Roy Sunarya telah tamat, dan selanjutnya adalah Reyhan. Tidak salah dia memilih Reyfan untuk menjadi sua
Setibanya di rumah keluarga Sunarya, Roy tidak mendapati Carissa berada di rumahnya. “Dimana Carissa?” tanyanya pada pelayan. “Nyonya muda baru saja keluar dengan membawa kopernya, Tuan.” Pelayan berkata dengan sedikit gugup, lalu Roy menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Dia sedikit lelah dengan perkara hidup yang baru-baru ini dihadapinya. Biasanya Aini akan datang menghampiri dan mengoceh jika dia lelah seperti sekarang, namun wanita itu telah tiada kini. Bohong jika Roy merasa tidak kehilangan, nyatanya Aini jua lah yang menemani hidupnya selama ini. Hari ini, Elaine dan Reyhan pulang terlambat. Reyhan yang menjemput Elaine terpaksa harus menunggu hingga lewat jam makan malam karena Elaine masih ada sesuatu yang harus dikerjakan. Reyhan menyetir sendiri, mobil melaju mulus di jalan menuju rumah mereka. Dia mengemudi dengan sangat stabil. Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju keluar dari persimpangan dan bergegas menuju mobil mereka, mobil melaju dengan sangat kenc
“Reyhan kenapa kamu baru bangun, apakah kamu tahu betapa takutnya aku?” Elaine mengucapkan itu semua dengan tersendat-sendat karena tertahan dengan dadanya yang sesak akibat menangis.Ketika mata Reyhan terpejam dan tidak bisa mendengar suaranya, ketakutannya sudah mencapai ambang batas. Pada saat itu, dia bahkan merasa sangat sakit hingga tidak bisa bernafas.Dia takut Reyhan akan tertidur untuk selamanya, dia takut Reyhan akan meninggalkannya.“Baiklah, istriku! Aku salah, aku seharusnya bangun lebih awal dan tidak akan membuatmu menangis seperti ini.”Reyhan memeluknya, menghiburnya dengan hangat. Setelah akhirnya Elaine berhenti menangis, lalu dia bertanya dengan khawatir, “Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu terluka?”Semenjak bangun, dia baru melihatnya, dia sangat khawatir, kekhawatiran terbesarnya adalah dia tidak bisa melindungi Elaine.“Aku baik-baik saja,” Elaine menggelengkan kepala, air matanya berlinang lagi, “Kamu melindungiku dengan mempertaruhkan nyawamu, bagaimana mun
Untungnya, Roy dan Elaine tidak tahu banyak tentang pengetahuan medis, mereka juga linglung karena kepanikan. Pikiran mereka saat ini hanya fokus pada Reyhan.Jika tidak, hanya dengan melakukan penulusuran melalui internet saja, kebohongan Romi pasti akan terbongkar. Terlebih lagi Romi adalah dokter keluarga mereka, jadi Roy sudah sepenuhnya percaya kepada Romi.Reyhan mengalami koma selama dua hari, Elaine menjaganya tanpa makan dan minum. dia terus saja menunggu di ruang rawat darurat, tidak pernah beranjak sedikitpun.Roy yang melihat ini juga merasa khawatir akan menantunya, Elaine mengalami penurunan berat badan yang drastis, wajahnya pucat, kantong matanya membesar, terlebih saat ini dia sedang mengandung.“Dokter Romi bilang bahwa Reyhan tidak akan bangun dalam sementara waktu, kamu pulanglah dulu, beristirahatlah sebentar di rumah, jika Reyhan sudah bangun, papa akan meneleponmu,” ujar Roy.Elaine menggelengkan kepala dengan keras kepala, dia masih berharap bisa menerobos pint
“Kalau begitu cepat lepaskan wanita yang kalian ikat itu, kalian tidak mendengar bahkan suaminya saja sudah menganggapnya tidak berguna.” Farzan memerintahkan.Setelah mendengarnya, pria pemabuk itu merasa lega. Dia pikir dirinya sudah menang karena tidak mudah untuk diancam.Setelah si wanita itu dilepaskan, kamera masih menghadap pagar di atas atap. Bayu melihat layar ponsel, sambil tersenyum mengatakan, “Tiang itu kosong, sungguh tidak enak dilihat. Cepat, cepat ikat anak kecil itu di sana. Bila perlu sedikit saja si kecil itu bergerak, dia sudah akan jatuh ke bawah. Jangan ikat terlalu kuat agar bisa dengan mudah terjatuh.”“Tuan Farzan, kasian sekali jika anak kecil ini sampe terjatuh ke bawah. Sudah dipastikan nyawanya tidak akan bisa terselamatkan lagi. Bahkan aku yang pria jahat dan sudah menyaksikan ratusan pembunuhan kejam juga tidak tega menghabisi nyawa seorang anak kecil,” ucap pria di seberang sana.“Sudahlah, kalian jangan banyak omong kosong. Cepat lakukan apa yang aku
Hatinya sedang penuh perasaan rumit, ponsel Reyhan tiba-tiba berdering. Roy menyerahkan ponselnya kepada Reyhan, lalu meletakkan kotak bubur itu kembali dengan rapi.Panggilan telepon dari Farzan, dia hanya mengatakan satu hal saja, “Bertemu lagi dengan orang yang keras kepala, Carissa menolak mengakui kesalahan. Dia berpura-pura menjadi korban yang tidak bersalah, apapun yang ditanya, dia selalu pura-pura tidak tahu.”“Kalau terlalu banyak bertanya, dia langsung menangis tidak berkata. Oh, dia juga minta bertemu dengan tuan Roy.”Reyhan menutup telepon, tatapannya semakin dalam. Pada saat ini, Carissa meminta bertemu dengan papanya pasti ingin meminta bantuan.Sementara Carissa bisa menikah dengan Reyfan adalah karena hutang budi Roy pada ayah Carissa. Roy awalnya sangat menyayangi Carissa karena menganggap Carissa adalah orang yang harus dia jaga.“Carissa ingin bicara dengan Papa.”Roy hanya mengangguk.Pada saat yang sama, wanita bernama Gracinda yang merupakan ibu Carissa, datang
“Ma, hanya itu jalan satu-satunya. Tidak ada pilihan lain lagi, Mama tau Reyhan kan? Apakah semua bisa selesai hanya dengan kita datang berlutut di hadapannya lalu meminta maaf? Jika bisa, sekarang aku akan datang dan berlutut di hadapannya untuk meminta maaf?”Gracinda nampak bimbang dengan pemikirannya. Benar kata Carissa, apakah bisa mereka hanya berlutut di hadapan keluarga Sunarya lalu meminta maaf?“Papamu pasti tidak akan setuju kita memanfaatkan kematiannya seperti ini.” Gracinda meyakinkan putrinya bahwa cara ini tidaklah benar.“Aku tidak peduli dengan kematian papa. Mama cukup mengancamnya, dan akan menyebarkan berita bahwa dia mengorbankan seseorang untuk keselamatannya.” Pandangan Carissa sangat dingin, sudut bibirnya terangkat sebuah lekukan kejam.“Ma, apakah mama tidak memiliki koneksi di Indonesia? Papa dulu adalah seorang konsultan di sini, pasti relasi papa sangat besar. Hanya saja papa adalah orang yang bersih, jaman sekarang tidak ada orang yang bersih Ma! Orang y
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta