Tak terhitung seberapa banyak pertanyaan yang muncul di kepala Qiyana sejak mobil suaminya berbelok tempat ini. Akan tetapi, wanita itu masih memilih menyimpan seluruh pertanyaannya seorang diri. Ia pun pasrah saja ketika Kenzo menggandeng tangannya memasuki bangunan bertingkat di hadapan mereka. Jika Kenzo mengajaknya ke tempat makan atau tempat lain yang lebih masuk akal, pasti Qiyana tidak akan kebingungan seperti ini. Entah kejutan seperti apa lagi yang akan suaminya perlihatkan padanya setelah ini. Qiyana menatap orang-orang di sekitarnya dengan sorot dan senyum miris. Rasa kasihannya langsung mencuat tanpa bisa dicegah. Semua orang yang terlihat sedang melakukan kegiatan aneh itu pasti harus menjalani kehidupan yang berat sebelumnya sampai mereka berakhir seperti ini. “Kamu tidak keberatan, ‘kan kita mampir sebentar ke tempat ini? Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu padamu, setelah itu kita langsung pulang,” tanya Kenzo seraya merangkul Qiyana agar lebih dekat dengannya. “Ten
“Atma Jayadi bersama sang istri mengalami kecelakaan tunggal semalam yang menyebabkan kondisi keduanya krisis di rumah sakit. Belum diketahui bagaimana kronologi kejadian yang menyebabkan pasangan itu mengalami kecelakaan. Dugaan sementara pihak kepolisian, Atma Jayadi mengantuk saat mengendarai mobil tersebut.” Pemberitaan tersebut langsung muncul tepat ketika Qiyana menyalakan televisi di hadapannya. Wanita itu spontan menyimpan kembali sendok yang semula ingin ia gunakan di atas piringnya. Sorot matanya masih fokus menatap ke arah televisi itu dengan tatapan ngeri saat melihat mobil milik Atma Jayadi yang ringsek parah. Atma Jayadi. Sosok itu adalah seseorang yang mempunyai masalah dengan keluarga Amanda. Foto yang terpampang di depan layar kacanya semakin menunjukkan jika orang itu memang orang yang sama dengan seseorang yang Kenzo tunjukkan fotonya semalam. Meskipun polisi menduga jika Atma Jayadi mengendarai mobil dalam keadaan mengantuk, Qiyana malah berpikir lain. Tiba-tiba
PYAR! Qiyana terlonjak hebat mendengar suara pecahan kaca tepat di sampingnya. Di saat yang bersamaan ia melihat sebuah benda melayang dari luar dan menghancurkan jendela kamar itu. Ia spontan melangkah mundur dan menjauh dari jendela sembari menatap ke arah benda yang baru saja mendarat di lantai. Qiyana nyaris terjengkang karena tak menyadari jika pintu toilet yang berada tepat di belakangnya terbuka. Untung saja dengan sigap Kenzo langsung menahan tubuh istrinya yang nyaris tergelincir dan terkena pecahan kaca yang berserakan di mana-mana. Kenzo langsung menggendong Qiyana memasuki toilet, namun tetap membuka lebar-lebar pintunya untuk melihat apa yang terjadi. Jendela kamarnya pecah dengan pecahan kaca yang menyebar di seluruh penjuru ruangan. Membuktikan jika sesuatu yang dilemparkan ke sana menang sangat kuat. “Kamu diam di sini dulu sampai aku memastikan kalau kondisi di luar aman,” tutur Kenzo sebelum melangkah keluar dari toilet dengan tatapan waspada yang menyorot ke jend
“Kenapa aku sampai harus pindah dari rumah ini?” tanya Qiyana spontan. “Memangnya apa yang terjadi sebenarnya? Apa kamu sudah menemukan pelaku yang melempar batu dengan tulisan seperti itu ke kamar kita?”Kecemasan yang Qiyana rasakan semakin menjadi-jadi karena kata-kata suaminya. Wanita itu tahu saat ini situasinya dengan sangat genting. Tetapi, seharusnya dirinya tidak perlu sampai pindah dari rumah ini. Qiyana mengurai rengkuhannya dengan Kenzo dan menatap lelaki itu dengan sorot penuh tanya. Namun, suaminya hanya diam saja, seolah-olah sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Dan itu membuat Qiyana yakin jika ada sesuatu yang sangat buruk yang sedang terjadi. Kenzo menggeleng samar. “Aku belum menemukan pelakunya. Saat melihat dari kamera pengawas, orang itu sudah pergi entah ke mana. Beberapa anak buahku sudah berpencar dan mencarinya. Aku tidak ingin menuduh siapa pun karena buktinya belum jelas. Tapi, dari ancaman di kertas yang membungkus batu tadi, sepertinya aku tahu
“Siapa pun kamu, tolong jangan sakiti aku. Aku tidak membawa apa pun ke tempat ini, apalagi harta.” Qiyana yang sudah ketakutan hanya bisa memejamkan matanya sembari mencengkeram gagang pintu yang sedari tadi tak mau terbuka. Meskipun Qiyana tak berani melihat ke sumber suara, ia tahu ada orang yang masuk ke kamarnya. Apalagi terdengar juga derap langkah di belakangnya yang membuat wanita itu berusaha lebih keras agar bisa segera keluar. Qiyana spontan memekik ketika ada tangan yang menyentuh bahunya. Nyaris saja kepalan tangannya memukuli orang itu dengan mata terpejam. Namun, suara familiar yang terdengar membuat ketakutannya menghilang seketika. “Tenanglah, Sayang. Ini aku, tidak akan ada yang menyakitimu. Maaf membuatmu takut karena datang malam-malam begini,” bisik Kenzo dengan suara selembut beludru. Tanpa basa-basi, Qiyana langsung merengkuh erat tubuh suaminya. Seharian ini dirinya cemas luar biasa dan kedatangan lelaki itu benar-benar menghapus semuanya. Resah dan gelisahn
“Kamu ini bicara apa?” sahut Kenzo dengan kening berkerut bingung. “Sudahlah, sepertinya nyawamu memang belum terkumpul. Sudah, siap-siap sana, mandi dan ganti bajumu. Aku menunggumu di luar, jadi jangan lama-lama.”Setelah itu, Kenzo malah langsung meninggalkan Qiyana begitu saja. Meninggalkan sang istri yang sebenarnya masih kebingungan. Dengan wajah mengerut kesal, Qiyana pun beranjak dari dapur dan segera membersihkan diri untuk bersiap pergi, sesuai dengan keinginan suaminya. Kenzo sudah menunggu Qiyana di bangku yang tersedia di depan rumah itu. Mobil jadul yang terparkir tepat di halaman rumah langsung mencuri perhatian Qiyana. Ia merasa tak pernah melihat mobil dengan jenis seperti itu sebelumnya di rumah Kenzo. “Itu mobil siapa? Mobil barumu?” tanya Qiyana dengan sebelah alis terangkat. Kenzo yang semula sedang bermain ponsel langsung bangkit dari posisinya dan menghampiri sang istri. “Iya, aku membelinya beberapa minggu lalu. Mobil itu harus masuk bengkel untuk perba
Qiyana dan Kenzo spontan menoleh ke arah seseorang yang tiba-tiba menabrak mereka dari belakang. Kenzo sudah terlihat menahan amarah sedangkan Qiyana masih menyentuh dada sembari menenangkan debar jantungnya yang berdentum lebih keras. Qiyana kembali melirik ke arah danau di mana salah satu belanjaannya terlempar ke sana karena tertabrak bocah laki-laki yang kini sedang menahan tangis karena pelototan suaminya. Buru-buru wanita itu memunguti sisa isi dari kantung kereseknya yang terjatuh tadi, yang masih bisa diselamatkan. Kantung keresek yang jatuh itu memang hanya berisi kue-kue tradisional yang baru Qiyana beli setelah Kenzo menyimpan belanjaan lainnya di mobil. Meski sisanya berakhir mubazir, setidaknya masih ada yang bisa diselamatkan karena terbungkus rapat di dalam plastik. “Kenapa kamu tidak memperhatikan langkahmu? Apalagi di atas jembatan seperti ini, kamu bisa membahayakan dirimu sendiri dan orang lain!” sembur Kenzo kesal. “Apa yang membuatmu berlari sampai menabrak kami
“Dia salah satu anak buah pamanku yang ditugaskan mengawasi kita,” ucap Kenzo sembari membuka jaket yang membalut tubuhnya dan meletakkan benda tersebut di atas sofa di samping Qiyana. “Aku tidak menyangka pria tua itu benar-benar terobsesi menemukan tempat kita berada.” Qiyana yang sedang menyesap susu khusus ibu hamilnya nyaris tersedak mendengar perkataan suaminya. Wanita itu langsung menyimpan gelas susunya yang hanya berkurang sedikit fan mengalihkan atensi pada Kenzo yang baru saja datang. Sekitar 1 jam yang lalu, Kenzo berpamitan pergi pada Qiyana untuk menemui anak buahnya yang berhasil menemukan seseorang yang membuntuti mereka. Ternyata orang yang waktu itu Qiyana lihat saat baru pulang dari pasar benar-benar anak buah ayah Amanda. Setelah membuntuti Qiyana dan Kenzo saat berada di pasar tradisional tempo hari, orang itu juga terlihat beberapa kali mengawasi rumah ini dari jarak yang cukup jauh. Setelah dua hari dalam masa pengejaran, akhirnya orang itu berhasil tertangkap