Terus, maksudnya?
“Alih-alih sebagai psikolog, anggaplah saya sebagai sahabat yang paling tahu segalanya tentang anda, nyonya Zola Maharani.” sambut psikolog itu dengan senyum ramahnya. dengan tatapannya yang terlihat datar,Zola melipat tangan angkuh, seperti tidak menyukai kata-kata yang diucapkan oleh psikolog bernama Heni. Zola dapat membaca nama psikolog itu yang terdapat di meja. Heni Putri Wati, nama yang cukup bagus pikir Zola. pasti orang tuanya yang memberikan nama itu. “Tapi, kita baru pertama kali bertemu, rasanya aneh jika aku menganggapmu sebagai seorang sahabat,” Cukup lama reaksi yang ditujukan oleh Heni. Zola pikir, psikolog itu akan marah. nyatanya, Heni justru tertawa lepas dan itu cukup mengejutkan bagi Zola. “Anda terlalu jujur, tapi itu nilai plusnya. anda tidak suka kepura-puraan.” Zola mengangguk setuju, lalu melanjutkan. “Lalu, jika saya tidak menyetujui perumpamaan anda sebagai sahabat saya. lantas, apa yang bisa anda lakukan?” “Kita mulai dari awal. ini tentang masa ke
“Apa katamu, mas? kau akan menumbalkan ku dalam acara itu?” Rosa bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju ke arah Darel yang tengah bersandar pada dinding kamar tamu yang saat ini ditempati oleh Rosa. pria itu tidak terkejut mendengar reaksi marah yang ditujukan oleh Rosa. wajar saja jika Rosa marah, karena Darel memberitahu apa yang tadi sudah ditawarkan Zola padanya. penawaran yang begitu menggiurkan, namun harus diakui Darel jika dampaknya akan mencemari nama baik Rosa. ia tidak ingin pengorbanan yang dilakukan oleh Rosa menjadi sia-sia karena keegoisannya menerima tawaran Zola. Rosa sudah mau dijadikan sebagai selingkuhan selama ini, jadi tentu saja Darel tahu bagaimana sakitnya wanita itu menahan cemburu saat terus di nomor duakan olehnya. beruntunglah, Zola mengetahui perselingkuhannya dan setidaknya ia tidak lagi melihat raut cemburu yang terlihat jelas di wajah kekasihnya itu. bagi Darel, cukuplah sudah pengorbanan Rosa dan kali ini, ia ingin melihat wanita itu bahagia. seand
Dulu, sebelum mengenal Darel. Zola tidak pernah bisa lepas dari Isa, baginya Isa adalah kakak laki-laki yang bisa ia andalkan. tidak ada tempat berbagi paling nyaman, kecuali bersama dengan Isa. Zola tenggelam dalam pikiran, sampai ia tidak menyadari kehadiran Dania yang ikut duduk tepat di sampingnya. “Tidak ke Hotel?” pertanyaan Dania membuyarkan lamunan Zola, seketika wanita berparas cantik itu menoleh ke arah sumber suara. “Ibu?” Dania tersenyum, lalu mengangguk sambil mengelus lembut lengan Zola. “Bagaimana kabar mertuamu?” Dania mengalihkan pertanyaannya, ia yakin jika Zola tidak menyimak baik pertanyaan yang Dania ucapkan pertama kali. “Mama masih dalam masa pemulihan.” “Kau tidak ingin datang kembali untuk menjenguknya?” Zola menggeleng lemah, terlalu sakit jika ia datang saat ini. semuanya sudah ia persiapkan dan Zola tidak ingin karena rasa iba yang ia miliki, justru membuat dirinya merasa bersalah karena rencana yang sudah ia susun rapi ini, dampaknya terhadap Dessy
Darel sengaja datang lebih dulu ke acara pesta yang diadakan oleh mertuanya. tanpa ada rasa bersalah ataupun canggung sedikitpun, Darel terlihat percaya diri untuk memasuki rumah mewah tersebut. terlebih, saat ia disambut baik oleh para penjaga yang ditugaskan untuk menjaga bagian pagar rumah. dan salah satu dari mereka yang terlihat menghormati dirinya tidak lain adalah pengawal Daries yang memukulinya di pantai tempo hari. Hal itu sudah cukup membuat Darel yakin, bahwa mertuanya sudah menerimanya dalam keluarga ini. terlepas dari kasus perselingkuhan yang ia lakukan. Darel dapat melihat, bagaimana suasana semakin ramai dikunjungi oleh para tamu undangan. beberapa dari mereka juga sempat menegur Darel, dan ditanggapi dengan senyuman. tidak ingin membuat orang-orang curiga, Darel berusaha bersikap seperti biasa. Ia merasa menjadi menantu keluarga Joyokusumo ini begitu menaikkan harga dirinya dan status sosialnya.hampir sepuluh menit berlalu, namun Zola belum muncul juga. tidak hanya
Darel menggeleng pelan, namun Zola dapat menangkap raut wajah kegelisahan pada pria tampan itu. Zola mengalihkan pandangannya pada sang ayah yang masih terlihat menyampaikan sambutannya. “Sebelum itu, marilah kita sama-sama menyambut anak semata wayang saya dan suaminya agar bergabung ke depan bersama kami.” Daries mengelus lembut punggung istrinya, lalu menyebutkan nama Zola dan juga Darel. mendengar namanya disebut, Zola gegas menarik tangan Darel agar mengikuti langkahnya untuk mendekat pada Daries yang berada di depan layar proyektor berukuran besar. “Mungkin sebagian dari kalian belum mengenal Darel, karena memang dia adalah menantu kami yang sedikit pemalu,” sambut Daries tanpa mengurangi senyumannya. Darel tidak dapat menampik jika ucapan Daries mampu sedikit menenangkan hati. karena selama ini, Daries sendiri tidak pernah memperkenalkan Darel secara langsung seperti malam ini. Di sudut lain, Rosa nampak begitu asing dan kesepian. Ia hanya mampu menatap orang yang dicintainy
Rosa tidak sanggup lagi jika harus kembali mendapatkan perlakuan mengerikan yang kini tengah dirasanya. bukan hanya dirinya yang bersalah, namun Darel juga. walaupun Rosa tahu ini sudah direncanakan Darel agar mendapatkan kepercayaan Zola, tetap saja rasanya begitu sakit mengingat bahwa harga dirinya dihancurkan dalam waktu singkat. Rosa sadar, saat ini gerombolan wanita yang tengah mengelilinginya ini tengah memotret dan mengambil video untuk disebarkan ke media sosial.“Hentikan!” suaranya terdengar serak bercampur tangis. Zola merasa kasihan melihat wanita itu menangis? tidak sampai sekali. justru, Zola merasa bahagia melihat tangis wanita yang nampak putus asa. Zola menatap ke arah ayah ibunya yang ternyata sudah tidak berada ditempat. tanpa mengatakan sepatah katapun, Zola sudah paham kemana arah pemikiran kedua orang tuanya itu. Darel masih berdiri mematung, seperti syok melihat hal yang baru saja terjadi pada kekasihnya.“Mas, ayo kesini. ada yang ingin aku tunjukkan padamu.” T
“Apa maksudmu, sayang?” Dania menatap ke arah belakang. walau percuma, tetap saja kepalanya tidak bisa melihat kejadian yang tengah berlangsung. Dania tak bisa membayangkan kegilaan apa yang dilakukan oleh Zola di rumah. pemutaran video yang dipertontonkan tadi, sudah mampu membuat perutnya terasa mual dan ingin muntah. “Aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa!” gerutunya tak dapat mengendalikan emosi. Dania duduk di samping Daries dengan keadaan tidak tenang saat suaminya itu mengatakan bahwa putri kesayangannya saat ini tengah mempermalukan selingkuhan suaminya di depan umum. “Lalu, kenapa kita tinggalkan?” Dania masih belum mengerti apa maksud suaminya itu, meninggalkan Zola sendiri. “Pestanya bukan di rumah. saat ini, kita menuju Hotel, para tamu undangan pasti tengah menunggu kedatangan kita.” Dania semakin sulit mencerna perkataan Daries. otaknya terasa buntu tak mampu menjabarkan maksud ucapan suaminya. “Mereka hanyalah orang-orang bayaran. aku yakin, tidak satupun
Kepergian Rosa membuat sebagian orang merasa senang. namun tidak bagi Darel, pria itu tidak menampakkan kegembiraan sama sekali. belum sempat Darel merangkai kata yang akan ia ucapkan pada Zola untuk mencari alasan agar bisa meninggalkan pesta ini, tiga orang pria dengan memakai seragam kepolisian masuk ke dalam rumah. kedatangan para Polisi itu membuat ruangan yang tadinya riuh, mendadak berubah menjadi hening.“Selamat Malam. kedatangan kami kemari ingin mencari saudara bernama Darel Mananta.” Polisi berkumis tebal menatap ke sekeliling ruangan. Zola maju untuk melihat surat yang dibawa oleh pria berseragam itu. setelah membaca surat tersebut, Zola menatap ke arah Darel berdiri. pria itu nampak ragu, namun tetap memaksakan diri untuk mendekat ke arah Zola dan para pria berseragam polisi itu.“Saya Darel.” Petugas polisi yang berada paling belakang maju, lalu memberikan surat kuasa yang tadi sudah dibaca Zola.saat sudah membuka dan membaca surat dari polisi, hal itu membuat dunia D