Share

Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter
Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter
Author: icher

Mas Heru dan Mami

Author: icher
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Dari mana saja kamu, Mas?" tanyaku  saat melihat Mas Heru muncul dari balik pintu kamar.

"Aku lembur, Sayang!" jawabnya sambil tersenyum manis. Seperti biasa, jawaban yang ia berikan selalu saja lembur.

Hal ini sudah berlangsung sejak tiga bulan belakangan ini. Biasanya aku selalu saja percaya dengan semua kata-kata suamiku itu. Tapi, entah mengapa tadi aku merasa ingin tau kebenarannya. Aku menelpon Siska, sekretaris Mas Heru di Kantor. Dan Siska mengatakan bahwa Mas Heru sudah pulang bahkan sejak jam lima sore. Lalu, kemana dia pergi sampai larut malam begini baru pulang? Sudah jam sebelas malam saat ia memasuki kamar.

"Apa benar kamu lembur, Mas?" aku yang sudah dipenuhi rasa curiga, tak dapat lagi menahan hati untuk mengintrogasinya.

"Lho, kok kamu nanya-nya gitu sih, Sayang?" sahutnya, kemudian menghampiriku yang duduk di tepi ranjang tempat kami memadu cinta selama tiga tahun ini.

Mas Heru membelai rambutku dengan lembut, kemudian mengecup ujung kepalaku. Hal rutin yang selalu ia lakukan jika pulang kerja selama menjadi suamiku.

"Suaminya pulang, kok ga disalim sih?" tegurnya masih dengan nada lembut.

"Aku tadi telpon Siska, katanya kamu udah pulang dari jam lima sore!" sungutku tanpa menghiraukan tegurannya.

"Sis-Siska? Ngapain kamu nelpon-nelpon bawahan Mas? Kamu udah mulai curigaan sama suami sendiri? Kamu udah nggak percaya lagi ya sama Mas?" bentak Mas Heru padaku.

Aku terdiam cukup lama. Hanya karena aku menelpon Siska, Mas Heru segitu marahnya dan tega membentakku. Padahal, sejak kami menikah ia tak pernah sama sekali bicara dengan nada tinggi padaku. Meski, sampai saat ini kami belum diberikan buah hati yang selalu kami rindukan. Tapi, sikap Mas Heru sama sekali tidak berubah. Caranya berbicara padaku, memanjakanku dan memenuhi semua kebutuhan jamani dan rohaniku. Tifak sebelum tiga bulan belakangan ini.

Aku merasa, Mas Heru mulai jenuh denganku. Ia sering pulang larut malam, saat kutanya selalu jawabannya lembur. Padahal, dia adalah seorang Manager di Perusahaan tempatnya bekerja. Awalnya aku selalu percaya, tapi hati nuraniku sebagai seorang istri juga tak bisa di bohongi. Aku curiga dan takut jika Mas Heru bermain serong di belakangku.

Tanpa terasa, mataku basah. Hatiku terlalu lemah meski hanya dibentak sedikit saja, apalagi oleh orang yang aku sayangi. Saat melihat air mataku jaruh berderai, Mas Heru memelukku.

"Sayang, maafkan Mas. Mas ga bermaksud..."

"Sudah lah, Mas. Kamu berubah sekarang. Jika memang kamu bosan padaku, lebih baik terus terang. Aku ikhlas jika kamu ingin mendapatkan wanita lain, karena aku sadar belum mampu memberikanmu keturunan!" jeritku memotong pembicaraan Mas Heru, dan mendorong tubuhnya agar menjauh dariku.

"Winda, apa yang kamu bicarakan?"

"Jujur saja lah, Mas. Kamu sudah ada perempuan lain kan?

"Cukup, Winda. Hentikan! Sepertinya ada seseorang yang sudah mempengaruhi jalan pikiranmu itu." jawab Mas Heru lalu meninggalkanku sendirian di kamar. 

Aku menatap suami yang kukenal baik itu berlalu. Aku berusaha menahan tangisku. Saat aku ingin berbaring, kutatap tas hitam yang biasa dipakai Mas Heru pergi bekerja. Rasa penasaranku pun kembali meningkat tajam. Dengan cepat aku berjalan ke arah pintu, dan menguncinya dari dalam. 

Kembali aku bergegas duduk di sisi kasur. Membuka dengan tak sabar tas Mas Heru. Mengeluarkan semua dokumen-dokumen yang ada di dalamnya. Setelah mengecek satu persatu, tidak ada hal yang aneh. Aku kembali menyusun dan memasukkan semua dokumen itu ke dalam tasnya.

Namun, sebelum aku meletakkan kembali tas itu, aku merogoh kantong kecil di sisi depan tas Mas Heru. Jari-jariku bersentuhan dengan kertas-kertas kecil. Aku menariknya keluar.

Deg...

Tagihan makan di Restoran, tagihan belanja, tagihan Hotel dan entah tagihan apa saja lagi yang aku genggam saat ini.

Ternyata benar dugaanku, Mas Heru telah bermain gila dengan wanita lain di belakangku.

'Lihat saja kamu, Mas. Aku pasti akan mendapatkan bukti untuk membuatmu mengakui pengkhianatanmu ini.' bisikku dalam hati.

Aku kembali memasukkan semua kertas itu pada tempatnya. Membuka kunci kamar dan memutuskan untuk tidur lebih awal. Sampai pukul tiga dini hari, saat aku tersentak dari tidurku karena haus, aku tak melihat Mas Heru di kamar ini. 

'Apa dia tidak kembali ke kamar sejak tadi?' tanyaku dalam hati. Kemudian aku turun dari kasur. Berniat mengambil air di atas meja, tapi ternyata gelasku sudah kosong. Kemudian aku berjalan menuju dapur. Saat melintasi kamar tamu, kulihat Mas Heru di atas kasur iru dengan bertelanjang dada.

'Dengan siapa dia bervideo call jam segini? Apalagi, tanpa memakai baju seperti itu!' fikirku lagi.

Aku memutuskan untuk menghampirinya. Saat aku sampai di depan pintu kamar tamu, aku bertanya dengan nada kesal, "Siapa yang kamu telpon, Mas? Sepertinya asik sekali." sindirku tajam.

"Wi-Winda... Sejak kapan kamu berdiri di situ?" tanya Mas Heru gugup dan langsung menyembunyikan ponselnya ke balik selimut.

"Sejak kamu bermesra-mesraan sama selingkuhanmu itu di video call!" ketusku lalu pergi meninggalkan Mas Heru yang masih tampak gugup di atas kasur kamar tamu.

Aku tak ingin berlama-lama di sana, toh tak ada gunanya berdebat dengannya pagi buta begini. Setelah mengisi gelasku dengan air putih, aku kembali ke kamar. Aku memikirkan cara agar bisa membongkar rahasia Mas Heru, hingga tak terasa mataku kembali terasa berat dan aku kembali terlelap.

Aku terbangun lagi saat merasakan kecupan hangat mendarat di keningku. Ya, Mas Heru juga selalu melakukan ritual wajib itu saat pagi hari. Karena memang, dia selalu bangun lebih awal dariku.

"Selamat pagi, Sayang!" sapanya lembut, seperti biasa.

"Pagi," jawabku singkat.

"Pagi-pagi kok udah jutek sih? Mau mandi bareng nggak?" tanya Mas Heru dengan tatapan menggoda.

"Nggak ah, kamu duluan aja. Aku masih ngantuk!" balasku lagi sambil memejamkan mata, pura-pura ingin tidur kembali.

"Ya sudah, Mas mandi duluan ya," dia mengelus kepalaku, kemudian masuk ke kamar mandi.

Saat sudah kupastikan dia sedang mandi, buru-buru aku mencari keberadaan ponselnya.

'Ketemu.' sorakku dalam hati, saat mendapati ponsel itu di sebelah tas kerjanya.

Aku membuka kode layar ponsel Mas Heru, dan mencari nama di daftar panggilan keluar. Nihil. Aku membuka aplikasi hijau miliknya. Banyak sekali pesan dari grup kantor dan keluarga yang belum dibaca Mas Heru sejak kemarin. Saat kutekan daftar panggilan.

"Mami.." lirihku tak percaya.

Ada nama Mami di daftar teratas. Kuperhatikan jamnya, jam dua malam tadi. Panggilan itu berlangsung sekitar satu jam dua puluh menit. Berarti, sampai setelah aku menghampirinya itu?

"Kenapa Mas Heru bervideo call ria dengan Mamiku di jam seperti itu? Apalagi, aku melihat Mas Heru bertelanjang dada saat melalukan video call itu. Apa Mami sudah menggoda suamiku?" ucapku dengan tangan gemetar.

Related chapters

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Kecurigaan

    Aku dan Mas Heru memang menikah karena di jodohkan. Kami menikah demi memenuhi keinginan terakhir Papi. Dimana saat itu, Mas Heru adalah anak dari sahabat Papi. Untuk menunjukkan tanda baktiku, aku menerima perjodohan itu meski baru pertama kali bertemu. Saat itu, aku tinggal hanya berdua dengan Papi. Karena, sejak aku berusia sepuluh tahun, Mami kabur bersama pria lain. Kudengar, mereka tinggal di London selama ini. Tapi, entah karena alasan apa, lima bulan lalu Mami kembali pulang ke Indonesia dan menemuiku. Tentu saja hatiku meradang dan menolaknya mentah-mentah. Enak saja, sudah meninggalkanku selama lima belas tahun, kini kembali seperti tanpa dosa. Aku sama sekali tak mengerti dengan jalan pikirannya. Tapi, karena desakan Mas Heru yang terus membujukku memaafkan Mami, akhirnya aku pun mengalah pada suamiku yang baik dan tampan itu. Begitu lah sifat Mas Heru, dia selalu bertindak dengan sabar dan kepala dingin. Membuatku semakin hari semakin mencintai da

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Mengatur Rencana

    Tidak sampai tiga puluh menit, Mercedes merah milik Nia tampak memasuki halaman rumah mewah milikku. Sebenarnya, aku bisa saja pindah dari sini. Ke rumah yang tiga kali lipat lebih mewah dari ini. Karena Mas Heru mampu membelikannya, tapi lagi-lagi aku sayang membiarkan rumah peninggalan Papi ini dalam keadaan kosong. Di sini penuh kenanganku bersama Papi. Aku tak akan pernah mau pergi kemana pun. "Hei... Mukanya kok masam banget, kayak jeruk busuk," sapa Nia mendekatiku, kemudian kami berpelukan dan cium pipi kanan, cium pipi kiri. "Gimana ga masam, coba? Mas Heru tu sekarang berubah banget, sering pulang tengah malam. Dan kemarin aku periksa tas kerjanya, banyak banget tagihan belanja, Hotel, juga bill di Restoran mahal. Sementara, aku udah satu bulan ini nggak pernah minta temanin sama dia belanja, nggak pernah diajak dinner di luar, apalagi nginap di Hotel. Apa aku nggak boleh curiga sama dia, kalau udah gini?" cerocosku tak henti pada Nia yang baru saja datang.

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Bertemu Ferdi

    Tidak sampai sepuluh menit, kami sudah sampai di depan sebuah rumah bercat abu-abu dan putih yang tampak minimalis. Tapi, rumah ini sudah dilengkapi dengan teknologi canggih. Mungkin, karena pemiliknya seorang yang hebat dalam bidangnya juga. Dari luar pagar, kulihat Nia berbicara pada layar kecil di sudut pagar. Tak lama kemudian, pintu pagar terbuka. Nia kembali masuk ke mobil dan menyetir masuk ke pekarangan.Tepat saat mobil Nia berhenti di depan pintu rumah minimalis itu, pintu rumah terbuka. Terlihat sosok tampan dengan celana pendek di bawah lutut, dan kaos oblong hitam berdiri di ambang pintu. Aku dan Nia segera turun dan menghampirinya."Hai, Fer. Kita nggak ganggu, kan?"sapa Nia sambil menepuk pangkal lengan pria itu dengan santai."Nggak lah, aku lagi free job sih beberapa hari ini. Kenapa? Mau ngasih aku kerjaan? Lumayan nih, buat nambah-nambah kesibukan," jawabnya seraya tertawa pada Nia."Alah, kamu ga kerja berbulan-bulan pun paling cuma me

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Kepergok

    Dengan langkah tegap, Ferdi kembali hadir di tengah-tengah kami. Aku segera menyimpan ponselku ke dalam tas. Begitu pun dengan Nia yang tampak sangat antusias menantikan apa yang selanjutnya akan diberitahu oleh Ferdi. "Ini, chip kecil ini sangat banyak manfaatnya. Apa suamimu memakai pelindung ponsel?" tanya Ferdi padaku. "Iya, dia selalu memakainya. Karena dia sangat ceroboh, jadi aku memintanya memakai pelindung ponsel agar saat ponsel itu jatuh, tidak langsung retak atau pecah," jelasku pada Ferdi. "Bagus, kamu sisipkan ini di belakang ponselnya. Tinggal tempel aja, lalu pasang kembali pelindung ponselnya. Aku akan menambahkan fitur pengaturannya di ponselmu setelah itu!" ucap Ferdi sambil menyerahkan sebuah chip yang sangat kecil dan tipis itu padaku. "Hati-hati, Beb. Jangan sampai hilang, dan jangan sampai ketauan saat kamu memasangnya. Sebaiknya kamu pasang itu nanti saat dia pulang kerja. Jadi besok kita ke sini lagi, untuk mengatur programnya

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Tanyakan pada suamimu!

    "Ada apa, Beb?" tanya Nia saat melihatku menjadi emosi sambil mengepalkan jemariku di atas meja. Jika tidak mengingat ini tempat umum, pasti akan kumaki-maki mereka berdua."Kamu lihat yang di sudut sana, siapa mereka," titahku pada Nia dengan menggerakkan dagu ke depan.Nia patuh dan segera melihat ke arah yang ku maksud. Dia tak kalah kagetnya dari diriku tadi. Nia mengambil tanganku dan menenangkanku."Aku baik-baik aja kok," ucapku, jelas sekali berbohong."Coba sekarang kamu telpon suamimu itu, tanya dia ada dimana. Cepat." saran Nia tak sabar padaku.Mungkin ada benarnya juga. Aku bisa menguji kejujuran Mas Heru saat ini. Lalu, kuambil handphone dari tas jinjingku. Saat kubuka layar ponsel itu, sudah banyak sekali panggilan dari Mas Heru dan Mami.Ada apa ini? Kenapa mereka serempak menghubungiku? Apa ini termasuk dalam rencana mereka untuk mengelabuiku? Pikirianku sudah dipenuhi dengan prasangka-prasangka negatif.K

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Memasang pelacak

    Aku menatap Mas Heru dengan wajah sinis. Nia yang mengerti akan terjadi perang rumah tangga, segera beranjak dari kursinya. "Eh, Beb, aku ke toilet dulu ya," ucapnya. Aku menjawab dengan anggukan pelan, dan Nia pun berlalu dari hadapanku dan Mas Heru. Mas Heru mengenggam tanganku, tapi kenapa tangannya terasa dingin. Apa dia grogi karena ucapan Mami tadi? "Mas... Apa maksud ucapan Mami tadi?" tanyaku dan menepis tangan Mas Heru. "Yang mana, Sayang?" jawabnya masih saja dengan lembut, dan entah mengapa sekarang aku merasa jijik pada sikapnya itu. "Yang tadi, yang dia bilang kamu perkasa," "Haha... Itu... Mami kan memang seperti itu, masa anaknya sendiri ga tau Maminya suka bercanda?" "Aku serius, Mas!" "Iya, trus Mas harus jawab apa coba?" "Mas ada main ya sama Mami?" tuduhku tak tahan lagi, membuat Mas Heru yang sedang memyeruput kopinya tersedak. Uhuk...uhuk... Suara batuk Ma

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Mencoba percaya kembali.

    "Oke, semua udah beres. Kamu tinggal pencet ini kalau mau tau dimana suami kamu berada. Misalkan seperti sekarang ini, coba kita liat dia dimana..." Ferdi menjelaskan padaku. "Nah ini, kamu tau ini dia dimana? Kantornya kali ya," Ferdi menyodorkan ponsel itu kembali padaku. "Iya, ini di kantor." jawabku saat melihat nama Perusahaan tempat Mas Heru tertulis di sana. "Sip, berarti semua udah berfungsi dengan baik." "Makasih ya, Fer. Tolong kirim nomor rekening, aku mau transfer pembayaran untuk semua ini," "Santai ajalah, Win. Besok-besok juga bisa." "Tapi, aku nggak enak. Aku udah terima barang dan jasa dari kamu, tapi malah belum bayar sepersen pun." "Ya elah, santai aja. Kayak yang mau pergi jauh nggak balik-balik aja sih?" "Bukan gitu, aku udah selesai pakai jasa kamu. Seterusnya biar aku yang ngelakuin sendiri. Jadi, ya aku harus bayar dong jasa kamu." "Kamu bayarnya nanti aja, saat semuanya benar-benar udah

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Ranisa

    Aku mulai melupakan kejadian hari itu. Karena Mas Heru pun sudah kembali seperti Mas Heru yang aku kenal sejak pertama menikah dulu. Dua minggu berlalu sejak kejadian malam itu, Mas Heru berusaha pulang lebih awal setiap harinya. Akhir pekan kami juga dinner di luar seperti dulu. Mas Heru berhasil membuatku kembali terlena dengan sikap lembutnya.Aku bahkan lupa, bahwa aku pernah menempel chip pelacak di ponsel Mas Heru. Sampai siang ini, Nia menelponku."Beb, kamu dimana?" tanya Nia di ujung telpon."Aku di rumah dong, kenapa emangnya?" aku balik bertanya pada Nia."Aku lagi di klinik, nganterin klien-ku yang tadi pingsan saat pengadilan.""Trus?""Di sini ada suami kamu...""Mas Heru? Ngapain dia di klinik?""Itu dia yang mau aku bilang.. dia sama seorang wanita hamil. Apa mungkin dia punya saudara yang lagi hamil?""Nggak. Mas Heru nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Ya udah, kamu tolong pantau terus ya. Kalau

Latest chapter

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Ucapan Terima Kasih

    Terima ksih tak terhingga aku ucapkan pada semua pembaca setia karya-karyaku di Good Novel. Baik itu yang membaca dengan koin gratis dan harus sedikit berjuang + bersabar agar bisa membaca kelanjutan bab nya, maupun yang bela-belain top up koin demi bisa buka bab bergembok. Selama ini aku selalu mengatakan terima kasih untuk pembaca royalku, itu bukan sekedar untuk pembaca yang buka bab dengan koin hasil top up. Tapi kata-kata itu juga aku tujukan pada pembaca pejuang koin gratis dan untuk semua yang sudah royal meluangkan waktunya untuk membaca hasil ketikan jari jemariku ini. Aku mohon jangan ada lagi yang salah paham dan berkecil hati. Siapa pun kalian, dimana pun kalian berada, meski hanya buka bab pertama dari novelku saja, aku sudah mencintai kalian. Sayang sekali novel ini sudah harus tamat. Tapi, terus dukung dan baca karyaku yang lainnya, ya. Semoga aku secepatnya bisa menambah daftar karya terkontrakku lagi di Good Novel. Sekali

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Wanita itu kuat

    Pov AuthorWaktu begitu cepat berlalu, dan saat ini di dalam ruangan bersalin Winda sedang berjuang untuk melahirkan anak keduanya. Winda baru masuk sekitar 15 menit yang lalu. Kondisi saat ini jauh berbeda dengan saat ia melahirkan anak pertamanya dulu. Anak kedua ini lebih di permudah prosesnya. Winda ditemani oleh Hanan di dalam ruangan. Sementara itu, di luar sudah menunggu Mami Mery, Diana, Cantika, Jason, Nia, dan juga Ferdi. Anak mereka titipkan pada orang tua Ferdi."Oma, apa Bunda baik-baik aja?" tanya Cantika sambil memeluk Mami Mery."Iya, Sayang. Bunda baik-baik aja kok di dalam. Itu Bundanya kan sedang berjuang ngelahirin dedek bayi. Kita berdoa sama-sama, ya. Semoga Bunda dan dedek bayi sehat dan selamat," jawab Mami Mery sambil menciumi putri semata wayangnya. "Oma dan Om Jason kok ga punya adek bayi kayak Bunda? Itu, Tante Nia sama Om Ferdi juga mau punya bayi lagi." Cantika yang lucu dan menggemaskan berkata dengan polosnya."Sayang, Oma udah tua

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Kaulah yang terbaik untukku!

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk Mas Hanan dan Cantika. Hanya menu sederhana saja hari ini yang bisa aku buat, karena ternyata stok di kulkas tidak mencukupi lagi untuk membuat bubur ayam favorite Mas Hanan dan Cantika. Jadilah pagi ini aku hanya membuat nasi goreng spesial ala-ala cheff rumahan. Di rumahku sudah ada seorang asisten rumah tangga yang mulai bekerja seminggu yang lalu. Dia adalah ibu-ibu yang aku temui sedang mendorong gerobak menjajakan pisang yang ternyata juga punya orang lain. Hanya demi bisa membeli beras hari itu, ia rela berpanas-panasan berkeliling menjualkan pisang milik tetangganya. Menurut ibu itu, jika laki 1 sisir, maka ia akan mendapat 5 ribu rupiah sebagai untungnya. Sementara sejak pagi, baru laku 2 sisir. Untuk membeli sekilo beras saja belum cukup. Apalagi membeli telor sebagai lauknya makan. Di rumah ada dua orang anaknya yang sedang menunggu dengan perut lapar karena sudah sejak semalam belum makan nasi. Ha

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Tak ingin terulang lagi

    Setelah petugas keamanan komplek datang, wanita itu segera dibawa bersama dengan seorang Dokter wanita. Mungkin karena tadi Mas Hanan mengatakan ia sedang dalam keadaan hamil besar, jadi untuk berjaga-jaga mereka juga membawa seorang Dokter. Dan ternyata itu juga sangat membantu. Wanita itu mengamuk awalnya karena bersikeras tak ingin pergi dan menganggap Mas Hanan adalah suaminya yang benama Jaka itu.Jalan terakhir yang dipilih Dokter adalah memberikannya suntik penenang. Dan setelah menunggu selama lima menit, akhirnya dia benar-benar tenang dan akhirnya tertidur. Mereka semua membawa wanita itu untuk ditangani oleh ahli kejiwaan dan akan mencari tau tentang informasi keluarganya.Sampai saat aku dan Mas Hanan sudah berada di dalam kamar, kami masih saja heran dengan bagaimana wanita itu bisa masuk ke rumah kami dan menganggap Mas Hanan adalah suaminya.Aku bahkan sempat membaca secarik kertas yang dia lemparkan pada Mas Hanan saat baru datang itu. Itu adalah surat d

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Perempuan gila.

    Aku sangat terkejut dengan kedatangan wanita hamil yang tiba-tiba saja marah dengan melempar kertas pada suamiku itu. Entah apa maksudnya. Mas Hanan juga terlihat sangat heran. Kemudian dia berjalan lebih dekat pada Mas Hanan. Seketika itu juga, wanita hamil itu menghambur ke dalam pelukan suamiku. Dia memeluk Mas Hanan dengan sangat erat.Mas Hanan tampak semakin bingung dan berusaha menjauhkan wanita itu dari tubuhnya. Tapi, pelukannya terlihat semakin erat. Aku yakin Mas Hanan sangat takut berbuat kasar karena kondisi wanita itu yang sedang hamil besar."Mas, tega sekali kamu ninggalin aku demi perempuan ini? Apa kurangnya aku, Mas? Lihat ini, Mas. Aku juga bisa hamil, Mas. Aku bisa seperti dia. Tinggalin dia, Mas. Kembali padaku. Ini anak kita. Dia akan segera lahir ke dunia ini, Mas," ucap wanita itu dengan isak tangis yang tak bisa ia tahan.Sementara aku? Aku yang tadinya sudah berdiri, lantas kembali terduduk di atas kursi yang untungnya sangat lembut itu. Tubuh

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Siapa wanita itu?

    Kebahagiaan yang Tuhan berikan seakan tak pernah ada habisnya. Kehamilan keduaku yang awalnya membuatku agak susah makan dan beraktifitas karena mabuk berat, ternyata hanya berlaku 2 bulan saja. Setelah kehamilan memasuki 7 bulan, semua orang sudah sangat tidak sabar menantikannya lahir. Terlebih lagi, saat aku memberitahukan hasil USG tentang bayi yang ada dalam kandunganku ini berjenis kelamin laki-laki. Itulah yang membuat semua orang sangat senang dan tidak sabar menantikan kehadirannya. Malam ini, di rumahku sedang diadakan acara do'a tujuh bulanan. Sangat banyak tamu yang datang. Hampir semua orang yang aku undang, menampakkan batang hidungnya malam ini di kediamanku yang sudah semakin besar karena Mas Hanan bersikeras merenovasinya beberapa bulan yang lalu. "Selamat ya, Win," ucap Nia, sahabatku yang paling aku sayangi dan selalu ada untukku dalam kondisi apapun. "Makasih ya, Beb. Kamu juga, bentar lagi mau nujuh bulanan kan?" jawabku dan kami saling berpe

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Banyak Cinta

    Saat aku membayar semua belanjaanku di toko roti itu, aku masih dapat mendengar pertengkaran hebat antara Ranisa dan seorang wanita yang mengaku suaminya telah diambil oleh Ranisa itu. Kerumunan yang ada di sana terlihat semakin ramai dan tidak sedikit di antara mereka yang menghadapkan kamera ponselnya ke arah dua wanita yang sedang bersiteru itu. Sungguh pemandangan yang sangat memalukan untuk ditonton. Setelah selesai, aku mengajak Cantika untuk kembali masuk ke dalam mobil. Aku sudah tak ingin tau lagi dengan semua yang menimpanya. Meski dalam hati kecilku merasa iba, karena aku sempat melihat Ranisa sedang diamuk oleh wanita itu. Rambutnya ditarik dan wajahnya ditampar berkali-kali. Mirisnya, di samping Ranisa sedang berdiri seorang anak laki-laki yang aku tau itu adalah anak Ranisa. Entah bagaimana perasaan anak itu saat melihat ibunya dimaki dan dihina, diperlakukan seperti itu di depan umum. Mungkin sekarang ia belum mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Dilabrak.

    Sudah tiga bulan sejak meninggalnya Mas Heru. Dan aku memang menuruti semua saran Nia. Berusaha tidak peduli lagi pada masa lalu dan memikirkannya. Aku sama sekali berhasil melupakan segalanya dengan sangat mudah. Ternyata, semua itu berasal dari niat dalam hati kita sendiri. Jika kita benar-benar ingin melupakannya, maka lakukan lah dengan sangat elegan. Tidak perlu berusaha sekuat tenaga untuk membencinya. Hari ini aku sengaja pergi ke butik karena memang sudah lama aku tidak berkunjung langsung ke sana. Diana mengurus semuanya dengan sangat baik. Dari bagi hasil yang aku berikan pada Diana, dia sudah mampu membeli rumah dan mobil pribadi. Meski tidak yang terlalu mewah. Tapi, itu cukup berharga karena dibeli dari hasil kerja kerasnya. Diana juga berhasil memasarkan produk butikku ke luar negri. Sejak saat itulah, butik selalu banjir orderan. Diana memang sangat menguasi ilmu marketing yang bagus dan mampu memikat calon pembeli dengan sangat baik. "Bunda, nant

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Kepergiannya.

    Pov Winda Tidak ada yang bisa aku lakukan di rumah saat hari kerja seperti ini. Cantika sudah selesai aku bantu mandi dan makan. Kami juga sudah bercengkrama dan saling bertukar pikiran tentang liburan akhir bulan yang sudah direncanakan oleh Mas Hanan kemarin. Rumah dan segalanya sudah beres dan rapi. Aku merasa sedikit bosan sebenarnya. Pernah aku berniat untuk kembali mengurus butik, tapi tak tega jika setiap hari harus membawa atau meninggalkan Cantika. Keduanya sama-sama tidak akan baik untuk tumbuh kembangnya. Lagi pula, Mas Hanan tidak memberikanku izin karena saat ini kami berencana untuk menambah momongan lagi. Aku sudah tidak memakai KB lagi dalam dua bulan terakhir. Namun, sepertinya masih belum beruntung untuk bulan ini. Dengan malas, aku menggeser-geser beranda media sosialku di ponsel. Banyak sekali orang yang memberikam tag pada akunku saat ini. Aku merasa heran, tumben sekali teman-temanku menandaiku pada sebuah berita yang berjudul 'Ditemuk

DMCA.com Protection Status