Ketika Edwin pergi kala itu, Janine menangis lama sekali. Janine merindukannya setiap hari.Dia berpura-pura tersenyum pada siang hari dan keluar bermain pada malam hari.Perasaan sekuat apa pun akan pudar seiring berjalannya waktu.Edwin telah menunggu bertahun-tahun, bagaimana mungkin dia menyerah begitu saja?Mata merahnya menatap ke luar jendela di mana Janine tidak bisa melihatnya."Janine Sayang, beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan membuktikan kalau kita berdua adalah yang paling cocok."Tiba-tiba dipeluk, Janine pun membelalakkan mata.Edwin memeluknya terlalu erat. Janine meronta di dalam pelukannya seperti anak ayam."Lepaskan aku!""Nggak mau!"Janine mengulurkan tangannya untuk mencubit Edwin, tetapi pria itu mengunci kedua tangan Janine dengan satu tangan.Mobil melaju ke tempat Janine tinggal sekarang.Edwin melihat Bourne berdiri di depan.Bourne juga melihat Janine duduk di dalam mobil sambil dipeluk seseorang.Edwin mengulas senyum, kemudian menekan bagian belakang
Sherlly tidak senang.Karena, dia memihak Briana.Elena berkata dengan tenang. "Benar, Nathan dari Keluarga Ransford."Tidak ada yang perlu disembunyikan. Elena dan Nathan berencana untuk mengungkapkan identitas Camila ketika mereka menikah.Sherlly mengerutkan kening. Dia berbalik untuk bertanya pada Briana yang terlihat sangat kecewa. "Briana, dulu Nathan memperlakukanmu seperti itu karena seorang wanita. Wanita itu adalah Elena?"Briana mengangguk dengan getir, kemudian meletakkan gunting. "Ibu, aku akan menjemput Aurora dan Aaron dari taman kanak-kanak. Aku pergi dulu.""Jangan terburu-buru. Kami juga akan pergi." Sherlly meletakkan gunting, menatap Elena sekilas dengan datar, kemudian dia berkata kepada Ruby. "Ruby, kami pergi dulu."Ruby mengantar tamu dengan senyum tipis.Dia baru teringat bahwa Briana pernah menjadi menantu yang diakui oleh Keluarga Ransford.Demikian pula si kembar.Ruby tidak tahu apakah Elena adalah orang ketiga yang merusak hubungan orang lain. Dia tidak bi
Briana tampak murung selama dua hari terakhir.Sherlly menyadarinya. Dia kepikiran bahwa Keluarga Kennedy akan mengadakan perjamuan amal di kapal pesiar malam ini, jadi dia menelepon Luther."Luther, apakah kamu pergi ke perjamuan yang diadakan oleh Keluarga Kennedy malam ini? Kalau kamu pergi, bawalah Briana. Dengar-dengar, ada lelang lukisan Master Santiago di kapal pesiar malam ini, Briana mungkin akan tertarik."Luther awalnya tidak berencana menghadiri perjamuan malam ini, tetapi dia akan membawa Briana. "Aku akan menjemput Briana nanti malam, Tante."Sherlly menghela napas, lalu dia membicarakan Elena dengan Luther. "Nggak disangka Elena-lah wanita yang merusak hidup Briana. Dia dan Nathan memiliki seorang anak. Setelah Aurora dan Aaron dewasa, entah mereka akan merasa terganggu atau nggak."Luther mengerutkan kening. Sungguh kacau, bagaimana Adris bisa menikahi wanita yang memiliki anak dari pria lain.Dia memberi tahu Sherlly untuk tidak khawatir. "Sekarang Briana dilindungi ol
Adris pernah menunjukkan data anggota Keluarga Kallias kepada Elena sebelum Elena pulang negeri.Moses memegang lima belas persen saham Grup Kallias."Perkenalkan, namaku Moses. Aku jalan-jalan ke luar negeri selama ini." Moses memegang rokok, menghisapnya, lalu mengembuskan asapnya sebelum berkata, "Elena, apakah kamu akan menjual saham Grup Kallias yang kamu miliki?"Moses langsung mengutarakan niatnya.Dia sama sekali tidak khawatir Elena akan menolak.Elena tersenyum. Dia menyilangkan kaki dan memiringkan kepalanya. "Kamu benar-benar pandai bercanda. Kenapa aku harus menjual sahamnya?""Kamu bukan anggota Keluarga Kallias. Selain itu, Adris sudah meninggal. Apakah kamu nggak merasa nggak pantas untuk memiliki saham Grup Kallias?"Moses menyerahkan sebuah kontrak kepada Elena."Harganya dijamin puas bagi Nona Elena."Elena membuka kontrak lalu membacanya. Harga memuaskan yang dimaksud agak lucu.Elena mengembalikan kontraknya lalu berkata, "Aku nggak mau menjualnya."Moses tersenyum
Luther membawa Briana ke ruang istirahat, kemudian dia menuangkan segelas air hangat untuk Briana."Kapal pesiar sudah berlayar, kita nggak bisa pulang sekarang.""Aku tahu."Luther mengeluarkan ponselnya, ingin menelepon Lucy.Briana mengaitkan kedua jarinya dengan gugup. "Kak Luther, menurutmu, apakah Ibu akan menyukai anting yang aku beli malam ini?""Mungkin." Luther sebenarnya kurang tahu apa yang akan disukai wanita paruh baya. Dia mengerutkan kening karena ponselnya tidak ada sinyal."Aneh, nggak ada sinyal."Ketika Briana mendengarnya, hatinya yang menegang langsung menjadi rileks....Ruang privat di lantai dua.Elena didesak oleh pengawal untuk membubuhkan tanda tangannya, dia pun bersikap kooperatif.Tanda tangan saja.Lagi pula, kontraknya tidak berlaku.Elena bisa meniru tanda tangan orang lain.Saat ini, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu.Moses mengerutkan kening.Ada pengawal yang menjaga pintu, jadi tidak perlu khawatir.Ketukan masih berlanjut.Moses memberi isyarat k
Elena turun dari kapal pesiar, lalu masuk ke dalam mobil.Nathan, yang sudah menunggunya di dalam mobil, mengenakan mantel pada tubuhnya.Nathan menggenggam tangan Elena.Agak dingin.Nathan mengatur suhu AC mobil.Begitu Elena masuk ke dalam mobil, dia langsung menikmati tindakan Nathan yang mencegahnya masuk angin.Elena tersenyum menawan.Dia tersenyum, tetapi Nathan tidak.Bukan hanya tidak tersenyum, tatapan Nathan juga gelap.Ada yang salah dengan Nathan.Elena memandangnya dengan bingung. Dia mengulurkan tangan untuk memegang tangan Nathan. "Ada apa?"Kenapa Nathan tiba-tiba berubah?Pria itu tiba-tiba menggendong Elena, melebarkan kaki Elena, membiarkan Elena duduk di atas pangkuannya.Selama ini, Nathan memperlakukan Elena dengan lembut.Mereka mengalami banyak hal sebelum akhirnya bersama kembali.Nathan mengendalikan keinginannya untuk membawa Elena bersamanya selama dua puluh empat jam.Jika dia terlambat malam ini, apakah sesuatu akan terjadi pada Elena?Kejadian ini memba
Nathan tentu saja tidak keberatan. Ketika Camila mendengar bahwa mereka akan jalan-jalan, dia hanya akan senang, tidak mungkin keberatan.Mereka mengganti pakaian mereka. Hingga sekarang Elena baru tahu bahwa Nathan telah menyiapkan lemari yang penuh dengan pakaian samaan untuk mereka sekeluarga.Elena melihat pakaian samaan di lemari, kemudian dengan terharu menarik leher Nathan untuk menciumnya.Mereka bertiga mengenakan pakaian dengan motif dan model yang sama.Melihatnya saja membuat suasana hati menjadi bagus.Elena pergi menyiapkan tikar piknik dan makanan.Camila pergi mencari mainan yang ingin dia bawa.Nathan dan Elena tidak ikut campur mengatur apa yang ingin dibawa si kecil.Oleh karena itu, ketika mereka melihat Camila membawa kandang kecil yang berisi bayi bebek, mereka terdiam sejenak."Ibu, bayi bebek juga mau jalan-jalan." Camila memiringkan kepalanya sambil bertanya, "Bolehkah?"Elena merasa lucu dan menggemaskan, dia juga tidak keberatan. "Oke."Lantas, mereka sekelua
Mendengar Roman tiba-tiba menanyakan album foto itu, Briana tertegun sejenak. Dia menumpahkan air dalam gelas saking paniknya.Sherlly segera memanggil pembantu, dia mengambil tisu lalu memberikannya kepada Briana.Briana berkata, "Maaf."Sherlly menenangkannya. "Nggak apa-apa, Briana. Apakah kamu perlu mengganti pakaian? Aku punya gaun baru, apakah kamu ingin menggantinya?"Briana tersenyum. "Hanya sedikit basah, nggak apa-apa."Sherlly merasakan hal yang sama, jadi dia tidak memaksa Briana untuk mengganti pakaian. Sebaliknya, dia menoleh ke arah Roman. "Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan album foto?""Aku ingin melihatnya." Roman pernah melihat album foto yang dibawakan Sherlly dari rumah orang tuanya dua puluh tahun yang lalu.Dia hanya melihat foto istrinya, foto lain hanya dilihat sekilas.Sebenarnya mereka jarang melihat album foto. Sebelumnya Sherlly mengeluarkannya untuk melihat, lalu Briana membawa pulang album fotonya.Foto Sherlly dalam album foto tersebut dicetak oleh ibunya
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat