Melihat wajah Paman Lam yang penuh kehangatan, air mata Cecilia berlinang tanpa disadari. Paman Lam sudah berusia 70 tahun lebih, dan sudah agak sulit berjalan. Keriput halus terukir di sekitar matanya serta di sepanjang garis senyumnya, dan matanya yang menatap Cecilia dengan berkaca-kaca memancarkan kasih-sayang. Aura Paman Lam agak mirip dengan ayah Cecilia yang Cecilia ingat sewaktu Cecilia masih kecil, yakni aura seorang pria yang telah matang, yang dipenuhi ketenangan dan kelembutan. Cecilia pun semakin merindukan ayahnya. “Ayah …” bisik Cecilia pilu. Ini hari pernikahannya. Namun Cecilia merasa begitu kesepian dan merana. Paman Lam mengambil sapu tangan dari saku jas untuk menghapus air mata Cecilia. “Nona … meski aku bukan keluarga Tuan Marcus … tetapi aku telah mengenalnya sejak Tuan masih belia,” ucap Paman Lam. “Aku yakin, Tuan Marcus akan membuat Nona bahagia.” Paman Lam menepuk-nepuk bahu Cecilia. “Tuan Marcus pria yang baik. Nyonya Maggie Wong mendidiknya dengan sa
Tepat di saat Jackson baru tiba dari apotek dan hendak masuk lift, dia berpapasan dengan Marcus yang juga baru meninggalkan aula pesta.“Kau mau kembali menemui Cecilia?” tanya Marcus, menghadang Jackson di depan pintu lift.“Y-ya, Tuan ….”Marcus melirik bungkus kertas dari apotek yang Jackson bawa.“Itu untuk Cecilia?”Jackson mengangguk.Marcus merebut bungkusan itu dari tangan Jackson. “Biar kuberikan padanya,” kata Marcus tegas. “Kau pulang saja.”Jackson terdiam. Jantungnya berdebar kencang karena diliputi rasa cemas. Dia lupa bahwa di dalam bungkusan itu ada testpack.‘Bagaimana kalau Kak Cecilia benar-benar hamil?’ Jackson bertanya-tanya dalam hati. ‘Kuarasa sebaiknya Tuan Marcus tidak tahu soal itu.’“Maaf, Tuan, ada obat lain di dalam bungkusan itu yang saya beli bukan untuk Nona Cecilia.”“Obat lain?”Marcus malah membuka bungkusan itu dan melihat isinya. Ada obat pereda sakit kepala dan sebuah kardus sepanjang pena. Tulisan di kardus itu jelas terbaca oleh Marcus.“Alat te
Setelah resepsi berakhir, Marcus kembali ke kamar suite untuk melepas lelah.“Bagaimana kondisi Cecilia?” tanya Marcus pada Bibi Susan yang ditugaskan menjaga Cecilia bersama dua orang pengawal.“Nona … maksud saya, Nyonya … sekarang sedang tidur lelap, Tuan,” jawab Bibi Susan.“Dia sudah makan?”“Sudah, Tuan.”“Terima kasih sudah menjaga Cecilia. Bibi pulanglah. Suruh dua pengawal lain untuk terus berjaga di depan pintu kamar, karena mungkin saja Cecilia masih akan berusaha kabur saat aku lengah.”Sejenak Bibi Susan terdiam menatap Marcus.“Tuan, sebelum saya pergi, saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan Tuan dan Nyonya,” ucap Bibi Susan. “Sejujurnya Nyonya Cecilia … wanita yang baik. Dari sikap dan tutur katanya … saya tahu Nyonya Cecilia wanita penyabar dan penyayang.”Pujian Bibi Susan tentang Cecilia menimbulkan rasa bangga di hati Marcus.“Setulus hati saya berharap, Tuan dan Nyonya akan jadi pasangan yang saling mencintai dan langgeng sampai penghujung usia.”Marcus men
“Selamat pagi, Bos.” Daniel Leung, asisten Marcus di Hong Kong, menyambut kedatangan Marcus di kantor. “Para tamu baru saja mengabari bahwa mereka terpaksa mengubah janji temu dan meminta Anda makan siang bersama pukul 1 siang nanti.”Biasanya Marcus akan langsung menggerutu begitu mendengar agendanya mendadak diubah oleh tamu-tamunya. Namun, Daniel menyadari, suasana hati Marcus sedang sangat bagus pagi itu. Marcus menanggapi kabar itu dengan santai.“Oke. Kau sudah pesan tempat untuk meeting dengan mereka?” tanya Marcus.“Tentu, Bos,” jawab Daniel.“Good,” kata Marcis.“Apakah Anda sudah sarapan, Bos?” tanya Daniel. “Perlukah saya belikan sandwich dan kopi?”“Tidak,” tolak Marcus. “Istriku sudah masak untukku.”Daniel tertegun melihat bosnya yang biasanya dingin itu kini meringis girang.“Ehm.” Marcus berdeham. “Ternyata menyenangkan juga punya istri.”“Syukurlah kalau Anda senang.” Daniel mengangguk. “Saya permisi dulu.”Setelah Daniel meninggalkan ruangan Marcus, Marcus menyalakan
Seperti pagi kemarin, pagi ini pun Cecilia masak sesuatu yang sederhana lagi. Menu kali ini adalah sup jamur dan roti bawang putih.Marcus bersiul riang melihat hidangan di atas meja makan.“Kau benar-benar malaikatku, Cecilia!” Marcus mengecup pipi Cecilia. “Bagaimana kau bisa tahu apa yang terlintas di pikiranku?”Ucapan Marcus membuat Cecilia merasa tersanjung dan malu, tapi Cecilia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya dan tetap berwajah datar.“Apa hari ini Anda akan pulang malam lagi?” tanya Cecilia.“Hm, sepertinya begitu,” jawab Marcus.“Apa Anda akan selalu pulang larut malam selama kita di sini?”“Sepertinya begitu.” Marcus mengangguk. “Tapi kuusahakan aku pasti pulang.”Cecilia mendelik. “Anda usahakan pulang? Memangnya biasanya Anda bertemu klien sampai tidak pulang?”“Ya, biasanya kalau bekerja di sini aku memang begitu, aku lebih sering menginap di kantor,” ujar Marcus ringan.“Atau menginap di hotel bersama teman kencanmu,” gumam Cecilia.Marcus mendengus tertawa.“
Makan siang Marcus sudah siap. Cecilia tersenyum puas menenteng satu set rantang lima tingkat berwarna kuning dan bergambar anak ayam. Rantang plastik itu dipinjamnya dari bibi pengurus rumah tangga.“Bibi, terima kasih sudah membantu saya masak dan sudah meminjamkan rantang, besok akan saya kembalikan,” kata Cecilia kepada si bibi.“Tidak, Nyonya! Justru saya minta maaf! Andai saya tahu Nyonya hendak membawakan menu makan siang Tuan, tentu akan saya bawakan kotak makan dari tempurung kura-kura peninggalan ibu saya!”“Rantang ini juga tidak apa-apa.” Cecilia tersenyum lebar. “Saya pergi dulu, Bibi.”Ketika Cecilia membuka pintu penthouse Marcus yang ditempatinya selama mereka tinggal di Hong Kong, Hana baru keluar dari lift.“Nyonya!” seru Hana. “Maaf aku sangat terlambat!”“Nona Hana? Ada apa?”“Ayo masuk lagi!” kata Hana sambil menuntun Cecilia ke dalam penthouse.“Kenapa?”“Nyonya memang cantik, tapi ... pakaian Nyonya untuk bertemu Tuan ... ehm.”“Pakaianku?”“Pokoknya Nyonya masu
“Apa kau bilang? Supaya kau bisa menghabiskan waktu lebih leluasa bersamaku?”Marcus tersenyum, tetapi secara keseluruhan raut wajahnya mengekspresikan luka yang mendalam.“Katakan saja yang sejujurnya, bahwa kau ingin pulang karena Jackson,” desis Marcus berang. “Kau pasti sudah tidak sabar ingin kabur dengan Jackson, bukankah begitu?”“T-tidak … itu tidak benar ….” Suara Cecilia bergetar ketika menampik semua tuduhan Marcus.Marcus hampir tertawa. “Lalu untuk apa Jackson menyewa sebuah flat dua kamar, padahal dia tidak punya keluarga ataupun kekasih? Dan di hari pernikahanmu, selain membeli obat untukmu, Jackson juga membeli testpack. Bukankah hal-hal itu sangat mencurigakan?”“Jangan tanyakan padaku! Itu kehidupan pribadi Jackson! Tidak ada hubungannya sama sekali denganku!”“Bohong … dan bohong … dan bohong lagi.” Marcus beranjak ke pintu dan mengunci pintu ruangan itu. “Kau berusaha menipu orang yang salah, Cecilia.”Marcus terdiam menatap Cecilia. Kini raut wajahnya datar saja,
“Kenapa tiba-tiba Anda mengajak saya bekerja sama membebaskan Kak Cecilia dari Tuan Marcus?” Jackson menatap Travis penuh curiga. “Apa yang sebenarnya Anda inginkan?”“Sejujurnya aku hanya mengerjakan perintah dari Krystal Lee, mantan tunangan kakakku, untuk menghancurkan rumah tangga Marcus dan Cecilia,” jawab Travis santai. “Daripada Krystal membayar gangster lain, aku menawarkan diri untuk melakukannya.”Setelah apa yang dia alami, Jackson tak bisa mempercayai Travis begitu saja. Adik Marcus itu seorang psikopat. Isi kepalanya tidak bisa ditebak.“Tapi … bukankah dulu Anda menyuruh Kak Cecilia merusak hubungan Tuan Marcus dengan Nona Krystal? Lalu kenapa sekarang … Anda justru mengerjakan perintah Nona Krystal untuk menghancurkan rumah tangga Kak Cecilia dan Tuan Marcus?”“Tak usah banyak cincong! Kau mau apa tidak? Jika kau tidak mau kerja sama denganku, biar aku suruh anak buahku melenyapkan Cecilia, sesuai permintaan Krystal.”Jackson tertegun. “Nona Krystal … meminta Anda … unt
Pukul 10 malam, Marcus tiba di kamar tidurnya.Sejak Marcus memandangi wajah Cecilia yang terlelap di sofa, sebab tampaknya wanita itu tertidur kala sedang membaca buku sambil menunggu kedatangan suaminya.Dengan sangat hati-hati Marcus menggendong Cecilia, memindahkan wanita itu ke atas ranjang. Cecilia sedikit mengerang ketika Marcus meletakkannya. Dan tepat saat Marcus sedang menyelimutinya, mata wanita itu terbuka.“Sayang?” bisik Cecilia. “Kau sudah pulang?”Marcus tersenyum. “Apa aku membangunkanmu?”“Memang tadinya aku berniat untuk tidur sebentar.” Cecilia menguap. “Kau sudah makan?”“Tentu saja. Kau tampak lelah, Cecilia. Tidurlah kembali.” Marcus mengecup kening Cecilia dan mengusap pipinya.“Tapi aku belum makan,” keluh Cecilia. “Dan aku lapar.”“Oh.” Marcus tersentak kaget. “Mau kubuatkan sesuatu?”Cecilia meringis dan menganggukkan kepala.“Baiklah, ayo.” Marcus mengangkat ketiak Cecilia, menggendong sang istri di depan. Marcus berjalan ke arah pintu sambil mencumbui Ceci
Bergeming di tempatnya berdiri, Marcus tertegun menyaksikan kericuhan di ruang sidang usai tuan hakim memutuskan dirinya tak bersalah dan bebas.Setelah polisi membawa Travis, Jerry dan Krystal pergi untuk penyelidikan, Cecilia bergegas menemui suaminya.Cecilia pun berlari ke dalam pelukan Marcus. Air mata wanita itu berderai. Mereka bercumbu singkat, lalu sambil memandang wajah istrinya, Marcus tampak kebingungan.“Cecilia … kau baik-baik saja? Mengapa kau datang bersama Travis? Dan … apa yang baru saja terjadi?” Marcus bertanya gugup.“Kebakaran di rumah kita terjadi karena Travis. Dia juga menculikku dan Olivia malam itu. Namun, selama Travis menyekap kami di rumahnya, aku menggunakan kesempatan itu untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatannya,” terang Cecilia tegas.Marcus terpana mendengarkan ucapan istrinya.Lantas Cecilia melanjutkan, “Pada saat Jackson menemuiku semalam, aku langsung menghubungi detektif pribadiku dengan menggunakan ponsel Jackson. Aku minta Jackson menjelaska
Empat hari kemudian.Tubuh Cecilia menggigil ketika ia melihat secarik kertas yang disodorkan Travis ke arahnya. Cecilia tahu isi kertas itu. Kertas itu adalah surat permohonan cerai yang harus dia tandatangani, syarat yang harus dipenuhi, jika dia ingin melihat persidangan Marcus.Travis menunggu dengan tidak sabar.Travis menggebrak meja. “Ayolah, Cecilia, berikan tanda tanganmu! Jangan buang-buang waktu! Sidangnya dimulai satu jam lagi!”Hari ini Travis juga harus hadir di persidangan itu sebagai saksi.“Kita tidak boleh terlambat datang, bukan?”“B-baiklah ….” Dengan tangan gemetar Cecilia meraih pulpen dan membubuhi kertas itu dengan tanda tangannya. “A-aku sudah melakukannya ….”“Jackson!” Travis memanggil Jackson, yang kini menjadi tangan kanannya. “Mari kita berangkat!”“Ya, Tuan.” Jackson membungkuk dan melirik Cecilia.Jackson menyaksikan bagaimana Travis meraih tangan Cecilia dengan kasar dan menyeret wanita itu ke mobil. Sejujurnya Jackson merasa sangat iba dan sangat bers
Marcus yang sedang berduka memikirkan nasib istri dan anaknya, tiba-tiba mendapat kejutan baru lagi, kali ini dari kantor pengacara Li & Associates.Seperti yang sudah Cecilia wanti-wanti sebelum Marcus kembali dari Guangzhou, Li & Associates yang diberikan tanggung jawab penuh oleh CEO yang sekarang menjabat (Travis) untuk merombak ulang manajemen di Wong Enterprise, dikabarkan oleh media bahwa mereka ‘telah menemukan kecurangan CEO terdahulu (Marcus)’.Sekelompok jaksa mendatangi tempat di mana Marcus menetap selama rumahnya direnovasi pasca kebakaran. Mereka datang dengan membawa surat perintah penyidikan. Artinya, Marcus telah ditetapkan sebagai tersangka, atas kasus penggelapan dana pegawai.“Anda sebagai bos telah dengan sengaja melakukan tindakan korupsi, seperti memotong gaji pegawai tanpa alasan yang sah atau menggunakan gaji pegawai untuk kepentingan pribadi!” Begitulah yang disampaikan kepala jaksa kepada Marcus. “Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, And
Di balik kabut tebal dan pepohonan lebat, mansion keluarga Wong yang telah berusia lebih dari satu dasawarsa berdiri megah dan gagah, terpencil dari keramaian kota. Kemegahannya kini diselimuti asap hitam pekat, menandakan kobaran api yang melahap habis bangunan megah tersebut.Suara sirine pemadam kebakaran memecah kesunyian malam, membawa para petugas ke tempat kejadian. Api berkobar dengan ganas, melalap setiap sudut mansion. Asap tebal menyelimuti area, menyulitkan upaya pemadaman.Para petugas berjibaku melawan api, berusaha menyelamatkan apa pun yang masih bisa diselamatkan. Namun, upaya mereka terhambat oleh struktur bangunan yang tua dan rapuh, serta kondisi yang gelap dan penuh asap.Setelah berjam-jam berjuang, api akhirnya berhasil dipadamkan. Namun, mansion yang dulunya megah kini hanya tinggal puing-puing yang menghitam.Keesokan paginya, seorang detektif bernama Victor Huang ditugaskan untuk menyelidiki kasus kebakaran ini. Detektif Huang memiliki reputasi yang baik dala
Selama Marcus jauh dari rumah untuk mengusut kasus pembunuhan Mikey Han, Marcus selalu menghubungi Cecilia setiap malam, untuk memastikan kondisi di rumah mereka aman.Marcus juga telah memastikan bahwa keamanan di kediaman Wong dijaga ketat, mengingat bahwa pembunuh Mikey Han juga mengincar nyawa Marcus, dan mungkin nyawa keluarga Marcus.Sekelompok bodyguard profesional bertugas menjaga kediaman Wong 24/7. Mereka terlatih dalam berbagai teknik bela diri dan penggunaan senjata api. Bodyguard ini selalu berpatroli di sekitar rumah, baik di dalam maupun di luar. Mereka juga memantau kamera pengawas dan siap merespons setiap tanda-tanda bahaya. Bodyguard ini juga terhubung dengan pusat kendali yang dilengkapi dengan sistem alarm dan komunikasi canggih.Jaringan kamera pengawas yang canggih dipasang di seluruh bagian rumah, baik di dalam maupun di luar. Kamera ini dapat merekam gambar dan suara dengan kualitas tinggi, bahkan dalam kondisi minim cahaya. Rekaman kamera pengawas disimpan di
Tiga minggu kemudian setelah kematian Mikey Han atau Han Tae-Sung, kegemparan dan kepanikan terjadi di Yusan Developers.Jay Kim, yang seharusnya menggantikan Mikey menjabat sebagai presiden komisaris Yusan Developers, tiba-tiba ditangkap oleh Interpol dan FBI di Hawaii dengan tuduhan mendalangi beberapa kegiatan ilegal di Amerika.Lalu, di rapat direksi, muncul orang baru yang benar-benar asing.Perut buncit orang itu sangat maju seperti wanita hamil yang tak kunjung melahirkan. Kening dan telapak tangannya selalu berkeringat. Segelintir helai uban di atas kepalanya disisir menyamping untuk menutupi botaknya yang tak merata.Matanya yang kecil terselip di antara kelopak yang tebal penuh lemak. Hanya dengan melihat matanya saja Marcus Wong langsung tahu orang itu bukanlah orang yang bisa dipercaya. Mata yang sungguh licik dan mesum.Orang itu, Don Choi, memiliki 30% saham Yusan. Hal itu menjadikannya pemegang saham terbesar nomor satu di Yusan. Pemegang saham terbesar nomor dua adalah
Di dunia yang terancam oleh kekuatan jahat dan bahaya tak terduga, masih dapat ditemukan para individu luar biasa yang ditakdirkan untuk bersatu. Itu adalah misi awal Robert dan Oskar mengumpulkan pasukan mereka. Mereka adalah para avengers, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan unik, dan mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.Pertemuan pertama mereka penuh dengan kekacauan dan kebingungan. Para calon anggota pasukan rahasia Robert dan Oskar, yang saat itu masih belum saling mengenal, sebagian besar diambil dari jalanan. Mereka terbiasa bekerja sendiri-sendiri, namun Robert dan Oskar memberikan mereka berbagai misi untuk menyatukan perbedaan mereka dan membuat mereka saling mendukung dan bekerja sama.Pertempuran sengit antar gangster dan penjahat melanda berbagai kota. Oskar memimpin pasukan, dibantu oleh Robert yang gesit di belakang layar. Meskipun mereka memiliki kekuatan luar biasa, para Avengers hampir kewalahan oleh jumlah gangster yang tak terhitung jumlahnya
Awal sakit hati Robert terhadap para penguasa dan para pemimpin militer adalah setelah dia mengamati penderitaan rakyat. Rutin Robert hilir-mudik mengunjungi teman-teman misteriusnya di berbagai distrik abu-abu ataupun distrik lampu merah. Robert pun betah menginap berhari-hari di rumah para “kamerad”-nya dan mulai terobsesi dengan literatur-literatur sayap kiri.Distrik-distrik itu begitu padat dan pengap. Hiruk-pikuk khas perkampungan kumuh perkotaan acap membuat Robert senewen. Dengan was-was ia mengikuti kawannya menelusuri gang-gang sempit yang kotor, becek, dengan bau sampah dan tinja tak putus-putus menusuk hidung.Bau busuk itu menembus masker yang selalu Robert pakai untuk menyamarkan wajahnya. Di sepanjang gang-gang yang ia dan kawannya lewati, orang-orang bertampang sangar dan bersuara nyaring melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, tampak begitu semarak sekaligus menegangkan.Dari beranda sebuah rumah petak terdengar keributan. Seorang perempuan tua berkelahi dengan seor