Tidak ada gunanya jabatannya dipulihkan. Apabila Keluarga Warsono tidak senang, mereka bisa saja mencabut jabatan Ariana dengan mudah."Sebutkan permintaan ketigamu," ujar Venick."Ketiga, berikan semua saham Grup Warsono milik kalian kepada Ariana." Luther mengulurkan jarinya lagi."Apa? Semua saham Grup Warsono? Kamu mau merampok kami?" bentak Venick dengan raut wajah yang sontak berubah.Grup Warsono memiliki nilai pasar puluhan triliun, bahkan prospeknya juga sangat bagus. Jika mereka menjual semua saham mereka, setidaknya bisa mendapatkan 140 triliun. Ini jelas adalah jumlah yang sangat besar bagi seluruh anggota Keluarga Warsono."Memeras kalian akan lebih mudah daripada merampok." Luther berucap dengan lantang, "Pokoknya, itu permintaanku. Semuanya tergantung dirimu sendiri.""Nggak mungkin! Aku nggak mungkin menyetujuinya!" tolak Venick dengan keras. Begitu dia menjabat sebagai pemimpin keluarga, seluruh kekayaan itu akan menjadi aset miliknya. Jadi, dia tidak mungkin memberika
"Setuju?" Helen dan Roselyn sungguh tercengang mendengarnya. Keraguan mereka seketika sirna, digantikan dengan keterkejutan.Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa Keluarga Warsono akan menyetujui permintaan Luther. Keluarga Warsono membuang saham senilai triliunan begitu saja? Bukankah hal ini terlalu berlebihan?Di sisi lain, Ariana juga tampak tercengang. Dia tidak mengerti, Keluarga Warsono bersedia membayar begitu mahal hanya untuk sebuah botol obat?"Kalau setuju, suruh nenekmu datang untuk menandatangani kontrak. Setelah itu, aku akan langsung menyerahkan obat ini padanya," ujar Luther sambil tersenyum.Luther sama sekali tidak terkejut dengan keputusan Luciana karena tahu orang yang kecanduan Bubuk Dewata tidak akan bisa menahan godaan. Apalagi, Keluarga Warsono masih memiliki fondasi yang kuat setelah menyerahkan aset dan perusahaan mereka ini.Setelah melihat Venick mengemudikan mobilnya pergi, Ariana yang penasaran pun bertanya, "Luther, obat apa yang sebenarnya ada di tan
"Mau ingkar janji, ya?" tanya Luther sambil tersenyum. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan membuka rekaman suara sebelumnya. Terdengarlah suara mereka dengan jelas.Selesai mendengarnya, wajah Helen dan Roselyn tampak merah. Mereka tidak menduga bahwa Luther akan merekam percakapan mereka."Kak, masih ada pekerjaan di kantor. Aku pamit dulu," ujar Roselyn yang bergegas ingin melarikan diri."Ya, ya, aku juga sibuk," ucap Helen sembari mengangguk. Keduanya buru-buru kabur dan tidak berani membuang-buang waktu."Mereka memang seperti itu, jangan dimasukkan ke hati," ujar Ariana dengan tidak berdaya."Sudahlah, aku nggak akan mempermasalahkannya untukmu," sahut Luther dengan murah hati."Terima kasih, kamu memang sangat baik." Ariana tersenyum, lalu teringat pada sesuatu. Kemudian, dia bertanya dengan malu, "Luther, untung ada kamu yang selalu menemaniku. Bagaimana kalau kita menikah lagi?""Hah?" Luther tertegun mendengarnya. Untuk seketika, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa
Di pinggiran ibu kota provinsi, di dalam pangkalan militer. Terlihat sekelompok tentara yang berbaris dengan rapi, begitu juga dengan para jenderal dan bintara. Jika dilihat dari kejauhan, tempat ini seperti dipenuhi oleh lautan manusia.Selain pasukan reguler, semua tokoh besar di kalangan militer dan politik yang bisa hadir sudah ada di sini. Semuanya dipenuhi penantian dan tampak sedikit gugup."Jenderal Raiyen, apa Dewi Perang Hani benar-benar akan datang hari ini?" Ivan yang berdiri di barisan depan merendahkan suaranya untuk bertanya pada jenderal di depannya.Baru-baru ini, mereka tiba-tiba mendapatkan kabar bahwa Dewi Perang Hani akan datang ke ibu kota provinsi. Sebagai komandan Kavaleri Harimau Macan yang merupakan unit resmi Hani, Raiyen sampai buru-buru datang kemari."Tentu saja, kamu nggak melihat 2 orang kepercayaan Dewi Perang Hani sudah di sini?" timpal Raiyen sambil memberi isyarat mata agar Ivan melihat ke depan.Ivan memandang, lalu menemukan 2 jenderal wanita yang
Wanita ini tidak lain adalah genius Keluarga Devano dan dewi perang terkuat Negara Drago, Hani!'Dewi Perang Hani memang luar biasa! Kemunculannya ini benar-benar menakjubkan!' puji Ivan dalam hatinya. Dia sangat mengagumi wanita ini.Hani terjun dari ketinggian ratusan meter, tetapi tidak terluka sedikit pun. Orang biasa tentu tidak bisa melakukan hal seperti ini. Bisa dibilang dia tidak ada bedanya dengan dewa.Meskipun Ivan tergabung dalam Kavaleri Harimau Macan, dia hanya pernah menyaksikan penampilan heroik Hani dari kejauhan. Tidak heran jika dia takjub melihat kehebatan Hani dari dekat hari ini."Salam, Dewi Perang!" sapa kedua jenderal wanita itu sambil memberi hormat."Salam, Dewi Perang!" Melihat ini, para tentara turut menyapa dan membungkukkan badan. Teriakan mereka bak petir yang menggelegar.Hani melirik ke sekitar dengan santai, tetapi tatapannya malah membuat semua orang takut. Sebuah tekanan tak kasatmata seolah-olah menyelimuti mereka, membuat mereka merasa sesak. Beg
"Achoo!" Luther yang akhirnya kembali ke Sekolah Bela Diri Draco tiba-tiba bersin. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya siapa yang tengah memakinya?"Paman!" Tiba-tiba, terdengar seruan seseorang. Luther menengadah dan melihat Charlotte bangkit dari kursinya sambil melambaikan tangan. Jelas, gadis ini sudah menunggunya cukup lama."Maaf, aku ada urusan, jadi terlambat sedikit," ujar Luther sambil berjalan ke depan."Nggak apa-apa, aku juga baru sampai," sahut Charlotte yang tidak keberatan."Oh, mana ayahmu?" tanya Luther sambil melirik ke kanan kiri, tetapi tidak menemukan Harsa."Ayahku ada urusan, jadi nggak bisa datang. Dia menyuruhku datang sendiri, juga menyerahkan surat ini kepadamu," jawab Charlotte sambil menyerahkan amplop kepada Luther.Begitu dibuka, Luther menemukan 2 macam barang di dalamnya. Yang satu adalah surat yang dilipat, sedangkan satu lagi adalah giok dengan ukiran gambar petir. Setelah membaca surat tersebut, Luther yakin bahwa Harsa tidak akan pulang untuk sementa
Luther telah mengincar Teratai Hijau Milenium selama bertahun-tahun. Asalkan mendapatkannya, itu artinya Pil Sembilan Nyawa yang dikembangkannya hanya kekurangan Jamur Tujuh Warna."Memang bagus, tapi nggak mudah untuk mendapatkan Teratai Hijau Milenium," ucap Fernando tiba-tiba."Nggak peduli berapa pun harganya, aku tetap harus membeli obat spiritual ini!" balas Luther dengan penuh keyakinan."Tuan, bukan masalah uang. Lembah Obat sama sekali nggak kekurangan uang," ujar Fernando sambil menggeleng."Jadi, apa yang mereka inginkan kalau bukan uang?" tanya Luther yang merasa agak bingung."Lembah Obat menyukai barang langka. Makin langka akan makin bagus. Baik membeli obat ataupun berobat, syarat mereka nggak pernah berubah," jelas Fernando."Hm ... dari mana aku bisa mencari barang langka dalam waktu singkat begini?" gumam Luther sambil mengerutkan dahi.Mengatasi masalah dengan uang adalah hal paling sederhana di dunia ini. Akan tetapi, Lembah Obat justru tidak membutuhkan uang. Bena
Selesai mendaftarkan diri, Luther dan lainnya menaiki kapal untuk memasuki Lembah Obat. Semua tempat yang dilewati oleh kapal dipenuhi pegunungan, air, dan pepohonan. Pemandangan ini tampak sangat indah.Setelah perjalanan sekitar 5 kilometer, ketiganya akhirnya tiba di tepian. Di depan sana, terlihat sebuah bangunan besar yang tampak megah seperti istana.Luther dan lainnya mengikuti kerumunan menaiki tangga, lalu memasuki sebuah aula megah. Aula ini sangat ramai, mereka semua datang untuk berguru kepada Lembah Obat.Lembah Obat bisa dikatakan sebagai dunia lain di ibu kota provinsi. Lima keluarga terkaya beserta tiga keluarga terhebat bahkan harus menghormati mereka. Jadi, jika bisa bergabung dengan Lembah Obat, status seseorang bisa meningkat pesat.Hanya saja, Raja Obat sangat ketat dalam perekrutan muridnya. Dia hanya menerima 10 murid setiap tahun. Bisa dibilang bahwa dia memilih yang terbaik di antara yang terbaik.Ketika Luther masih mengagumi dekorasi aula, tiba-tiba terdengar