Bruk! Kejadian mendadak ini membuat semua orang terkejut. Tidak ada yang menduga bahwa Ivan, yang tertawa riang satu detik sebelumnya, tiba-tiba muntah darah dan terjatuh ke lantai."Cepat! Bawa ke rumah sakit!" Kevin segera memerintahkan orang-orang untuk mengangkat Ivan dan membawanya keluar."Bocah! Apa ini ulahmu?!" Billy yang baru saja hendak pergi, tiba-tiba menyadari sesuatu dan berbalik dengan ekspresi marah di wajahnya."Nggak ada hubungannya denganku. Lukanya sendiri yang kambuh. Salahkan saja Harry yang memukul anakmu sebelumnya," kata Luther sambil mengangkat bahu."Kamu ...." Billy kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun menyadari ada keanehan, dia tidak punya bukti apa pun untuk marah."Kak, jangan buang-buang waktu. Yang penting sekarang adalah menyelamatkan nyawa orang!" ujar Kevin mengingatkan."Ayo berangkat!" Billy tidak berani membuang waktu, dia memandang tajam ke arah Luther sekilas sebelum pergi. Juno dan Zeona juga segera mengikuti langkahnya. Sebagai ge
Luther langsung terdiam. "A ... apa ini nggak terlalu mendadak?" Dengan wajah tersipu, Bianca bertanya, "Apakah tanggal pernikahannya sudah ditentukan? Kapan kita akan menikah?""Haha! Kamu benar-benar mengira aku serius?" Kevin melempar tatapan tajam pada mereka berdua."Ayah sendiri yang bilang begitu, apa hubungannya denganku?" ujar Bianca cemberut."Baiklah, sekarang kita bicarakan masalah yang lebih serius," ucap Kevin dengan senyum yang telah sirna. "Meskipun kita sudah melewati situasi sulit hari ini, permasalahan ini belum berakhir. Dilihat dari sifatnya, Harry tidak akan tinggal diam.""Kita punya dukungan dari Tuan Yudi dan Tuan Larry, apa Harry masih berani macam-macam?" Bianca mengernyitkan keningnya."Meskipun Harry mungkin tidak akan menyerang secara langsung, dia pasti akan berusaha menyerang secara diam-diam," ujar Kevin dengan serius. "Tuan Yudi dan Tuan Larry juga sudah balas budi, mereka pasti nggak akan membantu kita untuk kedua kalinya. Jadi sekarang, kita harus me
Pada saat itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Setelah diangkat, suara Roselyn segera terdengar di ujung telepon. "Luther, Kak Ariana mengalami kecelakaan. Segeralah datang untuk membantu!"Luther sangat terkejut sehingga bertanya, "Kecelakaan? Apa yang terjadi? Ariana nggak terluka, 'kan?""Sulit dijelaskan sekarang. Aku akan mengirimkan lokasi kami padamu, segeralah datang!" desak Roselyn."Oke." Usai mengatakan itu, Luther tidak berbasa-basi lagi. Dia langsung mengakhiri panggilan dan bergegas ke sana.Pada saat ini, di jalan raya, sebuah mobil Maserati bertabrakan dengan mobil Bentley. Kedua mobil itu mengalami kerusakan serius, hingga puing-puing berserakan di sekitarnya.Setelah kecelakaan terjadi, beberapa anak muda keluar dari dalam Bentley. Sosok yang memimpin adalah seorang wanita berambut merah yang berpakaian mewah. Begitu si wanita berambut merah turun dari mobil, dia sontak memukul jendela mobil Ariana dengan emosi. Selain itu, dia terus mengumpat, "Hei! Apa kalian tahu ca
Keesokan harinya, di Grup Warsono. Luther datang seperti biasa untuk melaporkan diri di perusahaan. Sebagai Kepala Departemen Keamanan, pekerjaannya sehari-hari bisa dikatakan sangat santai. Pagi-pagi datang untuk absensi, memerintahkan timnya untuk melakukan patroli, dan kemudian dia hanya bersantai. Dia bebas melakukan apa pun yang dia inginkan, karena tidak ada yang mengawasinya.Tok, tok, tok ....Luther baru saja duduk di kantornya ketika dia mendengar ketukan pintu. Tak disangka, orang yang datang adalah Wakil Direktur Perusahaan, Herbert."Luther, kamu ada waktu? Apa kita bisa bicara?" Herbert masuk ke ruangan sambil tersenyum."Ternyata Pak Herbert, apa ada yang mau disampaikan?" Luther tetap duduk di tempatnya."Pak Luther, aku meminta bantuan temanku untuk membawakan daun teh premium untukmu. Mudah-mudahan kamu suka." Herbert meletakkan kotak teh yang dibungkus dengan rapi di atas meja."Teh premium? Harganya pasti sangat mahal, 'kan?" Luther mengernyitkan kening."Nggak sebe
"Memangnya kenapa kalau aku menindas kalian? Apa aku nggak berhak?" tanya si wanita berambut merah. Dia berdiri sambil berkacak pinggang dan berekspresi sangat galak.Namun, Ariana malah memperingatkan, "Biar kuberi tahu, aku sudah menelepon polisi. Kalian sebaiknya jangan macam-macam!" Sejak terjadi kecelakaan barusan, Ariana telah meminta Roselyn untuk menelepon beberapa kali."Menelepon polisi?" Mendengar itu, si wanita berambut merah tertawa terbahak-bahak, bahkan tampak sangat bangga. Beberapa anak muda di belakangnya juga tertawa dengan nada meremehkan. Jelas, merasa sangat percaya diri."Kamu kira menelepon polisi bisa membuatku takut? Percayalah, aku bisa melempar kalian ke sungai dan nggak akan ada yang bisa melakukan apa pun terhadapku!" ucap si wanita berambut merah seraya tersenyum dingin."Apa kamu kira, kamu bisa mengabaikan hukum begitu saja?" tanya Ariana sembari mengernyit."Hukum? Hmph ... kata-kataku adalah hukum! Sekarang, cepat beri aku kompensasi sebanyak 20 milia
Beberapa orang segera berteriak, mereka jelas menganggap remeh Luther. "Segera berlutut dan minta maaf. Kalau nggak, aku akan mematahkan tangan dan kaki kalian!" kata Luther dengan nada yang dingin."Huh, masih saja sesombong ini?"Pada saat itu, seorang pria melangkah maju. Dia mengulurkan jarinya dan menusuk dada Luther dengan keras, lalu berteriak, "Bocah! Apa kamu tahu siapa kami? Berani-beraninya sombong di depan kami, apa kamu percaya kalau aku ...."Begitu mengatakan perkataan itu, wajah pria itu ditampar dengan keras.Plak!Terdengar suara tamparan yang nyaring. Pria itu langsung terlempar ke udara dan kepalanya menabrak jendela mobil, lalu setengah badannya langsung masuk ke dalam mobil."Kamu berani memukul orangku? Cari mati!"Melihat adegan itu, wanita berambut merah langsung marah. seketika. Dia segera melangkah maju, tubuhnya meluncur dengan kecepatan yang luar biasa. Begitu mendekat, dia tiba-tiba meninju ke arah Luther. Pukulannya sangat kuat dan penuh dengan kekuatan h
"Argh!" Melani yang kedua lututnya telah hancur, merintih kesakitan. Dia berbaring di tanah dan kesakitan hingga berguling-guling."Hah?"Melihat adegan ini, semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka setelah Melani mengungkap identitasnya, Luther malah masih berani menyakiti Melani dan sama sekali tidak menghormatinya. Perlu diketahui, wanita di depan mereka ini adalah putri Keluarga Oscario.Biasanya, ke mana pun Melani pergi, dia akan dihormati orang-orang dan tidak ada yang berani menyentuhnya. Namun, orang ini malah berani menghancurkan kedua kaki putri Keluarga Oscario di depan umum. Sungguh kejam dan gila!"Luther! Kamu gila, ya? Apa kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan?"Setelah terkejut sejenak, Roselyn langsung melompat bangun dengan wajahnya yang pucat karena ketakutan."Kamu ... malah berani melukai Nona Melani? Kamu dan seluruh keluargamu pasti mati!""Benar! Keluarga Oscario pasti tidak akan melepaskanmu. Kali ini, tidak peduli kalian membayar berapa banyak pun tidak
"Kak! Ibuku baru saja menelepon, katanya ada orang yang melihat Malcolm makan di Restoran Peach. Dia dan Bibi sudah pergi ke sana dan meminta kita juga ikut untuk menangkap pencuri itu!" kata Roselyn."Malcolm? Penipu itu masih berani muncul?" Ariana mengernyitkan alisnya dengan marah.Beberapa waktu yang lalu, area bangunan yang mangkrak itu hampir membuat keluarga Ariana bangkrut dan akhirnya Luther yang menanggung semuanya. Semua hal itu tentu saja membuatnya merasa sangat kesal kepada Malcolm."Luther! Jangan diam saja, segera ambil mobil. Hari ini kita harus mengambil kembali semua uang yang Malcolm tipu!" kata Roselyn dengan marah dan kesal."Area bangunan yang mangkrak itu sudah kubeli, kalian tidak rugi. Kenapa begitu bersemangat?" Luther merasa bingung."Hei! Apa yang kamu katakan? Semua orang juga tahu penipu seperti Malcolm ini harus dihukum untuk menegakkan keadilan!" kata Roselyn dengan tegas."Benarkah?"Luther tersenyum dan tahu apa yang terjadi, tetapi tidak membeberka