Omri berpikir bisa mendapatkan sesuatu secara gratis, mereka sudah seharusnya senang. Jika masih memiliki keinginan lain, berarti tidak tahu diri."Aku berharap memang begitu," kata Misandari dengan ekspresi tenang. Ketamakan Jennie sudah membuatnya merasa sangat tidak senang. Ada orang yang makin keterlaluan jika kamu makin mengalah."Sudahlah. Kalau Nona Misandari nggak bersedia, aku juga nggak akan memaksa"Setelah menatap Misandari dengan tatapan ambigu, Jennie mengalihkan pandangannya ke cairan spiritual yang dikendalikan Luther dan berkata, "Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, aku akan mendapat setengah dari harta-harta di sini. Termasuk cairan spiritual ini, aku juga ingin setengah."Mendengar perkataan itu, Toro dan yang lainnya tidak puas dan membantah, "Hei! Apa kamu nggak terlalu serakah? Kamu hanya ikut dari belakang saja, nggak berbuat apa-apa dan menanggung risiko apa pun. Apa hakmu langsung meminta setengahnya?"Mina juga ikut menambahkan, "Benar sekali! Kalau Nona Mis
"Kalian nggak perlu bertengkar lagi, kalian nggak akan bisa membawa keluar satu pun harta dari sini lagi!" Seiring suara tawa dingin, banyak ahli bela diri yang tiba-tiba menyerbu masuk dari luar dan segera menutupi jalan keluarnya.Ahli-ahli itu adalah para elite dari Sekte Drakonas dan Sekte Ligiken. Di antara mereka, ada beberapa wajah yang sudah tidak asing lagi dan yang paling mencolok adalah Gino dan Khair.Yang terpenting adalah bukan hanya jumlah dari kedua sekte itu menjadi berlipat ganda, bahkan ada banyak ahli di dalamnya. Hampir semua penanggung jawab, pelindung, dan tetua sekte yang bisa datang telah berkumpul di sana. Bisa dibilang, lebih dari 80% ahli dari Sekte Drakonas dan Sekte Ligiken telah berkumpul di sana."Nona Misandari, kita bertemu lagi," kata Khair sambil tersenyum dingin dan tatapan yang serakah.Setelah masuk ke istana, mereka sudah melihat tumpukan harta di lantai. Terutama harta berharga di ruangan makam dan kolam yang dipenuhi cairan spiritual. Bagi mere
Seorang pria tua berpakaian hijau dari kubu Sekte Drakonas mendengus. Orang ini bernama Tukul, seorang tetua dari Sekte Drakonas yang sudah mencapai tingkat semi-master. Dengan pengalaman dan kekuatan tempurnya, dia bahkan sanggup menghadapi seorang ahli tingkat master yang sebenarnya."Apa yang dikatakan Tetua Tukul memang benar, kalian sama sekali nggak layak bernegosiasi dengan kami," kata Gino dengan dingin. Sekarang mereka bertekad untuk mendapatkan harta itu, bagaimana mungkin mereka akan berbagi harta itu dengan yang lainnya."Sekte Drakonas dan Sekte Ligiken memang hebat, tapi kami juga nggak lemah. Kalau benar-benar harus bertarung, siapa yang akan menang masih belum pasti," kata Misandari dengan dingin. Dia tidak ingin memulai pertarungan, tetapi dia juga tidak akan segan jika lawannya terus mendesak."Huh! Benar-benar nggak tahu diri! Kalian ini hanya sekumpulan pecundang, mana mungkin sebanding dengan kami," kata Tukul dengan sangat meremehkan. Sekelompok anak kecil pun ber
"Bahkan ketua Sekte Drakonas, Wayan, pun sudah datang. Sepertinya hari ini kita memang ditakdirkan untuk pulang dengan tangan kosong.""Haeh .... Semua ini benar-benar takdir.""Awalnya aku pikir kita bisa keluar dari sana dengan bertarung mati-matian, sekarang hanya bisa menyerah saja."Semua orang menggelengkan kepala dan menghela napas panjang. Semua itu wajar karena reputasi Wayan terlalu menakutkan. Dia adalah ahli nomor satu di wilayah barat daya dengan posisi yang tak tergoyahkan. Meskipun Luther adalah master muda, dia tetap tidak sanggup melawan ahli top seperti Wayan. Bagaimanapun juga, ada perbedaan besar juga antara sesama master."Ketua Sekte Drakonas?"Luther mengernyitkan alis. "Oh ... aku ingat sekarang. Ternyata kamu adalah ahli nomor satu di barat daya yang disebut ahli top itu, 'kan?"Dilihat dari aura yang dikeluarkan Wayan, Luther memperkirakan Wayan adalah tingkat master tahap akhir. Dengan kekuatan seperti ini, Wayan memang pantas menjadi penguasa di wilayah ini.
Dilihat dari ekspresi mereka, orang-orang dari Sekte Drakonas masih merasa tidak puas."Anak muda, bagaimana menurutmu?" kata Wayan yang menoleh dan menatap Luther kembali. Dia berusaha melawan pendapat banyak orang untuk menawarkan posisi wakil ketua, ini menunjukkan dia sangat menghargai Luther."Nggak peduli apa pun itu, aku nggak tertarik menjadi wakil ketua. Apalagi terlibat dengan Sekte Drakonas," tolak Luther secara langsung. Dia bahkan tidak tertarik menjadi raja Atlandia, apalagi hanya wakil ketua sekte."Oh?"Senyuman di wajah Wayan memudar dan berkata dengan ambigu, "Anak muda, kesempatan ini nggak akan datang lagi kalau kamu melewatkannya. Kamu yakin akan menolak tawaranku?""Yakin," kata Luther sambil menganggukkan kepala."Kalau begitu, nggak ada yang perlu dibicarakan lagi," kata Wayan dengan ekspresi yang perlahan-lahan dingin. Usahanya untuk merekrut Luther malah ditolak begitu saja, ini jelas membuatnya malu."Huh! Benar-benar nggak tahu diri! Ketua merekrutmu karena
Melihat Tukul yang tergantung di dinding dengan kondisi yang tidak pasti dan Ega yang terluka parah hingga memuntahkan darah, semua orang bengong di tempat. Terutama para ahli dari Sekte Drakonas dan Sekte Ligiken yang tercengang dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Para ahli itu tahu jelas kekuatan Tukul dan Ega. Meskipun keduanya bukan ahli tingkat master, kekuatan mereka tidak ada bedanya dengan ahli tingkat master. Pengalaman dan pelatihan selama bertahun-tahun membuat keduanya memiliki keunggulan yang luar biasa. Meskipun harus melawan ahli tingkat master yang biasa, mereka tetap memiliki peluang untuk menang.Setelah bekerja sama, kekuatan keduanya meningkat pesat. Mereka juga pernah mengalahkan seorang ahli tingkat master bersama-sama. Menurut para ahli itu, meskipun keduanya tidak bisa menang mutlak, setidaknya keduanya bisa memberikan perlawanan yang seimbang pada Luther.Namun, hanya dalam satu gerakan saja, keduanya sudah tergeletak di tanah. Yang satu terluka par
Ada orang yang bersedia membantunya, Wayan tentu saja merasa senang. Namun, kekuatan yang tadi ditunjukkan Luther bukan kekuatan seorang ahli tingkat master tahap awal, melainkan tingkat master tahap menengah."Kak Wayan, tenang saja. Anak ini memang hebat, tapi aku juga nggak lemah. Di seluruh wilayah barat daya ini, hanya kamu yang bisa mengalahkanku, yang lainnya tidak perlu diungkit," kata Arsen dengan penuh percaya diri.Wayan adalah ahli terkuat di barat daya ini. Arsen sudah melawan Wayan selama tiga kali dan tetap kalah, sehingga dia meremehkan siapa pun selain Wayan. Meskipun Luther sangat berbakat dan kuat, Luther masih terlalu muda menurutnya.Sementara itu, Arsen sudah mengasah kemampuannya selama puluhan tahun dan posisinya sebagai master stabil. Tidak mungkin seorang pemuda seperti Luther bisa menggoyahkan posisinya."Baiklah. Kalau kamu begitu bersemangat, aku akan membiarkanmu bermain-main dengan anak ini," kata Wayan sambil menganggukkan kepala, lalu tidak banyak berbi
"Hah?" Perubahan yang mendadak itu membuat semua orang kembali terkejut, Semuanya terjadi dengan begitu cepat, sehingga mereka tidak sempat bereaksi. Dari Luther melayangkan serangan hingga Arsen terluka parah dan kalah, semuanya terjadi dalam sekejap saja.Bagi sebagian besar para ahli, mereka hanya melihat kilatan cahaya sejenak di depan mereka dan ketua Sekte Ligiken sudah dipukul hingga tergantung di dinding. Semua proses itu benar-benar terjadi begitu tiba-tiba."Bagaimana ... mungkin?" Melihat Arsen yang sekarat, Khair langsung tertegun, matanya membelalak, dan ekspresi tidak percaya apa yang dilihatnya. Dia tidak menyangka gurunya akan kalah, apalagi dengan cara yang begitu tragis.Perlu diketahui, guru Khair adalah salah satu dari lima ahli utama di wilayah barat daya dan ahli tingkat master. Di seluruh barat daya ini, hanya Wayan, ketua Sekte Drakonas saja yang mampu menandinginya.Menurut Khair, gurunya harusnya bisa menang dengan mudah dalam pertarungan hari ini, tetapi hasi
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t