Krak krak krak.Pada saat itu, simbol-simbol di pintu perunggu itu tiba-tiba berhenti bergerak, seolah-olah tersangkut sesuatu. Pintu itu pun bergerak maju mundur dan berdecit."Eh? Apa yang terjadi? Kenapa nggak bergerak lagi?" kata semua orang yang saling memandang dengan bingung."Kapten Toro, apa yang terjadi?" Mata Misandari berkedut karena merasa agak gelisah."Nona Misandari, tenang saja. Bagaimanapun juga, tempat ini sudah berusia lebih dari seribu tahun, wajar saja kalau mekanismenya agak macet. Tunggu sebentar lagi, agak segera bergerak lagi," kata Toro sambil tersenyum. Dia sudah sering mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Bahkan ada mekanisme jebakan yang rusak karena sudah tua, sehingga tidak bereaksi meskipun sudah diaktifkan.Namun, dilihat dari bahan pintu perunggu itu, mekanisme di dalamnya seharusnya tidak rusak dan paling-paling hanya tidak begitu lancar saja. Lagi pula, tadi semua orang memukul dan menggunakan bahan peledak, sehingga pasti berpengaruh pada pin
"Hah?" Melihat pintu perunggu yang hancur berkeping-keping, semua orang yang berada di lokasi itu terkejut. Mata mereka membelalak dan ekspresi mereka terlihat tidak percaya. Mereka tidak menyangka pintu yang tadinya tak tergoyahkan meskipun sudah diledak, malah hancur hanya dengan satu pukulan Luther.Tanpa gerakan yang berlebihan dan kekuatan yang mengejutkan, hanya satu pukulan Luther yang biasa saja sudah bisa membuat pintu perunggu itu sudah langsung hancur. Sungguh sulit dipercaya."Bagaimana ... mungkin?" kata Toro dengan mata yang membelalak dan ekspresi yang terlihat sangat terkejut.Perlu diketahui, sebelumnya ada puluhan orang yang bergantian memukul pintu itu dengan senjata dan bahkan meledakkannya dengan bahan peledak, tetapi pintu itu tetap tidak bergerak. Namun, Luther berhasil menghancurkan pertahanan tak tergoyahkan itu hanya dengan satu pukulan saja. Benar-benar mengejutkan!"Astaga! Orang ini sebenarnya monster apa?" kata Mina sambil menutup mulutnya dengan terkejut
Dibandingkan dengan orang-orang di sekitar yang gembira, Misandari malah mengernyitkan alis dan tatapannya terlihat sangat kecewa. Saat tahu Mutiara Sudama bereaksi, dia sangat berharap sumber energi naga tersembunyi di dalam istana bawah air ini. Namun, setelah mencari ke mana-mana, yang ditemukan hanya beberapa harta saja dan tidak ada tanda-tanda sumber energi naga.Setelah berusaha begitu keras, ternyata hasilnya malah sia-sia. Bagi Misandari, hasil ini jelas tidak bisa diterima."Luther, apa Mutiara Sudama bereaksi?" tanya Misandari setelah menoleh, seolah-olah teringat sesuatu."Ada dan reaksinya sangat kuat," jawab Luther sambil menganggukkan kepala."Harta-harta yang ikut dikuburkan ini memang berharga, tapi harusnya nggak termasuk harta langka, 'kan? Kenapa reaksi Mutiara Sudama begitu kuat?" tanya Misandari yang merasa aneh.Misandari sudah memeriksa harta-harta di dalam kedua peti mati perunggu itu. Bagi orang biasa, harta itu cukup hidup nyaman seumur hidup. Namun baginya,
Saat semua orang selesai merebut harta karun di dalam peti mati itu, kepala pengawal Misandari kembali memeriksa seluruh ruangan makam itu dengan teliti. Namun, hasilnya tetap sia-sia."Nona, kami sudah memeriksa seluruh ruangan makan ini, tapi nggak ada mekanisme rahasia," lapor kapten pengawal."Nggak ada?"Misandari mengernyitkan alis dan tatapannya fokus pada kolam di depan peti mati itu. "Apa ada sesuatu yang tersembunyi di dalam sini?"Seluruh tempat sudah diperiksa, hanya tersisa kolam kecil yang penuh dengan cairan putih ini. Jika memang ada harta langka, kemungkinan besar berhubungan dengan kolam ini."Cairan di kolam ini mengandung energi spiritual yang luar biasa sampai tahap tidak masuk akal. Kalau aku nggak salah, kolam ini seharusnya penuh dengan cairan spiritual." Luther mengambil segenggam cairan putih dari kolam dan menciumnya, lalu segera membuat kesimpulan yang mengejutkan itu."Apa? Cairan spiritual?" Mendengar perkataan itu, Omri, Jennie, dan yang lainnya langsung
"Cairan spiritual? Benar-benar cairan spiritual? Astaga!"Melihat Omri yang melompat kegirangan, orang-orang di sekitar tertegun sejenak dan ekspresi mereka terlihat gembira. Mereka menjadi bersemangat, lalu melemparkan perhiasan di tangan mereka dan segera mendekati kolam itu untuk meminum cairan spiritualnya.Sebagai ahli bela diri, mereka semua tentu saja tahu betapa berharganya cairan spiritual ini. Cairan ini jauh lebih berharga daripada perhiasan itu, keberuntungan besar ini sangat jarang ditemukan.Bisa dibilang, setiap meminum seteguk cairan spiritual setara dengan memakan satu ginseng berusia seribu tahun. Bukan hanya dapat meningkatkan kultivasi, bisa juga untuk memperpanjang umur, memperbaiki kondisi fisik, dan meremajakan nadi hingga terlihat seperti lahir kembali. Bagaimana mungkin harta seperti ini tidak membuat mereka bersemangat?Saat ini, semua orang sudah tidak peduli lagi dengan penampilan mereka. Mereka berjongkok di tepi kolam dan mengambil cairan itu dengan tangan
Apakah ada sesuatu misterius di bawah cairan spiritual ini?"Kalian semua menjauh dulu." Luther tidak menjelaskan lebih lanjut, melainkan berjalan mendekati kolam dan mengulurkan tangan untuk mencengkeram ke atas pusat kolam.Blup!Dalam sekejap, seluruh cairan di kolam mulai bergetar dan berputar dengan cepat. Hanya dalam beberapa detik saja, terbentuk sebuah pusaran besar tepat di bawah posisi tangan Luther. Pusaran itu memutar cairan spiritual dengan makin cepat hingga akhirnya perlahan-lahan tersedot keluar dari kolam mengikuti energi sejati misterius Luther.Tak lama kemudian, semua orang pun menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Hanya dengan satu tangan saja, Luther mengangkat seluruh cairan spiritual itu dari kolam. Cairan itu terbungkus energi sejati misterius dan membentuk sebuah bola air besar berwarna putih di udara. Diameter cairan itu sekitar tiga hingga empat meter dan beratnya mencapai beberapa ton.Luther mengangkat bola air itu di atas kepala dengan satu tangan, ta
Misandari memegang mutiara spiritual dengan kedua tangannya dan menatapnya dengan tajam. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi gembiranya.Dalam pandangan Misandari, ular putih kecil itu sedang berenang di dalam mutiara itu. Jika diperhatikan dengan cermat, dia menyadari ular kecil itu memiliki dua tanduk di kepala dan cakar tajam di perutnya. Ini jelas menunjukkan ular kecil itu akan berubah menjadi naga. Justru karena inilah dia yakin ini adalah sumber energi naga."Setelah berusaha keras selama beberapa hari, akhirnya semuanya nggak sia-sia." Melihat Misandari yang begitu gembira, Luther tersenyum lega.Sepertinya, reaksi dari Mutiara Sudama tidak salah, memang ada harta langka yang bersembunyi di sini. Jika tidak ada bantuan dari Mutiara Sudama, mereka mungkin tidak akan pernah menemukan sumber energi naga yang bersembunyi di dalam mutiara spiritual ini."Nona Misandari, mutiara apa ini? Indah sekali," kata Jennie sambil mendekat dengan tersenyum dan ekspresi penasaran.Jennie tid
Omri berpikir bisa mendapatkan sesuatu secara gratis, mereka sudah seharusnya senang. Jika masih memiliki keinginan lain, berarti tidak tahu diri."Aku berharap memang begitu," kata Misandari dengan ekspresi tenang. Ketamakan Jennie sudah membuatnya merasa sangat tidak senang. Ada orang yang makin keterlaluan jika kamu makin mengalah."Sudahlah. Kalau Nona Misandari nggak bersedia, aku juga nggak akan memaksa"Setelah menatap Misandari dengan tatapan ambigu, Jennie mengalihkan pandangannya ke cairan spiritual yang dikendalikan Luther dan berkata, "Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, aku akan mendapat setengah dari harta-harta di sini. Termasuk cairan spiritual ini, aku juga ingin setengah."Mendengar perkataan itu, Toro dan yang lainnya tidak puas dan membantah, "Hei! Apa kamu nggak terlalu serakah? Kamu hanya ikut dari belakang saja, nggak berbuat apa-apa dan menanggung risiko apa pun. Apa hakmu langsung meminta setengahnya?"Mina juga ikut menambahkan, "Benar sekali! Kalau Nona Mis
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban