Hanya dengan cara seperti ini, para pejabat itu baru bisa mempertahankan jabatan mereka saat ini.Saat ini, satu-satunya orang yang memiliki kualifikasi, kemampuan, dan kekuatan untuk meneruskan posisi Raja Atlandia adalah Jenderal Besar, Jayden. Pertama, dia adalah anggota Keluarga Bennett, yang berarti dia adalah anggota keluarga kerajaan yang sah. Kedua, dia mengendalikan setengah dari pasukan Atlandia sebagai seorang jenderal besar, sehingga memiliki kekuasaan yang sangat besar. Ketiga, dia sudah mempersiapkan diri baik dalam hal koneksi, reputasi, ataupun prestasi selama bertahun-tahun ini, sehingga dia memiliki kekuatan yang cukup untuk menduduki takhta.Bisa dibilang, saat ini Jayden adalah calon penerus takhta yang diinginkan semua orang. Setelah memberikan penghormatan, banyak pejabat yang langsung pergi ke kediaman jenderal besar untuk menyatakan kesetiaan mereka padanya.Tindakan para pejabat ini tentu saja tidak luput dari pengawasan istana, tetapi saat ini Haruna tidak bis
"Kakak?" Melihat pria yang melepas topeng kulit manusia di wajahnya, Huston tertegun sejenak karena merasa terkejut dan gembira. Pria itu adalah Gerald yang menyamar untuk masuk ke dalam istana."Huston, kamu sudah banyak berkembang, sudah bisa berdiri sendiri," kata Luther sambil menatap adik tirinya dengan tatapan yang bangga. Sebenarnya, dia sudah mendengar semua pembicaraan Huston dengan Haruna tadi. Dia merasa sangat terharu dengan kepercayaan dari adiknya itu. Tentu saja, dia merasa kekhawatiran Haruna tidak ada salahnya juga. Sejak dahulu, perebutan kekuasaan selalu membuat saudara saling berkhianat dan ayah anak saling membunuh. Kekhawatiran Haruna untuk putranya itu sangat wajar."Kak, sejak kapan kamu kembali ke Atlandia?" tanya Huston."Baru saja kembali dua hari yang lalu," jawab Luther."Apa kamu sudah tahu masalah tentang ayah?" kata Huston dengan suara yang agak bergetar.Luther menatap foto di aula pemakaman itu sambil menganggukkan kepala dan tidak berbicara. Terakhir
"Aku benar-benar nggak bisa! Kak, takhta ini milikmu!" kata Huston dengan agak panik."Sudahlah, masalah takhta ini kita bicarakan lagi nanti, sekarang kita sedang menghadapi masalah dari dalam dan luar Atlandia. Sekarang yang paling penting adalah menyelesaikan semua masalah ini dulu." Luther mengalihkan topik pembicaraannya."Kak, asalkan kamu mau menanganinya, aku pasti akan mendukungmu sepenuhnya!" kata Huston dengan ekspresi serius.Luther menggelengkan kepala dan berkata, "Sekarang aku masih nggak boleh tampil di depan umum. Jayden dan kelompoknya masih nggak tahu aku sudah kembali ke Atlandia, jadi mereka nggak waspada. Kalau mereka merencanakan sesuatu, aku bisa segera bertindak tepat waktunya. Selain itu, sisa-sisa Paviliun Lingga masih bersembunyi, aku harus mencari kesempatan untuk menangkap semuanya sekaligus."Huston segera mengerti maksud Luther dan berkata, "Ternyata begitu. Aku mengerti. Urusan di istana ini serahkan saja padaku, intrik yang bersembunyi itu biar Kakak y
"Maksudmu, ada orang yang menginstruksikan empat Amangkurat itu untuk memberontak secara bersamaan?" kata Haruna sambil mengernyitkan alis.Huston berkata dengan ekspresi serius, "Betul. Saat ini, di seluruh Atlandia ini, hanya ada satu orang yang bisa membuat empat Amangkurat ini tunduk.""Jayden!" seru Haruna.Huston menganalisis sambil menyipitkan mata, "Paman Jayden ini sangat ambisius dan licik. Dia ingin memanfaatkan tangan empat Amangkurat ini untuk memaksa kita menyerahkan lambang militer. Kalau kita nggak menurut, empat Amangkurat itu akan memberontak dan memaksa kita mengirim pasukan untuk membasmi mereka, lalu dia akan mengganggu rencana kita dan membuat kita gagal. Begitu kita gagal, kekuasaan istana akan terkena dampaknya.""Saat rakyat mulai mengeluh, dia akan muncul sebagai penyelamat rakyat dari bencana dan menaklukkan empat Amangkurat. Pada saat itu, dia akan mendapat dukungan dari rakyat untuk menjadi raja di hati rakyat. Siapa pun yang mendapat dukungan dari rakyat,
Kota Sangul adalah kota perbatasan di Atlandia dan juga wilayah kekuasaan Amangkurat Kedamaian, Arafu. Dia adalah seorang jenderal yang sudah bertarung bersama Walter selama bertahun-tahun dan memperoleh banyak prestasi. Setelah diberi gelar Amangkurat Kedamaian, dia bertanggung jawab menjaga perbatasan. Selama bertahun-tahun ini, dia sudah bekerja dengan sangat baik.Pada saat itu, sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti di depan gerbang kediaman Amangkurat Kedamaian.Huston memperkenalkan dengan singkat, "Kak, ini adalah kediaman Amangkurat Kedamaian, Arafu. Arafu adalah orang yang setia dan berani. Dia sudah mengelola Kota Sangul selama bertahun-tahun dengan penuh tanggung jawab.""Siapa yang berani berkeliaran di luar?" Dua pengawal yang menjaga gerbang kediaman segera menyadari ada yang aneh dan langsung berteriak.Huston yang maju terlebih dahulu dan menunjukkan tokennya, lalu berkata dengan tenang, "Aku adalah putra bungsu Raja Atlandia, Huston.""Pangeran Huston?" Setelah melihat
Rencana Huston sangat sederhana yaitu menawarkan jalan damai sebelum menggunakan kekuatan militer dengan fokus utamanya untuk membujuk lawan menyerah dan merekrut kembali. Jika keempat Amangkurat yang memberontak itu bersedia tunduk, istana akan memaafkan mereka dan memastikan kekuasaan mereka tetap utuh. Jika tidak, satu-satunya jalan adalah menggunakan kekuatan militer untuk menekan pemberontakan ini. Pada saat itu, istana akan bekerja sama dengan empat Amangkurat lainnya dan berbagai kekuatan di Atlandia untuk membunuh pemberontak. Jika perang tidak bisa dihindari, perang kilat adalah pilihan terbaik.Setelah mendengar rencana Huston, Arafu menganggukkan kepala dan berkata dengan serius, "Aku bisa punya kekuasaan hari ini semuanya berkat ayahmu. Jangankan mengerahkan pasukan untuk menekan pemberontakan, meskipun harus mengorbankan nyawaku pun aku akan melakukannya.""Paman Arafu terlalu berlebihan. Dengan dukunganmu, kami pasti bisa melewati kesulitan ini," kata Huston."Ini adalah
Huston berbicara dengan tegas dan penuh emosi. Jika Atlandia kacau, Delapan Amangkurat, para pejabat tinggi, dan bahkan puluhan juta rakyat pun tidak akan selamat. Siapa pun yang tinggal di Atlandia yang memiliki perasaan terhadap keluarga dan negara harusnya tidak akan tinggal diam."Pangeran Huston, logikanya memang seperti ini, tapi aku ini pengecut dan takut terkena masalah. Jadi, aku selalu berpikir dua kali sebelum bertindak. Bagaimana kalau pasukanku habis semuanya saat memberantas pemberontak?" Sepertinya Rajib masih ragu-ragu."Paman Rajib, aku janji istana pasti akan memberimu kompensasi dua kali lipat untuk kerugianmu setelah masalah ini selesai," kata Huston dengan serius. Dia tentu saja mengerti maksud perkataan Huston itu untuk memanfaatkan kesempatan mencari keuntungan. Bagaimanapun juga, Rajib mempertaruhkan segalanya, kerugian Rajib akan besar jika gagal. Oleh karena itu, Rajib bisa berpikir seperti ini juga bisa dimaklumi."Pangeran Huston, bukannya aku nggak memercay
"Cepat bawa kertas dan pulpen!" Rajib yang sudah tidak sabar langsung memerintah bawahannya untuk mengambil peralatan tulis dan siap untuk membuat perjanjian pernikahan. Kesempatan seperti ini sungguh sangat berharga untuk dilewatkan. Setelah menikah dengan keluarga kerajaan, putrinya adalah calon ratu dan cucunya kemungkinan besar akan menjadi Raja Atlandia selanjutnya. Taruhan ini akan mendatangkan keuntungan yang besar."Tunggu! Pangeran, ini adalah urusan penting, harus dipertimbangkan dengan hati-hati!" Luther segera memperingatkan Huston."Eh?" Rajib mengernyitkan alisnya karena merasa kesal. Seorang pengawal kecil saja berani ikut campur dalam urusan ini, benar-benar tidak tahu diri. Jika orang ini adalah bawahannya, dia pasti sudah menghukumnya."Nggak perlu banyak bicara lagi, aku sudah memutuskan."Huston menoleh untuk melihat Luther dan berkata sambil tersenyum, "Putri Paman Rajib cantik dan berbudi luhur, bisa menikahinya adalah keberuntunganku. Kesempatan bagus ini nggak m