Ini adalah kesempatan yang langka, Adam benar-benar tidak rela untuk melepaskan kesempatan ini."Yogi, kamu adalah Dewa Militer juga, apa kamu nggak takut akan ditertawakan orang kalau bertarung dengan cara mengeroyok?" kata Adam yang sengaja menantang Yogi."Dunia persilatan punya peraturan sendiri, tapi medan perang juga punya ciri khas tersendiri. Kalian terbiasa dengan duel, aku menghormati pilihan kalian. Tapi, kami terbiasa bertarung secara berkelompok, bukankah kamu juga harus menghormati kebiasaan kami?" kata Yogi dengan tenang."Kamu ... benar-benar keras kepala!" kata Adam yang marah. Jelas-jelas tidak adil, tetapi Yogi malah berbicara seolah-olah yang dikatakannya benar. Dia belum pernah bertemu dengan orang yang tidak tahu malu seperti ini."Sudahlah, jangan banyak omong kosong lagi. Kalau mau bertarung, silakan. Kalau nggak, pergilah. Jangan bertele-tele seperti ini," kata Yogi yang mulai kesal.Perkataan Yogi ini membuat Adam marah hingga menggertakkan gigi dan hampir keh
"Hah?" Melihat senyuman Luther yang dingin, Gretel ketakutan hingga tubuhnya bergetar dan hampir mengompol.Setelah tersadar kembali, Gretel segera memohon ampun. "Luther, ayo kita bicarakan hal ini. Apa yang terjadi tadi hanya sebuah kesalahpahaman. Kalau kamu ada keluhan, kita bisa duduk dan bicara baik-baik.""Beri aku satu alasan untuk nggak membunuh kalian," kata Luther sambil perlahan-lahan mendekat dan tatapannya penuh dengan niat membunuh.Gretel segera mencari alasan dan berkata, "Alasan? Alasannya adalah ... kami masih berguna untukmu. Bukankah sebelumnya kamu ingin setengah harta kami? Kami setuju dengan syaratmu. Asalkan kamu nggak membunuh kami, kami akan menyetujui semua syaratmu."Luther menggelengkan kepala. "Sudah terlambat. Kalau kalian menyadari kesalahan kalian lebih awal, aku mungkin akan mempertimbangkan untuk melepaskan kalian. Tapi sekarang, aku menyadari kalian ini benar-benar keras kepala dan nggak pantas untuk hidup.""Luther, kami bersalah. Kami benar-benar
Luther berkata dengan ekspresi merendahkan, "Benar-benar nggak tahu diri. Apa kamu pikir aku akan takut pada Roman? Kalau aku benar-benar takut padanya, aku nggak akan membunuh Daniel."Begitu mendengar perkataan itu, Julia langsung terkejut dan bengong di tempat. Dia hampir lupa Luther bahkan berani membunuh Daniel, apalagi mereka berdua. Orang ini benar-benar gila."Sudahlah, sekarang aku juga sudah malas omong kosong dengan kalian. Setelah masuk ke penjara, kalian pasti akan buka mulut," kata Luther dengan tenang."Bawa mereka pergi," kata Yogi sambil memberi isyarat, lalu kedua pejabat wanita itu langsung menyeret Julia serta Gretel dan bersiap untuk membawa mereka pergi dengan mobil."Nggak! Aku nggak mau masuk penjara! Luther, tolong lepaskan aku, aku benar-benar sudah menyesal. Aku akan menjadi pesuruhmu dan mendengar semua perintahmu. Aku mohon, ampuni aku." Gretel benar-benar ketakutan hingga meraung-raung dan memohon dengan air mata yang bercucuran. Sekarang Keluarga Fabiano
Melihat dua mayat yang tergeletak di lantai, Luther mengernyitkan alis. Para ahli ilmu bela diri biasanya memiliki indra yang tajam, sehingga mereka akan merasakan firasat bahaya dan secara refleks menghindar saat akan diserang. Namun, kedua serangan tadi sangat tersembunyi dan ditambah lagi tidak memiliki niat untuk membunuhnya, sehingga dia tidak merasakan adanya serangan itu terlebih dahulu.Meskipun Wira tidak peduli dengan nyawa Julia dan Gretel, membunuh keduanya di depannya berarti pembunuh itu menantangnya. Dia mengangkat kepala dan melihat ke tempat tinggi dengan pemandangan yang luas di mana peluru itu berasal, tetapi sekarang pembunuh itu sudah pergi."Cepat! Segara panggil orang untuk menutup tempat ini, kita harus segera menangkap pelakunya," perintah Yogi setelah menyadari apa yang terjadi."Nggak perlu, pelakunya sudah kabur," kata Luther sambil mengangkat tangan untuk menghentikan Yogi. Julia dan Gretel memang pantas untuk mati, tidak perlu mempermasalahkannya. Sayangny
Luther berkata dengan tatapan penuh tekad, "Tentu saja. Aku sudah punya petunjuk tentang kebenaran insiden sepuluh tahun yang lalu. Apa pun yang terjadi, aku tetap nggak boleh pergi.""Baiklah. Kalau kamu sudah membuat keputusan, aku akan tetap mendukungmu. Kalau butuh bantuan, katakan saja," kata Yogi sambil menepuk dadanya.Luther tersenyum. "Tenang saja, aku nggak akan sungkan. Kalau nanti ada tugas yang sulit, aku akan mengandalkanmu.""Apa yang kamu katakan? Apa aku hanya pantas dengan tugas sulit?" kata Yogi dengan kesal."Orang yang berbakat harus bekerja lebih banyak. Kamu adalah dewa militer yang terkenal, apa ada yang nggak bisa kamu tangani?" puji Luther.Yogi berkata dengan bangga, "Benar juga sih. Kamu memang Putra Kirin, tapi ada beberapa yang masih kalah dariku."Luther terus menganggukkan kepala dan berkata dengan santai, "Ah ya. Jangan bahas soal ini dulu. Urus mayat ini dulu, aku harus pergi."Setelah mengatakan itu, Luther menepuk bahu Yogi dan pergi."Kalian lihat,
Setelah terkejut sejenak, Luther segera kembali menjadi tenang lagi. "Ternyata Nona Misandari, aku sudah lama mendengar tentangmu. Siapa yang sudah mengutus Nona Misandari datang larut malam seperti ini?"Luther tidak mengenal Misandari dan hanya pernah melihat setengah wajahnya di Lukisan Bahari itu, sehingga dia penasaran mengapa Misandari bisa tiba-tiba datang mencarinya."Tuan Gerald akan langsung mengerti setelah baca surat ini." Misandari tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia langsung mengeluarkan sebuah surat dari sakunya dan memberikannya kepada Luther dengan kedua tangan."Terima kasih," kata Luther sambil menganggukkan kepala. Setelah menerima surat itu dan membaca isinya, ekspresinya menjadi serius dan detak jantungnya meningkat.Tidak tertulis nama pengirim di surat itu dan tidak ada sapaan apa pun, hanya satu baris kalimat yang sederhana. "Raja Toraba, Edmond, sekarang tinggal di Biara Isikala di Gunung Talaka dengan nama samaran Esmond."Setelah melihat tulisan itu, Luther
"Gerald, kalau kamu bersikeras ingin pergi, aku nggak akan menghalangimu. Tapi, tolong terima ini." Saat mengatakan itu, Misandari tiba-tiba mengeluarkan sebuah jimat berwarna emas dari sakunya dan memberikannya pada Luther.Jimat itu terlihat biasa saja dan tidak terdeteksi adanya energi apa pun. Namun, Luther malah merasakan adanya aura khusus yang sangat samar dan misterius dari jimat itu. Saat dia memeriksanya dengan seksama, dia tidak menemukan apa pun."Ini adalah jimat perlindungan yang aku mohon, mungkin bisa membantumu melewati kesulitan pada saat kritis," jelas Misandari.Luther mengernyitkan alis dan merasa agak penasaran. "Jimat perlindungan? Kenapa kamu ingin membantuku padahal kita nggak pernah bertemu?""Karena kamu nggak boleh mati, setidaknya nggak boleh untuk sekarang," kata Misandari dengan nada serius. Nyawa Gerald sangat berharga dan berhubungan dengan nasib Negara Drago. Jika Gerald mati di Midyar, dunia ini pasti akan kacau. Dia tidak ingin melihat hal itu terjad
Satu malam berlalu dengan cepat. Keesokan paginya, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Luther bersiap untuk pergi."Kak Luther, perjalanan kali ini sangat berbahaya, bagaimana kalau aku ikut denganmu? Setidaknya ada yang bisa menjagamu," kata Jordan yang keluar dari kamar dengan membawa pedang di punggungnya. Meskipun dia tidak kuat, dia masih sanggup jika hanya untuk menjaga Luther.Luther menepuk bahu Jordan. "Nggak perlu. Kamu tetap di rumah saja, melindungi Paman Bahran adalah tugas utamamu. Ingat. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, segera bawa Paman Bahran dan yang lainnya pergi. Jangan ambil risiko."Jordan menganggukkan kepala. "Aku mengerti. Meskipun harus mengorbankan nyawaku, aku akan tetap melindungi Paman Bahran.""Jangan mengatakan hal sial seperti ini. Aku hanya pergi sebentar, nggak akan lama. Kalian hanya perlu tetap waspada saja. Aku pergi dulu." Setelah mengatakan itu, Luther langsung keluar.Gunung Talaka terletak di daerah terpencil dan memerlukan sekitar