Di ruang rapat Keluarga Ghanim. Begitu pulang ke rumah, Julia langsung menceritakan semua penderitaan yang dialaminya di rumah sakit kepada orang tuanya."Ayah, Ibu, Yudas benar-benar sangat menyebalkan! Bukan hanya ingin membatalkan pernikahan, dia juga ingin putus hubungan dengan Keluarga Ghanim. Aku hanya tanya beberapa hal saja, dia malah memukulku. Lihat saja wajahku sudah dipukul sampai begini. Aku nggak peduli, kali ini kalian harus membelaku!" kata Julia sambil melampiaskan semua amarah di hatinya, kelihatan jelas dia sangat marah dengan kejadian tadi. Dia adalah putri keluarga bangsawan, tentu saja dia tidak bisa menerima amarah ini karena sekarang dia dipukul orang dan juga pernikahannya dibatalkan.Giotto menggenggam tangan Julia dan berkata dengan heran, "Julia, kamu tenang dulu. Sikap Yudas biasanya dewasa dan stabil, bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti ini? Kalian berdua sedang bertengkar ya?"Julia cemberut. "Aku nggak tahu. Aku dengar semalam dia terluka, j
Flanna menganggukkan kepala. "Julia, kamu pergi mengaturnya, aku akan bertemu dengan nyonya besar Keluarga Fabiano untuk mencari tahu situasi mereka.""Nggak masalah!" jawab Julia dengan cepat."Tunggu sebentar .... Bagaimana dengan Luther? Apa kita masih perlu menghabisinya?" tanya Giotto secara tiba-tiba.Julia mendengus. "Tentu saja! Orang ini sudah memanfaatkan kekuasaan orang lain untuk menindas orang, sampai kita dan Keluarga Suratman menjadi musuh. Aku harus membalas perbuatannya ini!""Untuk menghindari kecurigaan, nggak boleh kita sendiri yang turun tangan. Kita harus meminta orang lain yang melakukannya," kata Flanna untuk mengingatkan mereka.Julia menyipitkan mata dan berkata dengan nada dingin, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku punya cara untuk menghadapi pria berengsek ini."....Saat ini, sebuah mobil sedan perlahan-lahan berhenti di depan gerbang Perusahaan Farmasi Chuwardi. Begitu pintu mobil terbuka, Luther dan Charlotte keluar dari mobil itu."
Di tengah tatapan publik, Roselyn melangkah masuk dengan angkuh sambil menenteng tas bermerek dan mengenakan sepatu hak tinggi mewah. Di belakangnya, ada dua sekretaris pria tampan yang selalu siap melayaninya. Ditambah lagi, ada puluhan pengawal di sekitarnya sehingga terlihat sangat megah seperti seorang putri dari keluarga bangsawan."Kenapa dia datang ke sini?" kata Luther dengan heran. Sudah lama tidak bertemu, penampilan Roselyn jelas sudah berbeda. Namun hanya penampilannya saja yang mewah, auranya terlihat seperti orang kaya baru."Paman, kamu kenal dia?" tanya Charlotte dengan penasaran."Kenalan lama, tapi hubungan kami nggak begitu baik," jawab Luther."Pantas saja .... Melihat wajahnya, aku merasa sebal," kata Charlotte dengan cemberut."Orang-orang dari Perusahaan Farmasi Chuwardi, dengarkan baik-baik. Suruh bos kalian keluar, aku ingin membahas sebuah bisnis besar dengannya!" kata Roselyn dengan lantang setelah melepaskan kacamata hitamnya.Pada saat itu, seorang pria ber
"Dia punya token Raja Ernest, sepertinya latar belakangnya nggak sederhana!""Aku dengar belakangan ini Raja Ernest mengangkat seorang putri angkat, apa dia orangnya?"Setelah melihat token itu, semua orang mulai berbisik-bisik dengan terkejut. Perlu diketahui, murid biasa dari Keluarga Luandi saja tidak berhak memiliki token ini, hanya orang yang sangat dihormati Ernest yang akan memiliki token emas ini. Kelihatan jelas, betapa tingginya posisi wanita di depan mereka ini.Setelah menyadari situasinya, pria berjas itu segera berlutut di lantai dan berkata degan panik, "Nona Luandi ... maafkan aku, aku yang bersalah! Tadi aku sudah meremehkanmu dan kata-kataku kasar, mohon Nona Luandi memakluminya dan maafkan aku kali ini." Saat mengatakan itu, pria berjas itu terus membenturkan kepalanya ke lantai dengan keras."Huh! Sekarang baru tahu takut? Kenapa nggak seperti ini dari awal?" kata Roselyn dengan nada angkuh sambil mengangkat dagunya. Dia sangat menikmati perasaan dikagumi dan ditak
Setelah kebohongannya dibongkar, Roselyn langsung berkata dengan marah karena malu, "Kamu ... lancang! Luther, sekarang aku adalah orang dari Keluarga Luandi, kamu berani nggak menghormatiku? Kamu sudah bosan hidup ya?""Sudahlah, kamu nggak usah berpura-pura di depanku. Kita juga bukan pertama kali bertemu, aku sangat mengerti kepribadianmu," kata Luther dengan ekspresi yang tetap tenang.Roselyn memelototi Luther dan berteriak, "Omong kosong! Jangan merendahkan orang. Aku sudah berbeda dengan dulu, sampah sepertimu ini nggak akan bisa menandingi statusku yang sekarang seumur hidupmu. Aku perintahkan kamu untuk segera berlutut dan minta maaf padaku. Kalau nggak, kamu tanggung sendiri konsekuensinya!"Luther tersenyum sinis. "Dasar orang aneh. Kamu benar-benar berpikir kamu bisa merendahkan orang lain dan bertindak sewenang-wenang karena statusmu naik?"Roselyn mengeluarkan token emasnya lagi dan berkata dengan angkuh, "Kenapa kalau aku bertindak sewenang-wenang? Apa kamu berani melawa
"Siapa yang berani membuat keributan di wilayahku?" kata Berry dengan ekspresi dingin. Terasa auranya yang sangat kuat di seluruh tempat yang dilewatinya, bahkan para pengawal yang menakutkan itu pun secara refleks memberinya jalan."Siapa kamu? Berani-beraninya kamu ikut campur dengan urusanku!" kata Roselyn sambil menyilangkan kedua tangannya dan mengangkat kepala. Dia tiba-tiba menyadari wanita di depannya ini ternyata lebih cantik, berbakat, dan kaya dari dirinya. Dia merasa cemburu."Aku adalah ketua Perusahaan Farmasi Chuwardi, aku yang mengurus semua urusan di sini," kata Berry dengan tenang."Kamu ketua ya? Kebetulan sekali kamu datang."Roselyn menunjuk pada Luther dan Charlotte, lalu berkata dengan angkuh, "Sekarang aku perintahkan kamu untuk segera mengusir mereka, nggak boleh berbisnis dengan mereka!""Usir mereka?"Setelah melihat Luther sekilas, Berry menatap Roselyn kembali dan berkata, "Maaf, aku nggak bisa melakukannya. Tuan Luther adalah mitraku dan juga pemegang saha
"Plak!" Suara tamparan yang nyaring tiba-tiba bergema di seluruh aula. Roselyn yang tadi masih berteriak-teriak langsung terjatuh di lantai karena pusing dan ekspresinya terlihat bingung."Hah?" Semua orang di sekitar menjadi bengong dan mata mereka membelalak karena tidak percaya dengan adegan itu. Tidak ada yang menyangka Luther berani memukul orang dari Keluarga Luandi. Apalagi, Roselyn masih memegang token emas Keluarga Luandi yang berarti kedudukannya tinggi. Memukul Roselyn sama saja dengan memukul wajah Raja Ernest. Apakah orang ini sudah gila?"Kamu ... berani memukulku?" Roselyn memegang wajahnya merasa terkejut dan heran, tetapi dia lebih merasa tidak percaya dengan adegan ini. Sejak menjadi bagian dari Keluarga Luandi, dia selalu merasa berkuasa karena menjadi tokoh yang dikagumi semua orang. Biasanya, orang-orang akan mengikuti keinginannya dan menyanjungnya, bahkan tidak berani membantahnya. Namun, orang di depannya ini malah berani menampar wajahnya di depan umum. Apa mak
Masalahnya adalah Roselyn sudah melemparkan kata-kata ancaman yang kejam tadi, bukankah hanya akan mempermalukan dirinya saja jika mundur pada saat ini? Bagaimana dia akan bertahan di industri ini lagi kelak?Saat Roselyn tidak tahu apa yang harus dilakukan, tiba-tiba terdengar suara dengan nada dingin. "Nona Roselyn, nggak perlu merepotkan kekuatan Keluarga Luandi untuk menghadapi tokoh kecil seperti ini, serahkan pada kami saja."Seiring dengan suara itu, terlihat dua wanita muda cantik yang berpakaian mewah memasuki aula itu bersama-sama. Wanita di sebelah kiri yang mengenakan pakaian merah dengan ekspresi angkuh dan mulia adalah Julia.Sementara itu, wanita di sebelah kanan yang mengenakan pakaian putih dengan ekspresi dingin dan juga angkuh adalah wanita yang pernah bertemu dengan Luther beberapa kali, Gretel. Saat masih di Provinsi Narata sebelumnya, keduanya pernah bertengkar di taman kanak-kanak. Setelah itu, keduanya bertemu lagi di arena pacuan kuda Keluarga Morgana dan berte
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar