"Huh! Besar sekali nyali Luther ini! Beraninya dia menantang kita! Benar-benar nggak tahu diri!" maki Giotto dengan tatapan galak.Belakangan ini, demi membuat Salep Halimun populer, Keluarga Ghanim menghabiskan banyak sumber daya mereka. Iklan mereka ada di mana-mana, mereka menawarkan dividen dan keuntungan serta menginvestasikan banyak uang.Mereka berniat menggunakan salep ini untuk membangun reputasi, menghasilkan banyak uang, dan memperluas koneksi. Tanpa diduga, Luther malah mengacaukan rencana mereka. Menyebalkan!"Julia, bukannya aku menyuruhmu menghabisi bocah itu? Kenapa dia masih hidup?" tanya Flanna sembari menoleh tiba-tiba. Dia menatap putrinya dengan tatapan menyalahkan."Aku ...." Julia tidak bisa berkata-kata. Di bawah tatapan tajam ibunya, dia langsung melemparkan tanggung jawab kepada Yudas. "Sebenarnya, Kak Yudas yang mengaturnya."Sudut bibir Yudas pun berkedut. Dia hanya bisa memberanikan diri untuk berucap, "Bibi, aku sudah memanggil banyak ahli beberapa hari in
"Angkat plakatnya lebih tinggi, taruh di tempat yang lebih mencolok. Karpet harus digelar sampai luar. Tim barongsai sudah datang belum? Suruh mereka cepat, perusahaan sudah mau diresmikan." Berry sibuk menginstruksi. Dia harus memastikan semuanya sudah beres baru bisa merasa lega. Hari ini, tidak boleh ada kesalahan apa pun. Semua harus berjalan lancar."Berry ...." Sebuah Maybach tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Kemudian, terlihat Sabian mendekat sambil tersenyum."Ayah, kamu sudah sampai." Berry berhenti menginstruksi dan menyambut ayahnya."Gimana? Apa semuanya lancar?" tanya Sabian sembari mengamati sekeliling untuk menikmati hasil jerih payah putrinya."Tentu saja lancar. Nggak mungkin ada masalah kalau aku yang mengaturnya," timpal Berry dengan penuh percaya diri."Bagus." Sabian mengangguk dan meneruskan, "Aku sudah mencari beberapa teman lamaku. Mereka sangat tertarik dengan Salep Halimun dan akan datang untuk meramaikan suasana hari ini.""Syukurlah! Terima kasih, Ayah!"
"Kenapa mereka datang ke sini?"Berry dan Sabian saling memandang sekilas dengan ekspresi yang mulai serius. Orang yang turun dari mobil itu bukan tamu yang datang memberi selamat kepada mereka, melainkan anggota dari Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman. Jelas sekali, kedatangan orang-orang itu tidak berniat baik.Luther tidak menunjukkan reaksi apa pun, seolah-olah dia sudah memperkirakan hal ini. Dengan reputasi dari Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman, mereka pasti tidak akan membiarkan Keluarga Chuwardi untuk merebut keuntungan ini. Oleh karena itu, mereka pasti akan mengirim orang untuk membuat kekacauan."Pak Sabian, sudah lama nggak bertemu. Bagaimana kabarmu?" kata Giotto dengan ekspresi yang penuh dengan senyuman palsu sambil memimpin sekelompok orang untuk mendekat."Pak Giotto, sebuah kehormatan besar kamu bisa datang ke sini. Maaf kalau sambutannya kurang bagus," kata Sabian sambil memberi hormat dan juga menunjukkan senyuman palsu."Aku dengar belakangan ini Keluarga C
"Kalau bukan karena aku menyadarinya tepat waktu, mungkin sekarang aku sudah mati. Aku sudah berkali-kali membantu kalian, tapi Keluarga Ghanim malah membalas kebaikanku dengan kejahatan dan melanggar janji. Aku justru penasaran, siapa sebenarnya yang licik dan nggak tahu malu? Siapa yang nggak punya hati nurani?"Kata-kata Luther yang terakhir dikatakan dengan begitu tegas sehingga banyak orang di sekitar mulai berbisik-bisik, bahkan ekspresi Giotto pun menjadi agak muram. Hal yang tidak pantas dilakukan seperti ini malah diungkap orang di depan umum, memang agak memalukan. Jika tahu semua akan menjadi kacau seperti ini, saat itu seharusnya tidak membiarkan Luther pergi dari Keluarga Ghanim.Julia merasa agak marah. "Kamu ... omong kosong! Luther, jangan kira aku nggak tahu kamu punya niat buruk terhadapku. Setelah kutolak, kamu terus menyimpan dendam di dalam hatimu dan mencari kesempatan untuk balas dendam. Orang sepertimu ini benar-benar licik!"Luther mengerucutkan bibirnya dengan
Mobil jenazah itu adalah mobil kotak berwarna hitam. Di depan mobil itu tergantung sebuah karangan bunga putih yang besar, sedangkan di sisi kanan dan kirinya terdapat karangan bunga kecil dan di mobilnya tertulis kata jenazah.Melihat adegan itu, sekelompok Keluarga Chuwardi langsung mengernyitkan alis. Mobil jenazah datang di hari pembukaan ini jelas bukan untuk memberi selamat, melainkan pengumuman kematian. Benar-benar sial!Saat mobil jenazah itu berhenti, dua mobil bisnis lainnya mengikuti di belakang. Begitu pintu mobil terbuka, sekelompok orang yang mengenakan pakaian duka putih bergegas keluar. Pada saat yang bersamaan, peti mati yang diukir dengan anggun diangkat keluar dan akhirnya diletakkan di depan pintu perusahaan Keluarga Chuwardi."Siapa di antara kalian yang membuat Salep Halimun? Keluarlah!" Pada saat itu, seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian duka tiba-tiba maju dan berteriak dengan marah."Siapa kalian? Kenapa kalian membawa barang ini ke sini?" tanya Ber
Saat ini, sekelompok kerabat yang mengenakan pakaian duka mulai berteriak marah dan menangis hingga membuat kekacauan besar yang menarik perhatian banyak orang di sekitar. Beberapa orang yang tidak memahami situasinya pun mulaii mencaci maki. Ada yang orang yang bahkan mengeluarkan ponsel untuk mulai merekam kejadian itu dan mengunggahnya ke internet. Dalam sekejap, suasana di tempat itu menjadi riuh.Berry mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat muram. Dia memang tahu hari ini akan ada orang yang membuat kekacauan, tetapi dia tidak menyangka akan begitu merepotkan. Dia merasa agak kewalahan karena tidak bisa memukul dan memarahi orang itu, bahkan menjelaskan hal itu pada orang itu juga tidak berguna.Pada saat itu, Julia tiba-tiba berkata dengan nada sinis, "Berry, aku pikir Salep Halimun adalah obat ajaib, ternyata hanya racun yang mencelakai orang. Keluarga Chuwardi adalah keluarga terhormat, tapi nggak nyangka kalian malah melakukan hal yang mencelakai orang seperti ini demi me
"Huh! Berani menantang kami? Cari mati saja!" Melihat Berry yang kebingungan, Julia tidak bisa menahan tawa dinginnya.Dunia bisnis sama seperti medan perang, Keluarga Ghanim sudah terbiasa melakukan trik kotor seperti ini. Sebelumnya, para keluarga kecil ataupun menengah yang tidak menghormati dan menolak untuk tunduk pada Keluarga Ghanim akan selalu berakhir hancur. Sepertinya, Keluarga Chuwardi juga akan berakhir seperti itu.Melihat putrinya sudah kebingungan, Sabian akhirnya maju dan berkata dengan tegas, "Fitnah! Semua itu hanya fitnah! Aku bersedia menggunakan reputasi Keluarga Chuwardi sebagai jaminannya. Salep Halimun yang kami kembangkan ini sudah sesuai dengan semua peraturan dan nggak ada masalah apa pun. Kejadian hari ini murni adalah jebakan seseorang yang sengaja memfitnah kami!""Omong kosong! Sekarang buktinya sudah jelas, ayahku benar-benar dibunuh oleh kalian!" teriak pria paruh baya itu.Salah seorang wanita di belakang pria itu juga menyesuaikan aktingnya dengan pr
Luther berkata dengan tenang, "Orang dari Kementerian Kesehatan nggak punya surat perintah penangkapan, atas dasar apa kalian menangkap orang?""Benar sekali! Kalian boleh menghentikan pengedaran obat-obatan, tapi nggak berhak menangkap orang!" kata Sabian yang segera menanggapi perkataan Luther.Setiap departemen memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Kementerian Kesehatan memang bertanggung jawab tentang hal medis, tetapi mereka tidak berhak untuk menangkap dan menginterogasi seseorang."Kalian sudah melanggar hukum, jadi kami sebagai pejabat pemerintahan tentu saja bertanggung jawab menangani kalian," kata pria botak itu dengan tegas."Nggak perlu berlagak hebat. Kalaupun kami melanggar hukum, kalian tetap saja nggak berhak menangkap kami, apalagi kita nggak melanggar hukum," kata Luther dengan ekspresi yang tetap tenang.Mata pria botak itu memelotot. Merasa otoritasnya ditantang, dia marah karena malu dan berkata, "Lancang! Anak muda, kuperingatkan kamu, jangan halangi kami men