Rasky memandang Gerald dengan tatapan tajam. Pria itu tidak habis pikir mengapa manajernya memarahinya sedemikian keras hanya karena ia mendekati Elena.
Ini benar-benar aneh menurutnya. Seingatnya Gerald tidak pernah memberikan peringatan sekeras ini padanya, bahkan ketika dirinya terkena kasus dengan Janeta, Gerald tidak semarah ini. Lalu, ada apa sebenarnya dengan Gerald?
Apa mungkin Gerald sebenarnya memiliki hubungan dengan Elena? Tetapi... bukankah Rasky pernah menanyakan hal itu dan langsung di sanggah oleh Gerald.
Lalu apa alasannya?
"Omongan gue yang kemarin belum jelas yah? Perlu gue jelasin lagi sama lo kalau lo harus berhenti cari masalah?" tanya Gerald dengan nada tidak bersahabat begitu bertemu dengan Rasky di kantor pria itu.
"Cari masalah apaan sih? Perasaan dari kemarin gue diem aja. Gue kan udah sebulanan ini sama lo terus," jawab Rasky santai.
"Apa? Diem? Lo sadar gak, kalau apa yang lo lakuin sama Elena kemaren itu namanya
Elena sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Hidupnya di beberapa bulan belakangan mendadak rumit. Ia kehilangan kehidupan ketenangannya yang dulu.Entah ini bermula sejak ia menemukan Damar yang berselingkuh. Atau ketika ia bertemu dengan pria bernama Rasky.Kedua hal itu terjadi hampir bersamaan. Dan keduanya juga berhasil mengguncang kehidupan Elena. Tetapi… mengapa hanya pria itu yang ada di pikirannya kini. Pria yang berhasil membuat Elena yang cuek menjadi penasaran karena tingkahnya yang tidak bisa diprediksi.Terkadang pria itu mengejarnya. Tetapi keesokannya bisa saja pria itu menghilang. Atau bisa saja ia menjadi orang paling manis tetapi terkadang pria itu bisa jadi sosok yang menyebalkan.Kadang bisa sangat mengalah tapi di beberapa pertemuan bisa menunjukkan sikap keras kepalanya.Ini membingungkan Elena. Ia bingung akan menentukan keputusan apa yang akan ia buat karena tidak ada hal yang bena
Elena masih bergelung di dalam selimut pagi itu. Ia sudah berniat untuk menghabiskannya akhir pekan ini untuk hibernasi saja di dalam kamar. Wanita itu benar-benar ingin mengistirahatkan pikirannya dari semua masalah yang terjadi belakangan ini.Ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Elena yang sedang dalam mode malas, bukan tidak mendengar. Tetapi ia terlalu enggan untuk menemui sosok di balik pintu."Mba... ini udah siang. Mau sampai kapan lo tidur?" teriak Elang yang mulai menggedor pintu kamar Elena dengan tidak sabaran.Elang sepertinya benar-benar gigih mengganggu waktu libur Elena kali ini. Padahal biasanya pria itu sudah pergi bekerja di pagi hari.Walaupun masih menjadi mahasiswa, Elang terkadang mengambil pekerjaan freelance di waktu libur.Elena yang tahu jadwal Elang, awalnya merasa aman. Ia memang berniat menghindari pria itu. Memilih diam di dalam kamar sampai Elang pergi bekerja. Namun, jika begini caranya, bagaimana bisa E
Rasky sudah rapi di hari libur yang seharusnya pria itu habiskan untuk meringkuk seharian di atas kasur seperti biasanya. Namun, itu tentu saja berbeda untuk hari ini dan mungkin akhir pekan selanjutnya."Lo ganteng banget ternyata," ucap Rasky pada bayangan dirinya yang tengah tersenyum di dalam cermin. Memastikan sekali lagi penampilannya sudah benar-benar memuaskan, ia pun melangkah keluar apartemennya.Sambil bersiul riang ia berjalan di koridor. Sesekali ia tersenyum memikirkan apa yang akan ia lakukan seharian ini bersama… ekhem pacarnya. Ah, membayangkan saja sudah membuat dadanya berdebar.Rasky menjalankan mobil kesayangannya seorang diri tanpa ditemani asisten ataupun manajernya. Ia benar-benar ingin berdua saja dengan Elena.Pria itu menepikan mobilnya di sebuah komplek perumahan yang sudah beberapa kali pria itu singgahi. Ia sempat melirik kaca spion untuk memastikan kembali penampilannya.Dengan senyum terkembang. Ra
Elang dan Rasky sama-sama saling mengayunkan bogem mereka ke tubuh lawannya. Tentu saja hal ini membuat Elena berteriak histeris untuk menghentikan pertikaian keduanya yang entah apa sebabnya.Elena bahkan tanpa pikir panjang menghadang Rasky yang bersiap kembali memukul wajah Elang yang sudah membiru di beberapa sisi. "Udah! Berhenti! Dia adik aku!" teriak Elena.Tinju Rasky yang sudah hampir mengenai wajah Elang, menggantung di udara begitu saja. Tatapan tajam yang sejak awal ia pasang kini berubah menjadi tatapan terkejut begitu melihat Elena menatapnya tajam."Kamu ngapain sih, Mbak? Kalau kena pukul gimana?" teriak Elang yang tanpa sadar menaikkan nada suaranya yang khawatir jika sampai Elena terkena pukulan."Kamu yang ngapain?" ucap Elena dengan nada tidak kalah tinggi, wanita itu bahkan sudah menatap Elang tajam."Dan kamu juga. Ngapain kamu pukul Adik aku, hah?" tanya Elena pada Rasky yang kini terlihat kebingungan.
Elena tengah bersiap-siap di dalam ruangannya. Ia melakukannya dengan terburu-buru karena sebelumnya ia baru saja selesai memberikan briefing kepada timnya yang akan ia tinggal seharian ini.Yah, seharian ini ia akan menemani Rasky. Pria satu itu benar-benar luar biasa. Karena hanya seorang Rasky Karindra saja artis yang memberikan syarat secara personal untuk ditemani oleh Elena selama proses syuting berlangsung."Aku gak balik kantor lagi, yah. Tapi kalau ada yang penting bisa hubungi aku kok," ucapnya di depan pintu ruang kerjanya sambil menatap Diaz dan Nayla."Siap, Mba. Kita justru yang khawatir Mba ada apa-apa di sana. Mengingat Mas Rasky bakalan seharian recokin Mba terus." Nayla menatap Elena dengan tatapan prihatin.Nayla sudah mendengar kabar jika Rasky memiliki permintaan khusus untuk kerjasamanya dengan perusahaan milik Arletta. Di mana pria itu ingin segala keperluannya selama bekerjasama ditangani langsung oleh Elena. Tahu
Elena berdiri tidak jauh dari Rasky yang sedang fokus menjalani syuting. Ia sengaja berada di situ karena permintaan Rasky untuk berada tidak jauh dari pria itu dengan alasan agarmudah merespon apa yang dibutuhkan Rasky.Elena menyadari itu semua hanyalah akal-akalan Rasky saja. Karena semenjak proses syuting berlangsung, apa yang menjadi kebutuhannya sudah disiapkan oleh asisten pria itu.Sementara Elena hanya diminta duduk manis saja tanpa melakukan apapun. Jadi dia minta gue yang handle syuting cuma buat liatin dia doang? bener-bener modus.Tatapan menyipit Elena lemparkan ke arah pria itu begitu menyadari cara lelaki itu mendekatinya. Ia memandang Rasky yang tengah sibuk di depan kamera. Pria itu terlihat luwes sekali mengikuti arahan tim kreatif. Ia juga tidak kesulitan untuk bergaya walaupun saat itu ada banyak orang yang turut ikut dalam pekerjaan kali ini.Tanpa sadar, Elena jadi memperhatikan setiap gerak Rasky. Kulit putih pria itu terliha
Damar baru saja menyelesaikan syutingnya bersama tim dari Lunar TV. Hari baru saja beranjak siang. Tapi entah mengapa ia sudah sangat kelelahan dan tidak bersemangat.Lelah. Hanya kata itu yang bisa Damar gambarkan untuk dirinya kali ini. Niat awal ia terlibat dengan Lunar TV adalah demi mengejar kembali Elena. Dan..., yah memang. Ia jadi lebih sering melihat Elena. Tapi... hanya sebatas itu.Elena dekat dengannya. Masih dapat ditangkap keberadaannya oleh matanya. Namun, wanita itu sebenarnya sungguh jauh. Jauh, hingga tidak tergapai oleh tangannya.Hubungan mereka tidak hanya kembali ke titik nol. Tapi mungkin bisa jadi ada di posisi minus. Elena bukan lagi memandangnya dengan tatapan asing. Tetapi dari kilat matanya, Damar tahu jika amarah itu masih ada. Dan itu jelas membuatnya sadar jika Elena sudah pasti tidak mau berhubungan apapun dengan dirinya.Kali ini, Elena lebih sulit ia dekati. Lebih sulit daripada ketika mereka belum saling mengenal.
Damar masih berdiam di dalam mobilnya yang ia parkir tidak jauh dari pintu masuk restoran. Ia masih setia berada di sana, walaupun Elena dan teman-temannya sudah sepuluh menit lalu meninggalkan resto.Damar diam dalam semua pikiran yang terus berjejal masuk ke dalam otaknya. Dan sekarang, kepalanya sudah benar-benar dipenuhi berbagai dugaan.Belakangan ini ternyata ia terlalu percaya diri. Terlalu percaya jika seorang wanita yang pernah ia sakiti akan menerimanya kembali dengan tangan terbuka. Akan kembali bersedia merajut cinta yang bahkan sudah ia rusak tidak bersisa.Yah, ia lupa jika Elena bukan wanita yang hanya bisa menangis ketika dirinya disakiti. Damar lupa jika luka yang ia berikan pada Elena bukanlah sekedar kesalahan yang bisa dimaafkan hanya dengan kata maaf.Damar sudah berhubungan cukup lama dengan Elena. Namun, baru kali ini ia tertampar dengan kenyataan jika ia tidak begitu mengenal mantan kekasihnya itu.Hah... mantan
Elena segera keluar dari lift yang berhenti di lantai basement. Ia sedikit berlari begitu menemukan di mana mobil Rasky terparkir.Hal itu ternyata tidak luput dari pandangan Diaz yang saat itu juga akan menuju ke tempat parkir bersama Miko. Keduanya tanpa sadar tersenyum begitu melihat tingkah laku Elena yang tampak berbeda dari biasanya.Elena yang tidak menyadari kehadiran keduanya tampak acuh dan melewati mereka begitu saja."Gue baru kali ini ngeliat Mba Elena se- happy itu," ucap Miko dengan tatapan yang mengarah ke mana Elena pergi."Berarti Elena memang beneran bahagia jadi pacarnya Rasky,” seloroh Diaz santai. Ia adalah saksi bagaimana perjalanan hubungan Elena dan Rasky. Dan dari sikap yang Elena tunjukkan, ia cukup lega karena wanita itu mengikuti apa yang pernah ia katakan.Elena masuk ke dalam mobil Rasky dan tersenyum lebar kepada pria itu. Sorot matanya meredup, ia mendadak salah tingkah begitu mendapati wajah
Rasky terdiam beberapa detik begitu mendapatkan tubuh Elena yang menubruk tubuhnya. Merasa heran dengan Elena yang tiba-tiba menenggelamkan wajahnya di dada Rasky dengan tubuh bergetar kuat.Pria itu menduga jika Elena sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan dirinya. Berusaha menenangkan Elena, Rasky kemudian melingkarkan tangannya memeluk wanita itu. Memberikan rasa aman dari tubuhnya yang ketakutanCukup lama mereka berada di posisi itu. Saling berpelukan dan hanya ada keheningan malam yang menemani mereka.Rasky tidak ingin bertanya apa yang menyebabkan Elena bersikap seperti ini. Baginya, yang saat ini Elena perlukan hanya rasa aman. Sedangkan hal lain, Rasky bisa menunggu. Menunggu Elena percaya untuk menceritakan semuanya.Pelukan mereka pun terurai setelah beberapa menit kemudian. Rasky tampak terkejut begitu mendapati wajah Elena terlihat pucat. Seulas senyuman coba Elena berikan ketika melihat ekspresi terkejut yang Rasky berikan. Seola
Damar masih berdiam di dalam mobilnya yang ia parkir tidak jauh dari pintu masuk restoran. Ia masih setia berada di sana, walaupun Elena dan teman-temannya sudah sepuluh menit lalu meninggalkan resto.Damar diam dalam semua pikiran yang terus berjejal masuk ke dalam otaknya. Dan sekarang, kepalanya sudah benar-benar dipenuhi berbagai dugaan.Belakangan ini ternyata ia terlalu percaya diri. Terlalu percaya jika seorang wanita yang pernah ia sakiti akan menerimanya kembali dengan tangan terbuka. Akan kembali bersedia merajut cinta yang bahkan sudah ia rusak tidak bersisa.Yah, ia lupa jika Elena bukan wanita yang hanya bisa menangis ketika dirinya disakiti. Damar lupa jika luka yang ia berikan pada Elena bukanlah sekedar kesalahan yang bisa dimaafkan hanya dengan kata maaf.Damar sudah berhubungan cukup lama dengan Elena. Namun, baru kali ini ia tertampar dengan kenyataan jika ia tidak begitu mengenal mantan kekasihnya itu.Hah... mantan
Damar baru saja menyelesaikan syutingnya bersama tim dari Lunar TV. Hari baru saja beranjak siang. Tapi entah mengapa ia sudah sangat kelelahan dan tidak bersemangat.Lelah. Hanya kata itu yang bisa Damar gambarkan untuk dirinya kali ini. Niat awal ia terlibat dengan Lunar TV adalah demi mengejar kembali Elena. Dan..., yah memang. Ia jadi lebih sering melihat Elena. Tapi... hanya sebatas itu.Elena dekat dengannya. Masih dapat ditangkap keberadaannya oleh matanya. Namun, wanita itu sebenarnya sungguh jauh. Jauh, hingga tidak tergapai oleh tangannya.Hubungan mereka tidak hanya kembali ke titik nol. Tapi mungkin bisa jadi ada di posisi minus. Elena bukan lagi memandangnya dengan tatapan asing. Tetapi dari kilat matanya, Damar tahu jika amarah itu masih ada. Dan itu jelas membuatnya sadar jika Elena sudah pasti tidak mau berhubungan apapun dengan dirinya.Kali ini, Elena lebih sulit ia dekati. Lebih sulit daripada ketika mereka belum saling mengenal.
Elena berdiri tidak jauh dari Rasky yang sedang fokus menjalani syuting. Ia sengaja berada di situ karena permintaan Rasky untuk berada tidak jauh dari pria itu dengan alasan agarmudah merespon apa yang dibutuhkan Rasky.Elena menyadari itu semua hanyalah akal-akalan Rasky saja. Karena semenjak proses syuting berlangsung, apa yang menjadi kebutuhannya sudah disiapkan oleh asisten pria itu.Sementara Elena hanya diminta duduk manis saja tanpa melakukan apapun. Jadi dia minta gue yang handle syuting cuma buat liatin dia doang? bener-bener modus.Tatapan menyipit Elena lemparkan ke arah pria itu begitu menyadari cara lelaki itu mendekatinya. Ia memandang Rasky yang tengah sibuk di depan kamera. Pria itu terlihat luwes sekali mengikuti arahan tim kreatif. Ia juga tidak kesulitan untuk bergaya walaupun saat itu ada banyak orang yang turut ikut dalam pekerjaan kali ini.Tanpa sadar, Elena jadi memperhatikan setiap gerak Rasky. Kulit putih pria itu terliha
Elena tengah bersiap-siap di dalam ruangannya. Ia melakukannya dengan terburu-buru karena sebelumnya ia baru saja selesai memberikan briefing kepada timnya yang akan ia tinggal seharian ini.Yah, seharian ini ia akan menemani Rasky. Pria satu itu benar-benar luar biasa. Karena hanya seorang Rasky Karindra saja artis yang memberikan syarat secara personal untuk ditemani oleh Elena selama proses syuting berlangsung."Aku gak balik kantor lagi, yah. Tapi kalau ada yang penting bisa hubungi aku kok," ucapnya di depan pintu ruang kerjanya sambil menatap Diaz dan Nayla."Siap, Mba. Kita justru yang khawatir Mba ada apa-apa di sana. Mengingat Mas Rasky bakalan seharian recokin Mba terus." Nayla menatap Elena dengan tatapan prihatin.Nayla sudah mendengar kabar jika Rasky memiliki permintaan khusus untuk kerjasamanya dengan perusahaan milik Arletta. Di mana pria itu ingin segala keperluannya selama bekerjasama ditangani langsung oleh Elena. Tahu
Elang dan Rasky sama-sama saling mengayunkan bogem mereka ke tubuh lawannya. Tentu saja hal ini membuat Elena berteriak histeris untuk menghentikan pertikaian keduanya yang entah apa sebabnya.Elena bahkan tanpa pikir panjang menghadang Rasky yang bersiap kembali memukul wajah Elang yang sudah membiru di beberapa sisi. "Udah! Berhenti! Dia adik aku!" teriak Elena.Tinju Rasky yang sudah hampir mengenai wajah Elang, menggantung di udara begitu saja. Tatapan tajam yang sejak awal ia pasang kini berubah menjadi tatapan terkejut begitu melihat Elena menatapnya tajam."Kamu ngapain sih, Mbak? Kalau kena pukul gimana?" teriak Elang yang tanpa sadar menaikkan nada suaranya yang khawatir jika sampai Elena terkena pukulan."Kamu yang ngapain?" ucap Elena dengan nada tidak kalah tinggi, wanita itu bahkan sudah menatap Elang tajam."Dan kamu juga. Ngapain kamu pukul Adik aku, hah?" tanya Elena pada Rasky yang kini terlihat kebingungan.
Rasky sudah rapi di hari libur yang seharusnya pria itu habiskan untuk meringkuk seharian di atas kasur seperti biasanya. Namun, itu tentu saja berbeda untuk hari ini dan mungkin akhir pekan selanjutnya."Lo ganteng banget ternyata," ucap Rasky pada bayangan dirinya yang tengah tersenyum di dalam cermin. Memastikan sekali lagi penampilannya sudah benar-benar memuaskan, ia pun melangkah keluar apartemennya.Sambil bersiul riang ia berjalan di koridor. Sesekali ia tersenyum memikirkan apa yang akan ia lakukan seharian ini bersama… ekhem pacarnya. Ah, membayangkan saja sudah membuat dadanya berdebar.Rasky menjalankan mobil kesayangannya seorang diri tanpa ditemani asisten ataupun manajernya. Ia benar-benar ingin berdua saja dengan Elena.Pria itu menepikan mobilnya di sebuah komplek perumahan yang sudah beberapa kali pria itu singgahi. Ia sempat melirik kaca spion untuk memastikan kembali penampilannya.Dengan senyum terkembang. Ra
Elena masih bergelung di dalam selimut pagi itu. Ia sudah berniat untuk menghabiskannya akhir pekan ini untuk hibernasi saja di dalam kamar. Wanita itu benar-benar ingin mengistirahatkan pikirannya dari semua masalah yang terjadi belakangan ini.Ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Elena yang sedang dalam mode malas, bukan tidak mendengar. Tetapi ia terlalu enggan untuk menemui sosok di balik pintu."Mba... ini udah siang. Mau sampai kapan lo tidur?" teriak Elang yang mulai menggedor pintu kamar Elena dengan tidak sabaran.Elang sepertinya benar-benar gigih mengganggu waktu libur Elena kali ini. Padahal biasanya pria itu sudah pergi bekerja di pagi hari.Walaupun masih menjadi mahasiswa, Elang terkadang mengambil pekerjaan freelance di waktu libur.Elena yang tahu jadwal Elang, awalnya merasa aman. Ia memang berniat menghindari pria itu. Memilih diam di dalam kamar sampai Elang pergi bekerja. Namun, jika begini caranya, bagaimana bisa E