Share

Bab 2

Author: Malika Zahra
Dengan temperamennya yang kasar, Orlan menendang kursi hingga terbalik. Wajahnya penuh amarah dan alisnya berkerut tajam.

"Lidya, coba kamu ulangi lagi apa yang barusan kamu bilang! Aku cuma minta kamu melakukan hal kecil, tapi kamu selalu menolak dan bikin alasan. Kamu cari mati, ya? Aku nanti mau ikut kerja sama Kak Deswan untuk cari uang, jangan sampai kamu jadi penghalangku!"

Apa yang terjadi sebelumnya terlalu sulit untuk diungkapkan. Aku tidak mau lagi melangkahkan kaki ke sarang harimau itu.

"Aku nggak mau pergi! Aku nggak nyaman. Bahkan anakku sendiri hampir nggak dapat ASI karena semuanya diberikan untuk orang lain .... Aku nggak mau ...."

Belum selesai aku berbicara, Orlan sudah melayangkan tamparan keras di wajahku, lalu mendorongku hingga aku terhuyung dan kepalaku membentur dinding. Seketika, aku pingsan.

Ketika aku sadar, hari sudah pagi.

Aku duduk di tempat tidur sambil memegangi kepala yang sakit. Rasa sakit di kepala itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hati.

Aku sebenarnya pernah memiliki seorang anak perempuan. Namun, sayangnya, dia meninggal tak lama setelah lahir. Keluarga Orlan yang sangat menginginkan anak laki-laki sama sekali tidak peduli pada bayi perempuan itu, seolah-olah dia tidak pernah ada. Hanya aku yang masih mengingatnya.

"Sayang, Mama rindu sekali sama kamu ...."

Orlan membuka pintu dan melihatku duduk termenung. Dengan nada penuh ketidaksabaran, dia berkata, "Hei, kalau kamu sudah nggak apa-apa, cepat pergi dan susui anak itu!"

Karena takut dipukul lagi, aku tidak mengatakan apa pun. Aku hanya menatapnya dalam-dalam, lalu bangkit dan pergi mencuci wajah.

Sesampainya di rumah Deswan, dia melihat luka di sudut keningku dan hanya mengangkat alisnya tanpa melakukan hal yang lebih buruk. Aku segera masuk ke kamar, mengunci pintu, dan mulai menyusui bayi itu sambil duduk terpaku.

Saat aku mulai kehilangan fokus, pikiran-pikiran aneh mulai muncul di benakku. Setelah aku pingsan kemarin, beberapa potongan ingatan yang kabur muncul seperti kenangan yang hilang.

Apakah ini ingatanku yang telah hilang?

Aku tidak bisa mengingat apa pun tentang masa laluku. Orlan pernah berkata bahwa aku mengalami kecelakaan karena jatuh dari gunung dan akhirnya hilang ingatan.

Aku berasal dari desa kecil di pegunungan yang jauh dari sini. Kedua orang tuaku sudah meninggal dan aku tidak punya keluarga lagi di sana. Setelah pulih dari cedera, aku hamil dan tidak bisa bergerak dengan bebas, sehingga aku tidak pernah kembali ke desa.

Hidup tanpa kenangan adalah hidup yang tidak utuh. Aku ingin menemukan kembali siapa diriku yang sebenarnya.

Dua hari terakhir berlalu tanpa kejadian apa pun. Deswan sering keluar pagi-pagi dan pulang larut malam, sehingga tidak lagi menggangguku. Aku akhirnya bisa menghela napas lega.

Orlan mengatakan bahwa minggu depan Deswan akan kembali ke kota. Aku hanya perlu bertahan selama dua atau tiga hari lagi, lalu semuanya akan berakhir.

Saat malam mulai menyelimuti dan langit semakin gelap, bayi itu telah selesai menyusui dan tertidur lelap. Aku berniat kembali untuk mencuci muka dan bersiap-siap untuk tidur. Namun, baru saja keluar dari kamar, aku bertemu dengan Deswan yang baru pulang dalam keadaan mabuk.

Sambil berusaha tetap tenang, aku berjalan menuju pintu sambil berpura-pura tak peduli. Namun, ketika kami berpapasan, dia tiba-tiba meraih lenganku. Dengan satu dorongan, aku terjatuh ke sofa.

Kemudian, dia mulai menindih tubuhku dan menahan kedua kakiku di bawah tubuhnya.

"Hei, Deswan, jangan gila!"

Deswan tidak menggubrisku. Dengan posisi menunduk, napasnya yang hangat berembus di leherku. Kedua tangannya bergerak menggerayangi sekujur tubuhku sehingga membuat aku bergidik pelan.

"Aku ini istri Orlan! Sadarlah! Lepaskan aku!" Aku menggertakkan gigi sambil meronta. Salah satu tangannya mencengkeram pergelangan tanganku dan mengangkatnya ke atas kepalaku. Sementara itu, tangannya yang lain mulai membuka kancing kemejaku.

Karena perbedaan tenaga antara pria dan wanita, aku jadi tidak bisa bergerak sedikit pun. Aku panik hingga air mataku mulai menggenang di pelupuk mata.

"Kalau kamu terus begini, aku akan teriak! Orlan bakal mukul kamu sampai mati!"

Deswan terkekeh. "Kamu bodoh ya? Pria paling paham sama sesama pria. Kamu kira Orlan nggak tahu aku mau ngapain? Suamimu malah mohon kerjaan sama aku. Kamu ini hadiah darinya untukku."

Aku tertegun sejenak sebelum akhirnya tersadar.

Deswan telah merobek kerah bajuku. Telapak tangannya sangat besar. Dia mulai bergerak terus meraba seluruh tubuhku. Warna kulit kami yang berbeda jauh tampak sangat kontras saat berdampingan.

Dia berdecak sambil memuji, "Lembut, putih, dan wangi."

Air mataku akhirnya berderai.

"Deswan, aku bisa ... kasih kamu, juga bisa bantu kamu jaga anak. Tapi, kamu harus bawa aku pergi. Aku mau meninggalkan Orlan. Dia itu kasar dan sering mukul aku! Selain itu, jangan setujui apa pun permohonannya. Kamu nggak boleh biarkan dia sukses."

Sejak jatuh dari gunung, ponselku menghilang dan Orlan tidak pernah membelikan ponsel baru untukku. Setelah aku hamil, dia mulai membatasi aktivitasku dan hampir tidak pernah membiarkanku keluar rumah.

Aku tidak punya uang ataupun teman, sehingga sulit bagiku untuk bertindak.

Deswan tertawa santai, "Boleh saja."

Setelah itu, dia menarik celanaku dengan cepat dan melepas sabuk pinggangnya ....

Related chapters

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 3

    Saat dia sudah siap untuk melancarkan aksinya, tiba-tiba pintu depan diketuk seseorang."Kak Deswan, kamu di dalam nggak? Cepat buka pintu!" Suara orang di luar terdengar cemas, seolah-olah ada hal mendesak. Ketukan pintu semakin keras dan tergesa-gesa.Dahi Deswan berkerut, urat-uratnya menonjol, dan dia mengumpat pelan sebelum melepasku. Dia segera merapikan pakaiannya dan pergi membuka pintu.Aku cepat-cepat memungut pakaianku, lalu berlari ke kamar dan menutup pintu. Untuk sementara ini, aku masih selamat. Namun, aku tidak tahu kapan mimpi buruk seperti ini akan berakhir.Aku menghapus air mataku, kemudian menempelkan telinga ke pintu untuk mendengarkan percakapan mereka.Mereka sengaja berbicara dengan suara pelan, tetapi aku samar-samar mendengar kata-kata seperti "ada masalah", "barang harus dipindahkan", dan "persiapan penerimaan".Tidak lama setelah itu, Deswan keluar bersama orang yang mengetuk pintu tadi dan tidak kembali dalam waktu lama. Aku mencoba beristirahat, tetapi ta

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 4

    Aku menyiapkan sarapan pagi dan membawa seporsi ke rumah Deswan, lalu masuk ke kamar untuk menyusui bayi.Di ruang depan, Deswan sedang menelepon. Dia memanggil orang di ujung telepon sebagai "Bos" dan memintanya segera datang untuk "memilih barang". Dia menyebut bahwa kali ini ada beberapa "barang berkualitas tinggi".Bos? Pembeli! Memilih barang? Ini mungkin bukan sekadar perdagangan manusia biasa.Mereka tampaknya mengklasifikasikan para gadis ke dalam beberapa kategori dan "barang berkualitas tinggi" mungkin dijual melalui jaringan eksklusif.Jika gadis-gadis itu dibeli hari ini dan disebar ke berbagai tempat, akan sangat sulit bagi polisi untuk melacak mereka. Aku harus segera melaporkan ini ke pihak berwenang untuk membongkar sindikat ini sepenuhnya.Setelah menunggu dengan sabar, aku memperhatikan saat Deswan pergi keluar. Aku buru-buru lari pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Orlan tidak ada dan ibu mertuaku sedang sibuk di dapur. Aku diam-diam mencuri ponsel ibu mertuaku da

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 5

    Potongan ingatan yang sebelumnya kabur kini akhirnya tersambung dengan jelas.Aku bukan Lidya. Namaku adalah Jolin. Aku adalah korban perdagangan manusia!Dua tahun lalu, aku mencoba membantu seorang lansia yang tersesat kembali ke rumahnya. Namun, aku malah dibius dan diculik.Ketika sadar, aku sudah berada di dalam sebuah truk yang membawa barang dan diangkut ke tempat yang sangat jauh. Saat pembeli datang untuk "memilih orang", aku mencoba melarikan diri, tetapi terjatuh dari gunung, kepalaku terbentur, dan aku kehilangan ingatan.Saat tersadar kembali, aku sudah berada di rumah Orlan. Dia memalsukan identitas dan kisah hidupku, lalu menjadikanku sebagai istrinya.Gadis berambut pendek tadi adalah Shania, kakak tingkatku di SMA. Aku ingat dia masuk akademi kepolisian setelah SMA.Dari obrolan yang kudengar sebelumnya, kelompok ini kemungkinan besar sedang dalam pengawasan polisi, sehingga mereka memutuskan untuk mengubah lokasi transaksi dan memindahkan "barang". Deswan pasti salah

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 6

    Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan membungkuk untuk memeriksa napas Orlan. Dia masih hidup. Tubuhku seketika melemas dan aku jatuh duduk di lantai.Saat ini, setiap tarikan napasku terasa menyakitkan, tetapi situasi tidak mengizinkanku untuk berhenti.Aku memaksa diriku bangkit dan mengikat ponsel erat-erat pada sekelompok balon. Kemudian, aku berjalan keluar dengan hati-hati, menutup pintu, dan segera berlari ke atap.Matahari telah tenggelam dan kegelapan malam mulai menyelimuti desa. Bayangan gunung serta rumah-rumah di kejauhan semakin samar. Aku membuka tanganku dan melepaskan balon itu. Balon-balon membawa ponsel terbang ke langit, melewati atap-atap rumah, dan perlahan melayang menjauh.Terbang lebih tinggi, lebih cepat!Kegelapan malam menjadi pelindung terbaikku. Selama balon itu keluar dari Desa Chana, sinyal akan tersambung, dan pesan akan terkirim.Waktu seakan berjalan lambat. Aku menahan napas menyaksikan balon itu menghilang dalam kegelapan hingga menjadi t

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 7

    "Cepat, cari perempuan itu!""Kalau ketemu, habisi dia, lalu kubur!""Hati-hati, jangan sampai ada barang yang hilang!""Kalian lihat ada orang mencurigakan? Kalau ada yang menyembunyikan orang, nggak akan dibiarkan!"Aku bersembunyi di dalam tong beras dengan tubuhku yang meringkuk erat.Di dalam kegelapan, pendengaranku terasa semakin tajam. Mendengarkan setiap gerakan dari tim pencari di luar membuat jantungku terasa seperti diremas. Aku bahkan menahan napas agar tidak terdengar.Bruk! Bruk! Bruk!Suara ketukan keras menghantam pintu rumah. "Buka pintu!""Apakah kalian melihat para perempuan itu?""Ah ... ba ... ah ...."Langkah kaki yang kacau terdengar jelas, bercampur dengan suara percakapan dan suara barang-barang yang dibongkar paksa. Semua itu terdengar seperti simfoni kematian, membuat bulu kudukku meremang.Aku memeluk tubuhku erat-erat, berharap bisa mengecil menjadi sekecil butiran beras di dalam tong ini.Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, tetapi akhirnya sua

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 1

    Suamiku berkata, "ASI-mu sebanyak itu, kalau nggak dikasih ke anak, apa mau disimpan untuk diminum pria lain?"Tak disangka, ucapannya malah menjadi kenyataan. Dia menganggapku sebagai barang untuk dibarter dan mengirimku ke rumah orang lain untuk menyusui anak mereka.Namun, aku malah menjadi incaran tuan rumah laki-laki. Pria itu memiliki alis tegas, mata berkilat tajam, tubuh atletis, dan penuh aura maskulin. Di balik dirinya, tersembunyi sebuah rahasia besar yang menggemparkan dunia .…....Suamiku mengundang orang untuk minum-minum, sementara aku pergi ke dapur untuk menghidangkan makanan ringan.Terdengar suara langkah kaki di belakangku. Aku berbalik dan tiba-tiba menabrak dada yang keras. Aroma pria asing bercampur bau alkohol langsung menyeruak."Ka ... Kak Deswan?"Pria itu tingginya lebih dari 180 cm, memiliki alis tegas, mata tajam, tubuh atletis, dan memakai kaus hitam ketat yang menonjolkan otot-ototnya. Seluruh auranya memancarkan daya tarik maskulin yang kuat.Tatapanny

Latest chapter

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 7

    "Cepat, cari perempuan itu!""Kalau ketemu, habisi dia, lalu kubur!""Hati-hati, jangan sampai ada barang yang hilang!""Kalian lihat ada orang mencurigakan? Kalau ada yang menyembunyikan orang, nggak akan dibiarkan!"Aku bersembunyi di dalam tong beras dengan tubuhku yang meringkuk erat.Di dalam kegelapan, pendengaranku terasa semakin tajam. Mendengarkan setiap gerakan dari tim pencari di luar membuat jantungku terasa seperti diremas. Aku bahkan menahan napas agar tidak terdengar.Bruk! Bruk! Bruk!Suara ketukan keras menghantam pintu rumah. "Buka pintu!""Apakah kalian melihat para perempuan itu?""Ah ... ba ... ah ...."Langkah kaki yang kacau terdengar jelas, bercampur dengan suara percakapan dan suara barang-barang yang dibongkar paksa. Semua itu terdengar seperti simfoni kematian, membuat bulu kudukku meremang.Aku memeluk tubuhku erat-erat, berharap bisa mengecil menjadi sekecil butiran beras di dalam tong ini.Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, tetapi akhirnya sua

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 6

    Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan membungkuk untuk memeriksa napas Orlan. Dia masih hidup. Tubuhku seketika melemas dan aku jatuh duduk di lantai.Saat ini, setiap tarikan napasku terasa menyakitkan, tetapi situasi tidak mengizinkanku untuk berhenti.Aku memaksa diriku bangkit dan mengikat ponsel erat-erat pada sekelompok balon. Kemudian, aku berjalan keluar dengan hati-hati, menutup pintu, dan segera berlari ke atap.Matahari telah tenggelam dan kegelapan malam mulai menyelimuti desa. Bayangan gunung serta rumah-rumah di kejauhan semakin samar. Aku membuka tanganku dan melepaskan balon itu. Balon-balon membawa ponsel terbang ke langit, melewati atap-atap rumah, dan perlahan melayang menjauh.Terbang lebih tinggi, lebih cepat!Kegelapan malam menjadi pelindung terbaikku. Selama balon itu keluar dari Desa Chana, sinyal akan tersambung, dan pesan akan terkirim.Waktu seakan berjalan lambat. Aku menahan napas menyaksikan balon itu menghilang dalam kegelapan hingga menjadi t

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 5

    Potongan ingatan yang sebelumnya kabur kini akhirnya tersambung dengan jelas.Aku bukan Lidya. Namaku adalah Jolin. Aku adalah korban perdagangan manusia!Dua tahun lalu, aku mencoba membantu seorang lansia yang tersesat kembali ke rumahnya. Namun, aku malah dibius dan diculik.Ketika sadar, aku sudah berada di dalam sebuah truk yang membawa barang dan diangkut ke tempat yang sangat jauh. Saat pembeli datang untuk "memilih orang", aku mencoba melarikan diri, tetapi terjatuh dari gunung, kepalaku terbentur, dan aku kehilangan ingatan.Saat tersadar kembali, aku sudah berada di rumah Orlan. Dia memalsukan identitas dan kisah hidupku, lalu menjadikanku sebagai istrinya.Gadis berambut pendek tadi adalah Shania, kakak tingkatku di SMA. Aku ingat dia masuk akademi kepolisian setelah SMA.Dari obrolan yang kudengar sebelumnya, kelompok ini kemungkinan besar sedang dalam pengawasan polisi, sehingga mereka memutuskan untuk mengubah lokasi transaksi dan memindahkan "barang". Deswan pasti salah

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 4

    Aku menyiapkan sarapan pagi dan membawa seporsi ke rumah Deswan, lalu masuk ke kamar untuk menyusui bayi.Di ruang depan, Deswan sedang menelepon. Dia memanggil orang di ujung telepon sebagai "Bos" dan memintanya segera datang untuk "memilih barang". Dia menyebut bahwa kali ini ada beberapa "barang berkualitas tinggi".Bos? Pembeli! Memilih barang? Ini mungkin bukan sekadar perdagangan manusia biasa.Mereka tampaknya mengklasifikasikan para gadis ke dalam beberapa kategori dan "barang berkualitas tinggi" mungkin dijual melalui jaringan eksklusif.Jika gadis-gadis itu dibeli hari ini dan disebar ke berbagai tempat, akan sangat sulit bagi polisi untuk melacak mereka. Aku harus segera melaporkan ini ke pihak berwenang untuk membongkar sindikat ini sepenuhnya.Setelah menunggu dengan sabar, aku memperhatikan saat Deswan pergi keluar. Aku buru-buru lari pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Orlan tidak ada dan ibu mertuaku sedang sibuk di dapur. Aku diam-diam mencuri ponsel ibu mertuaku da

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 3

    Saat dia sudah siap untuk melancarkan aksinya, tiba-tiba pintu depan diketuk seseorang."Kak Deswan, kamu di dalam nggak? Cepat buka pintu!" Suara orang di luar terdengar cemas, seolah-olah ada hal mendesak. Ketukan pintu semakin keras dan tergesa-gesa.Dahi Deswan berkerut, urat-uratnya menonjol, dan dia mengumpat pelan sebelum melepasku. Dia segera merapikan pakaiannya dan pergi membuka pintu.Aku cepat-cepat memungut pakaianku, lalu berlari ke kamar dan menutup pintu. Untuk sementara ini, aku masih selamat. Namun, aku tidak tahu kapan mimpi buruk seperti ini akan berakhir.Aku menghapus air mataku, kemudian menempelkan telinga ke pintu untuk mendengarkan percakapan mereka.Mereka sengaja berbicara dengan suara pelan, tetapi aku samar-samar mendengar kata-kata seperti "ada masalah", "barang harus dipindahkan", dan "persiapan penerimaan".Tidak lama setelah itu, Deswan keluar bersama orang yang mengetuk pintu tadi dan tidak kembali dalam waktu lama. Aku mencoba beristirahat, tetapi ta

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 2

    Dengan temperamennya yang kasar, Orlan menendang kursi hingga terbalik. Wajahnya penuh amarah dan alisnya berkerut tajam."Lidya, coba kamu ulangi lagi apa yang barusan kamu bilang! Aku cuma minta kamu melakukan hal kecil, tapi kamu selalu menolak dan bikin alasan. Kamu cari mati, ya? Aku nanti mau ikut kerja sama Kak Deswan untuk cari uang, jangan sampai kamu jadi penghalangku!"Apa yang terjadi sebelumnya terlalu sulit untuk diungkapkan. Aku tidak mau lagi melangkahkan kaki ke sarang harimau itu."Aku nggak mau pergi! Aku nggak nyaman. Bahkan anakku sendiri hampir nggak dapat ASI karena semuanya diberikan untuk orang lain .... Aku nggak mau ...."Belum selesai aku berbicara, Orlan sudah melayangkan tamparan keras di wajahku, lalu mendorongku hingga aku terhuyung dan kepalaku membentur dinding. Seketika, aku pingsan.Ketika aku sadar, hari sudah pagi.Aku duduk di tempat tidur sambil memegangi kepala yang sakit. Rasa sakit di kepala itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hati.Aku s

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 1

    Suamiku berkata, "ASI-mu sebanyak itu, kalau nggak dikasih ke anak, apa mau disimpan untuk diminum pria lain?"Tak disangka, ucapannya malah menjadi kenyataan. Dia menganggapku sebagai barang untuk dibarter dan mengirimku ke rumah orang lain untuk menyusui anak mereka.Namun, aku malah menjadi incaran tuan rumah laki-laki. Pria itu memiliki alis tegas, mata berkilat tajam, tubuh atletis, dan penuh aura maskulin. Di balik dirinya, tersembunyi sebuah rahasia besar yang menggemparkan dunia .…....Suamiku mengundang orang untuk minum-minum, sementara aku pergi ke dapur untuk menghidangkan makanan ringan.Terdengar suara langkah kaki di belakangku. Aku berbalik dan tiba-tiba menabrak dada yang keras. Aroma pria asing bercampur bau alkohol langsung menyeruak."Ka ... Kak Deswan?"Pria itu tingginya lebih dari 180 cm, memiliki alis tegas, mata tajam, tubuh atletis, dan memakai kaus hitam ketat yang menonjolkan otot-ototnya. Seluruh auranya memancarkan daya tarik maskulin yang kuat.Tatapanny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status