Share

Dijual Suami Demi Pekerjaan
Dijual Suami Demi Pekerjaan
Penulis: Malika Zahra

Bab 1

Penulis: Malika Zahra
Suamiku berkata, "ASI-mu sebanyak itu, kalau nggak dikasih ke anak, apa mau disimpan untuk diminum pria lain?"

Tak disangka, ucapannya malah menjadi kenyataan. Dia menganggapku sebagai barang untuk dibarter dan mengirimku ke rumah orang lain untuk menyusui anak mereka.

Namun, aku malah menjadi incaran tuan rumah laki-laki. Pria itu memiliki alis tegas, mata berkilat tajam, tubuh atletis, dan penuh aura maskulin. Di balik dirinya, tersembunyi sebuah rahasia besar yang menggemparkan dunia .…

....

Suamiku mengundang orang untuk minum-minum, sementara aku pergi ke dapur untuk menghidangkan makanan ringan.

Terdengar suara langkah kaki di belakangku. Aku berbalik dan tiba-tiba menabrak dada yang keras. Aroma pria asing bercampur bau alkohol langsung menyeruak.

"Ka ... Kak Deswan?"

Pria itu tingginya lebih dari 180 cm, memiliki alis tegas, mata tajam, tubuh atletis, dan memakai kaus hitam ketat yang menonjolkan otot-ototnya. Seluruh auranya memancarkan daya tarik maskulin yang kuat.

Tatapannya terpaku ke dadaku, penuh dengan aura agresif. Karena ASI yang mengalir, bajuku basah di bagian depan dan meninggalkan noda yang jelas terlihat. Wajahku langsung memerah. Aku buru-buru membalikkan badan untuk menghindari tatapannya.

Namun, pria itu semakin mendekat hingga memojokkanku di sudut dapur. Seluruh tubuhnya memancarkan tekanan yang membuatku sesak napas. "Kamu baru saja melahirkan? ASI-mu melimpah, ya."

Dalam sekejap, pikiranku menjadi kosong. Tanganku gemetar dan kacang tanah di piring yang kupegang berjatuhan ke lantai.

Pria itu menjilat bibirnya, sedikit membungkuk, dan perlahan mendekatiku.

"Ah ... Kak Deswan, jangan begini. Orlan lagi nunggu Kakak untuk minum bersama di ruang depan."

Aku mendorong pria itu dengan panik, lalu membawa dua piring makanan ringan dari atas meja dapur dan berlari keluar.

Setelah itu, aku kembali ke kamar tidur untuk mengganti pakaian dan bersembunyi di sana. Aku tidak keluar selama lebih dari satu jam sampai suasana di luar terasa sudah tenang.

Ketika aku akhirnya keluar, aku melihat suamiku, Orlan, wajahnya memerah karena mabuk. Dia melirikku sekilas dan berkata, "Besok kamu pergi ke rumah Kak Deswan untuk membantu menyusui anaknya."

Bukan permintaan, tapi perintah.

Aku mengerutkan kening karena merasa tidak nyaman. "Anaknya bisa minum susu formula."

Deswan adalah sopir jarak jauh yang jarang berada di desa. Namun, dia menghasilkan banyak uang, murah hati, dan sangat dihormati di desa. Beberapa hari yang lalu, dia membawa pulang seorang bayi berusia lebih dari dua bulan, katanya untuk didaftarkan dalam kartu keluarga.

"Deswan bilang, anaknya lemah dan butuh ASI. ASI-mu sebanyak itu, kalau nggak kasih ke anak, mau disimpan untuk diminum pria dewasa?"

Wajahku langsung memerah.

Melihatku terdiam, Orlan menjadi tidak sabar dan menatapku dengan marah. "Kamu nggak akan kerja gratis, Kak Deswan akan bayar! Kalau kamu nggak pergi, akan kuhabisi kamu!"

Keesokan harinya, di bawah desakan Orlan, aku terpaksa pergi ke rumah Deswan.

"Anaknya ada di kamar," katanya sambil menatapku dengan tatapan seperti predator menatap mangsanya sehingga membuatku merasa tidak nyaman. Aku hanya mengangguk dan segera melangkah cepat masuk ke kamar.

Anak itu sepertinya lapar. Dia berusaha mencari-cari ke arah dadaku. Aku buru-buru membuka kancing bajuku dan menghiburnya dengan lembut, "Jangan terburu-buru, minum pelan-pelan."

Beberapa saat kemudian, pintu yang tidak sepenuhnya tertutup itu pun terdorong terbuka dan Deswan masuk. Aku terkejut dan segera memalingkan tubuhku.

Melihat anak itu sudah kenyang dan tertidur, aku meletakkannya di tempat tidur dengan hati-hati dan segera merapikan pakaianku.

Namun, Deswan tiba-tiba menggenggam tanganku dan menarikku mendekat. Aku terhuyung beberapa langkah dan buru-buru menutupi dadaku dengan tangan.

Aku merasa terkejut dan marah. "Kak Deswan, tolong jaga sikapmu! Aku ke sini untuk menyusui anak, bukan untuk ...."

Deswan tertawa. "Aku cuma mau cek kualitasnya."

Setelah berkata demikian, dia mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Ah!"

Rasanya berbeda dibanding saat menyusui anak. Napasku mulai tidak teratur, bibirku bergetar, dan aku mencoba melawan sekuat tenaga. "Lepaskan aku!"

Anak yang baru saja tertidur terbangun karena keributan itu dan mulai menangis keras.

Akhirnya, Deswan melepaskanku. Kemudian, dia mengangkat kepala dan menjilat bibirnya yang masih basah sambil berkata dengan mesra, "Nggak buruk, terima kasih atas kerja kerasnya."

"Kamu gila!" Aku mengenakan pakaianku dengan tergesa-gesa, lalu berlari pulang ke rumah dengan panik.

Setibanya di rumah, aku berkata kepada Orlan bahwa aku tidak ingin lagi pergi ke rumah Deswan untuk menyusui. Mendengar ucapanku, wajah Orlan langsung berubah masam.

Bab terkait

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 2

    Dengan temperamennya yang kasar, Orlan menendang kursi hingga terbalik. Wajahnya penuh amarah dan alisnya berkerut tajam."Lidya, coba kamu ulangi lagi apa yang barusan kamu bilang! Aku cuma minta kamu melakukan hal kecil, tapi kamu selalu menolak dan bikin alasan. Kamu cari mati, ya? Aku nanti mau ikut kerja sama Kak Deswan untuk cari uang, jangan sampai kamu jadi penghalangku!"Apa yang terjadi sebelumnya terlalu sulit untuk diungkapkan. Aku tidak mau lagi melangkahkan kaki ke sarang harimau itu."Aku nggak mau pergi! Aku nggak nyaman. Bahkan anakku sendiri hampir nggak dapat ASI karena semuanya diberikan untuk orang lain .... Aku nggak mau ...."Belum selesai aku berbicara, Orlan sudah melayangkan tamparan keras di wajahku, lalu mendorongku hingga aku terhuyung dan kepalaku membentur dinding. Seketika, aku pingsan.Ketika aku sadar, hari sudah pagi.Aku duduk di tempat tidur sambil memegangi kepala yang sakit. Rasa sakit di kepala itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hati.Aku s

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 3

    Saat dia sudah siap untuk melancarkan aksinya, tiba-tiba pintu depan diketuk seseorang."Kak Deswan, kamu di dalam nggak? Cepat buka pintu!" Suara orang di luar terdengar cemas, seolah-olah ada hal mendesak. Ketukan pintu semakin keras dan tergesa-gesa.Dahi Deswan berkerut, urat-uratnya menonjol, dan dia mengumpat pelan sebelum melepasku. Dia segera merapikan pakaiannya dan pergi membuka pintu.Aku cepat-cepat memungut pakaianku, lalu berlari ke kamar dan menutup pintu. Untuk sementara ini, aku masih selamat. Namun, aku tidak tahu kapan mimpi buruk seperti ini akan berakhir.Aku menghapus air mataku, kemudian menempelkan telinga ke pintu untuk mendengarkan percakapan mereka.Mereka sengaja berbicara dengan suara pelan, tetapi aku samar-samar mendengar kata-kata seperti "ada masalah", "barang harus dipindahkan", dan "persiapan penerimaan".Tidak lama setelah itu, Deswan keluar bersama orang yang mengetuk pintu tadi dan tidak kembali dalam waktu lama. Aku mencoba beristirahat, tetapi ta

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 4

    Aku menyiapkan sarapan pagi dan membawa seporsi ke rumah Deswan, lalu masuk ke kamar untuk menyusui bayi.Di ruang depan, Deswan sedang menelepon. Dia memanggil orang di ujung telepon sebagai "Bos" dan memintanya segera datang untuk "memilih barang". Dia menyebut bahwa kali ini ada beberapa "barang berkualitas tinggi".Bos? Pembeli! Memilih barang? Ini mungkin bukan sekadar perdagangan manusia biasa.Mereka tampaknya mengklasifikasikan para gadis ke dalam beberapa kategori dan "barang berkualitas tinggi" mungkin dijual melalui jaringan eksklusif.Jika gadis-gadis itu dibeli hari ini dan disebar ke berbagai tempat, akan sangat sulit bagi polisi untuk melacak mereka. Aku harus segera melaporkan ini ke pihak berwenang untuk membongkar sindikat ini sepenuhnya.Setelah menunggu dengan sabar, aku memperhatikan saat Deswan pergi keluar. Aku buru-buru lari pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Orlan tidak ada dan ibu mertuaku sedang sibuk di dapur. Aku diam-diam mencuri ponsel ibu mertuaku da

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 5

    Potongan ingatan yang sebelumnya kabur kini akhirnya tersambung dengan jelas.Aku bukan Lidya. Namaku adalah Jolin. Aku adalah korban perdagangan manusia!Dua tahun lalu, aku mencoba membantu seorang lansia yang tersesat kembali ke rumahnya. Namun, aku malah dibius dan diculik.Ketika sadar, aku sudah berada di dalam sebuah truk yang membawa barang dan diangkut ke tempat yang sangat jauh. Saat pembeli datang untuk "memilih orang", aku mencoba melarikan diri, tetapi terjatuh dari gunung, kepalaku terbentur, dan aku kehilangan ingatan.Saat tersadar kembali, aku sudah berada di rumah Orlan. Dia memalsukan identitas dan kisah hidupku, lalu menjadikanku sebagai istrinya.Gadis berambut pendek tadi adalah Shania, kakak tingkatku di SMA. Aku ingat dia masuk akademi kepolisian setelah SMA.Dari obrolan yang kudengar sebelumnya, kelompok ini kemungkinan besar sedang dalam pengawasan polisi, sehingga mereka memutuskan untuk mengubah lokasi transaksi dan memindahkan "barang". Deswan pasti salah

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 6

    Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan membungkuk untuk memeriksa napas Orlan. Dia masih hidup. Tubuhku seketika melemas dan aku jatuh duduk di lantai.Saat ini, setiap tarikan napasku terasa menyakitkan, tetapi situasi tidak mengizinkanku untuk berhenti.Aku memaksa diriku bangkit dan mengikat ponsel erat-erat pada sekelompok balon. Kemudian, aku berjalan keluar dengan hati-hati, menutup pintu, dan segera berlari ke atap.Matahari telah tenggelam dan kegelapan malam mulai menyelimuti desa. Bayangan gunung serta rumah-rumah di kejauhan semakin samar. Aku membuka tanganku dan melepaskan balon itu. Balon-balon membawa ponsel terbang ke langit, melewati atap-atap rumah, dan perlahan melayang menjauh.Terbang lebih tinggi, lebih cepat!Kegelapan malam menjadi pelindung terbaikku. Selama balon itu keluar dari Desa Chana, sinyal akan tersambung, dan pesan akan terkirim.Waktu seakan berjalan lambat. Aku menahan napas menyaksikan balon itu menghilang dalam kegelapan hingga menjadi t

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 7

    "Cepat, cari perempuan itu!""Kalau ketemu, habisi dia, lalu kubur!""Hati-hati, jangan sampai ada barang yang hilang!""Kalian lihat ada orang mencurigakan? Kalau ada yang menyembunyikan orang, nggak akan dibiarkan!"Aku bersembunyi di dalam tong beras dengan tubuhku yang meringkuk erat.Di dalam kegelapan, pendengaranku terasa semakin tajam. Mendengarkan setiap gerakan dari tim pencari di luar membuat jantungku terasa seperti diremas. Aku bahkan menahan napas agar tidak terdengar.Bruk! Bruk! Bruk!Suara ketukan keras menghantam pintu rumah. "Buka pintu!""Apakah kalian melihat para perempuan itu?""Ah ... ba ... ah ...."Langkah kaki yang kacau terdengar jelas, bercampur dengan suara percakapan dan suara barang-barang yang dibongkar paksa. Semua itu terdengar seperti simfoni kematian, membuat bulu kudukku meremang.Aku memeluk tubuhku erat-erat, berharap bisa mengecil menjadi sekecil butiran beras di dalam tong ini.Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, tetapi akhirnya sua

Bab terbaru

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 7

    "Cepat, cari perempuan itu!""Kalau ketemu, habisi dia, lalu kubur!""Hati-hati, jangan sampai ada barang yang hilang!""Kalian lihat ada orang mencurigakan? Kalau ada yang menyembunyikan orang, nggak akan dibiarkan!"Aku bersembunyi di dalam tong beras dengan tubuhku yang meringkuk erat.Di dalam kegelapan, pendengaranku terasa semakin tajam. Mendengarkan setiap gerakan dari tim pencari di luar membuat jantungku terasa seperti diremas. Aku bahkan menahan napas agar tidak terdengar.Bruk! Bruk! Bruk!Suara ketukan keras menghantam pintu rumah. "Buka pintu!""Apakah kalian melihat para perempuan itu?""Ah ... ba ... ah ...."Langkah kaki yang kacau terdengar jelas, bercampur dengan suara percakapan dan suara barang-barang yang dibongkar paksa. Semua itu terdengar seperti simfoni kematian, membuat bulu kudukku meremang.Aku memeluk tubuhku erat-erat, berharap bisa mengecil menjadi sekecil butiran beras di dalam tong ini.Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, tetapi akhirnya sua

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 6

    Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan membungkuk untuk memeriksa napas Orlan. Dia masih hidup. Tubuhku seketika melemas dan aku jatuh duduk di lantai.Saat ini, setiap tarikan napasku terasa menyakitkan, tetapi situasi tidak mengizinkanku untuk berhenti.Aku memaksa diriku bangkit dan mengikat ponsel erat-erat pada sekelompok balon. Kemudian, aku berjalan keluar dengan hati-hati, menutup pintu, dan segera berlari ke atap.Matahari telah tenggelam dan kegelapan malam mulai menyelimuti desa. Bayangan gunung serta rumah-rumah di kejauhan semakin samar. Aku membuka tanganku dan melepaskan balon itu. Balon-balon membawa ponsel terbang ke langit, melewati atap-atap rumah, dan perlahan melayang menjauh.Terbang lebih tinggi, lebih cepat!Kegelapan malam menjadi pelindung terbaikku. Selama balon itu keluar dari Desa Chana, sinyal akan tersambung, dan pesan akan terkirim.Waktu seakan berjalan lambat. Aku menahan napas menyaksikan balon itu menghilang dalam kegelapan hingga menjadi t

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 5

    Potongan ingatan yang sebelumnya kabur kini akhirnya tersambung dengan jelas.Aku bukan Lidya. Namaku adalah Jolin. Aku adalah korban perdagangan manusia!Dua tahun lalu, aku mencoba membantu seorang lansia yang tersesat kembali ke rumahnya. Namun, aku malah dibius dan diculik.Ketika sadar, aku sudah berada di dalam sebuah truk yang membawa barang dan diangkut ke tempat yang sangat jauh. Saat pembeli datang untuk "memilih orang", aku mencoba melarikan diri, tetapi terjatuh dari gunung, kepalaku terbentur, dan aku kehilangan ingatan.Saat tersadar kembali, aku sudah berada di rumah Orlan. Dia memalsukan identitas dan kisah hidupku, lalu menjadikanku sebagai istrinya.Gadis berambut pendek tadi adalah Shania, kakak tingkatku di SMA. Aku ingat dia masuk akademi kepolisian setelah SMA.Dari obrolan yang kudengar sebelumnya, kelompok ini kemungkinan besar sedang dalam pengawasan polisi, sehingga mereka memutuskan untuk mengubah lokasi transaksi dan memindahkan "barang". Deswan pasti salah

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 4

    Aku menyiapkan sarapan pagi dan membawa seporsi ke rumah Deswan, lalu masuk ke kamar untuk menyusui bayi.Di ruang depan, Deswan sedang menelepon. Dia memanggil orang di ujung telepon sebagai "Bos" dan memintanya segera datang untuk "memilih barang". Dia menyebut bahwa kali ini ada beberapa "barang berkualitas tinggi".Bos? Pembeli! Memilih barang? Ini mungkin bukan sekadar perdagangan manusia biasa.Mereka tampaknya mengklasifikasikan para gadis ke dalam beberapa kategori dan "barang berkualitas tinggi" mungkin dijual melalui jaringan eksklusif.Jika gadis-gadis itu dibeli hari ini dan disebar ke berbagai tempat, akan sangat sulit bagi polisi untuk melacak mereka. Aku harus segera melaporkan ini ke pihak berwenang untuk membongkar sindikat ini sepenuhnya.Setelah menunggu dengan sabar, aku memperhatikan saat Deswan pergi keluar. Aku buru-buru lari pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Orlan tidak ada dan ibu mertuaku sedang sibuk di dapur. Aku diam-diam mencuri ponsel ibu mertuaku da

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 3

    Saat dia sudah siap untuk melancarkan aksinya, tiba-tiba pintu depan diketuk seseorang."Kak Deswan, kamu di dalam nggak? Cepat buka pintu!" Suara orang di luar terdengar cemas, seolah-olah ada hal mendesak. Ketukan pintu semakin keras dan tergesa-gesa.Dahi Deswan berkerut, urat-uratnya menonjol, dan dia mengumpat pelan sebelum melepasku. Dia segera merapikan pakaiannya dan pergi membuka pintu.Aku cepat-cepat memungut pakaianku, lalu berlari ke kamar dan menutup pintu. Untuk sementara ini, aku masih selamat. Namun, aku tidak tahu kapan mimpi buruk seperti ini akan berakhir.Aku menghapus air mataku, kemudian menempelkan telinga ke pintu untuk mendengarkan percakapan mereka.Mereka sengaja berbicara dengan suara pelan, tetapi aku samar-samar mendengar kata-kata seperti "ada masalah", "barang harus dipindahkan", dan "persiapan penerimaan".Tidak lama setelah itu, Deswan keluar bersama orang yang mengetuk pintu tadi dan tidak kembali dalam waktu lama. Aku mencoba beristirahat, tetapi ta

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 2

    Dengan temperamennya yang kasar, Orlan menendang kursi hingga terbalik. Wajahnya penuh amarah dan alisnya berkerut tajam."Lidya, coba kamu ulangi lagi apa yang barusan kamu bilang! Aku cuma minta kamu melakukan hal kecil, tapi kamu selalu menolak dan bikin alasan. Kamu cari mati, ya? Aku nanti mau ikut kerja sama Kak Deswan untuk cari uang, jangan sampai kamu jadi penghalangku!"Apa yang terjadi sebelumnya terlalu sulit untuk diungkapkan. Aku tidak mau lagi melangkahkan kaki ke sarang harimau itu."Aku nggak mau pergi! Aku nggak nyaman. Bahkan anakku sendiri hampir nggak dapat ASI karena semuanya diberikan untuk orang lain .... Aku nggak mau ...."Belum selesai aku berbicara, Orlan sudah melayangkan tamparan keras di wajahku, lalu mendorongku hingga aku terhuyung dan kepalaku membentur dinding. Seketika, aku pingsan.Ketika aku sadar, hari sudah pagi.Aku duduk di tempat tidur sambil memegangi kepala yang sakit. Rasa sakit di kepala itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hati.Aku s

  • Dijual Suami Demi Pekerjaan   Bab 1

    Suamiku berkata, "ASI-mu sebanyak itu, kalau nggak dikasih ke anak, apa mau disimpan untuk diminum pria lain?"Tak disangka, ucapannya malah menjadi kenyataan. Dia menganggapku sebagai barang untuk dibarter dan mengirimku ke rumah orang lain untuk menyusui anak mereka.Namun, aku malah menjadi incaran tuan rumah laki-laki. Pria itu memiliki alis tegas, mata berkilat tajam, tubuh atletis, dan penuh aura maskulin. Di balik dirinya, tersembunyi sebuah rahasia besar yang menggemparkan dunia .…....Suamiku mengundang orang untuk minum-minum, sementara aku pergi ke dapur untuk menghidangkan makanan ringan.Terdengar suara langkah kaki di belakangku. Aku berbalik dan tiba-tiba menabrak dada yang keras. Aroma pria asing bercampur bau alkohol langsung menyeruak."Ka ... Kak Deswan?"Pria itu tingginya lebih dari 180 cm, memiliki alis tegas, mata tajam, tubuh atletis, dan memakai kaus hitam ketat yang menonjolkan otot-ototnya. Seluruh auranya memancarkan daya tarik maskulin yang kuat.Tatapanny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status