Heri duduk termenung di sudut ruangan yang begitu sempit. Ruangan yang begitu gelap tanpa ada lagi kemewahan, yang ada hanya ada satu kasur lusuh yang akan menjadi alas tidurnya. Hidupnya kini berubah drastis, dulu dia selalu di hujani kemewahan. Dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, bahkan begitu banyak orang yang datang untuk memujinya. Namun, itu semua hanya sebuah kenangan. Jangankan harta dan tahta, teman dekat ataupun sahabat sudah menjauh dan tidak perduli lagi. Di saat seperti ini dia baru sadar jika di dunia ini kita akan di sanjung jika memiliki uang. Sudah dua hati dia menekam di dalam penjara, akan tetapi tidak ada satupun orang yang datang untuk mengunjunginya. Jangankan membantu, menanyakan keadaannya saja tidak ada. "Ada orang yang ingin menemui Anda," Ucal seorang penjaga membuyarkan lamunannya. Mendengar ada orang yang mengunjunginya, Heri langsung terdiam mematung. Dia berpikir siapa orang yang tiba-tiba datang untuk menemuinya. Padahal pada saa
Aku ingin bicara sebentar," Ucap Leon menatap Naura yang sedang menyiapkan makan malam untuk Raygan. "Maaf! Biarkan aku menemani putraku makan terlebih dahulu," Ucap Naura dingin sambil tetap fokus mengisi piring Raygan tanpa menatap pria itu. Leon hanya bisa membuang napasnya pelan mendengar jawaban dari Naura. Dia melanggarkan dasinya lalu duduk bergabung dengan anak istrinya itu. "Tadi Grace menemui Raygan di sekolah," Ucap Naura sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. "Mau apa dia?" Tanya Leon menahan amarah. Ternyata tebakannya benar, Grace sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan keluarganya. Wanita itu memang sangat licik, jadi tidak mungkin dia hanya diam melihat kebahagiaan mereka. Kedatangan wanita itu yang secara tiba-tiba, sudah membawa kecurigaan di hati Leon. Tidak mungkin tiba-tiba dia kembali begitu saja. Pasti ada sesuatu di balik kembalinya mantan istrinya itu. "Tidak ada! Dia hanya ingin menemui Raygan. Tapi sebelum mereka bertemu, aku sudah datang t
"Apa! papa ditangkap polisi?" tanya Rico mengusap wajahnya kasar. Akhirnya semua kejahatan mereka terbongkar karena ulahnya sendiri. "Lalu bagaimana dengan mama?" tanya Rico menghawatirkan keadaan Rita. "Nyonya dijadikan sebagai pembantu, Tuan. Dia menyuruh Anda untuk bersembunyi. Jangan sampai nyonya muda menemukan Anda," ucap supir kepercayaan Rita. Setelah mengetahui jika mereka sedang di kepung polisi. Rita langsung menugaskan supir pribadinya untuk menemui Rico. Tentu saja dia tidak mau jika putra kesayangannya itu juga ikut tertangkap. "Sial! kenapa aku bisa sebodoh ini. Aku tidak akan tinggal diam, lihat saja nanti." Rico mengepalkan tangannya penuh amarah. Dia tidak terima di permainkan seperti ini. Dia pasti akan membalas perbuatan Naura dua kali lipat. "Saya hanya memberi saran, Tuan lebih baik bersembunyi. Kita tidak tau keadaan diluar sana bagaiamana," ucap Sang Supir melihat Rico yang hendak pergi. "Aku tau apa yang harus aku lakukan," ucap Rico tidak
"Benarkah? jadi apa kau mau mencabut tuntutan mulai terhadapa papa?" tanya Rico tanpa tau malu. "Aku tau papa salah, tapi dia melakukan ini semua demi kita. Demi masa depan kita." Mendengar ucapan Rico, Naura hanya tersenyum kecil. Walaupun sepupunya itu selalu anggar jago, akan tetapi dia tetap tidak bisa menyembunyikan kebodohannya. "Tidak!" ucap Naura singkat. "Maksudmu? tadi kau mengatakan ingin membalas semua yang telah kami lakukan untukmu. Ingat! papa dan mama yang sudah membesarkanmu," ucap Rico bingung. "Tentu! aku akan membalas semua perbuatan kalian. Agar kalian tau bagaimana penderitaanku selama ini," ucap Naura tersenyum sinis. "Kurung dia di gudang belakang!" perintah Naura kepada pengawal yang berdiri di belakangnya. "Siap, Nyonya!" kedua pria berbadan tegap itu langsung menghampiri Rico. Mereka mencenkram lengan pria itu dengan begitu kuat, sehingga membuat Rico langsung ketakutan setengah mati. "Ra! apa yang kau lakukan? Apa kau lupa jika aku ini a
Di saat semua orang masih tertidur dengan lelap, terlihat seorang wanita paruh baya sedang sibuk berkutik di dapur. Dia meracik setiap bumbu yang hendak dia masak dengan perasaan kesal. Terlihat wajahnya begitu lelah, apalagi usianya kini yang sudah tidak muda lagi, sehingga membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. "Lelah sekali!" dia mencoba menyeka keringat yang memenuhi keningnya. "Ternyata Anda tau lelah juga," ucap seorang wanita berdiri di depan pintu sambil memperhatikan wanita itu. "Naura!" ucap Rita melihat kedatangan keponakan sekaligus majikan barunya. "Aku mau sarapan, cepat siapkan sarapan untukku," ucap Naura melirik jam tangannya yang sudah menunjuk ke pukul enam pagi. "Sebentar! Tante akan masakkan nasi goreng untukmu," ucap Rita menunduk. Jujur tubuhnya sudah sangat lelah, akan tetapi dia tidak berani membantah sama sekali. Apalagi mendengar ancaman Naura semalam, tentu dia tidak mau mendapatkan hukuman karena tidak becus bekerja. Di saat semua pelayan masih
"Maaf! dengan Vico Asrico Debora?" beberapa pria berbadan tegap dan mengunakan seragam dinas polisi mendekati Rico yang sedang minum di sudut bar. "Ya! saya adalah Vico Asrico Debora. Ada apa?" tanya Rico tidak mengerti. "Anda di tahan atas tuduhan penggelapan dana perusahaan Debora, dan juga pemalsuan dokumen kepemilikan perusahaan itu," ucap ketua polisi memberikan surat perintah penahanan. "Bukan hanya itu, ada juga terlibat dalam sindikat jaringan narkoba dan juga judi online. Jadi, ikut kami sekarang," ucap polisi itu kembali sambil memborgol tangan Rico. "Pemalsuan dokumen? saya tidak tau masalah itu, Pak. Itu semua pengacara itu, dia yang memalsukan surat wasiat kakek." Rico berusaha untuk membela diri. "Silakan Anda jelaskan di kantor. Sekarang ikut kami secara baik-baik, atau kami akan berbuat kasar." Melihat tatapan tajam para polisi itu, Rico langsung ketakutan. Wajahnya memucat, diikuti dengan keringat dingin yang bercucuran. Tentu saja dia tidak berani menghada
Semua yang telah berpartisipasi di dalam kejahatan Heri telah di hukum satu persatu. Mulai dari Arif yang telah memalsukan surat wasiat Tuan Besar Debora, dan juga Budi yang telah membantu dalam kecelakaan yang di alami kedua orang tua Naura. Setelah menemukan beberapa bukti, ternyata kematian mereka terjadi karena rencana Budi dan Heri. Mereka sengaja menciptakan kejadian itu seperti kecelakaan, dan menghilangkan semua bukti kejahatan mereka. Namun, sepintar-pintarnya mereka menyembunyikan kejahatan yang mereka lakukan, pasti akan terbongkar juga. Hari ini, di depan seluruh pejabat penting dan juga para pegawai penting Pt. Debora grub Naura di tetapkan sebagai direktur utama Pt. debora grub dan juga pewaris tunggal keluarga Debora. "Selamat, Nyonya!" Dirga memberikan selamat atas keberhasilan Naura merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. "Terima kasih! ini semua karena bantuan Anda," ucap Naura tersenyum. "Selamat, Nyonya! Akhirnya Anda berhasil menyingkirkan s
Leon berdiri seorang diri di balkon kamarnya. Dia menatap langit yang begitu gelap sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya terlihat murung, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Dad!" Suara lembut sang buah hati tiba-tiba menyadarkannya. "Ia!" Dia menatap sumber suara itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Apa daddy dan mommy bertengkar? kenapa mommy ingin pergi?" tanya Raygan dengan mata berkaca-kaca. Leon hanya bisa terdiam membisu. Mulutnya seakan terkunci dengan rapat, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dia mencoba mencari alasan agar sang putra dapat mengerti. Namun, pikirannya juga sangat kacau, sehingga membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. "Daddy!" Leon mencoba berbicara, akan tetapi dia tetap tidak tau apa yang harus dia katakan. "Mom! mommy mau kemana? mommy sudah janji tidak akan meninggalkan Ray, tapi ini," Raygan mencoba beralih ke Naura yang sedang membereskan barang-barangnya. Dia menatap wanita itu dengan tatapan pe