Eddriz semakin nyaman berbincang dengan Raline. Gadis sederhana, tetapi mumpuni dalam bela diri itu mulai berani terus terang. Selalu ceplas-ceplot mengatakan apa yang dipikirkan tanpa sungkan."Bukan Abang tidak percaya sama Ra, tetapi Abang waspada karena di luar sana tidak sedikit orang yang ingin berbuat jahat pada Abang."Raline mengangguk dan terdiam serta melamun teringat setelah konferensi pers. Ada berita jika suami adalah pengusaha yang kaya raya dan terkenal sangat tegas. Hanya bisa menebak mungkin ada banyak orang yang tidak suka atau iri dengan keberhasilan yang dicapai.Bisa juga karena sikap dia yang arogan, tegas dan cenderung kejam saat menhadapi lawan bisnis. Pasti ada banyak lawan atau kawan yang berusaha menjatuhkan dengan berbagai cara. Termasuk mantan istri yang sampai sekarang ingin menggangu dan terus mengusik."Ra," panggil Eddriz dengan lembut."Hhmm."Raline masih menunduk dan termenung saat dipanggil oleh Eddriz. Yang dipikirkan bukan hanya orang yang tidak
Setelah Asisten Wibi ke luar dari kantor pribadi Eddriz. Laki-laki yang sering dibilang tua oleh Raline itu masih menahan emosi dan duduk di kantor sendirian. Kali ini tidak ingin menunjukkan kemarahannya di depan Raline.Ada rasa tidak tega teringat hari ini istri kecilnya itu terlihat bahagia. Beberapa saat lalu sudah berhasil membuat tertawa. Tidak ingin membuat perasaan dan moodnya berubah menjadi buruk.Eddriz memijit tengkuknya yang terasa tegang. Kemungkinan tensi darah mulai naik gara-gara baru saja melihat foto yang telah dikirim oleh orang yang tidak di kenal. Ponsel yang sudah pecah menjadi beberapa bagian sudah diganti dengan ponsel yang baru oleh Asisten Wibi."Mengapa tegang sekali leher ini," monolog Eddriz sendiri sambil memegangi tengguk dan ditekannya perlahan.Raline mendengar Eddriz berbicara sendiri karena masuk kantor tanpa mengetuk pintu langsung dibuka begitu saja dan mengucap salam pun tidak, "Apakah Abang bekerja terlalu berat? sini coba Ra pijit tengkuknya!"
Bodyguard bersikap cool dan garang saat dua wartawan mendekati Jenny. Salah setu dari bodyguard berdiri di depan Jenny saat mereka tersenyum melambaikan tangan untuk Jenny. Laki-laki kemayu itu spontan tersenyum dan melambaikan tangan bak peragawati yang berjalan di atas catwalk."Hai, Cowok. Godain kita, dong!" Jenny berjalan perlahan sambil terus melambaikan tangan."Ses Jenny apa kabar?" tanya salah satu Wartawan mengikuti Jenny dan para bodyguard berjalan."Jenny baik, Ganteng.""Ses Jenny ke hotel dalam rangka apa, kok tidak mengawal Nyonya Ed yang baru?""Jenyy ingin bertemu kamu," jawab Jenny asal." Tolong, Ses cantik. kasih bocoran nama Nyonya Ed yang yang baru, dong?"Jenny sengaja membetulkan rambutnya yang terurai. Jalannya sengaja di buat seanggun mungkin. Sambil mentowel salah satu wartawan yang terlihat maco dengan cambang yang lebat.Disamping ingin menggoda Jenny juga ingin tahu kedua wartawan itu melihat Raline masuk private room atau tidak, "Abang Ganteng dari tadi
Saat Eddriz masuk dikawal Jenny dan Asisten Wibi, Raline, Shafea dan Hanna sedang tertawa mendengar cerita Raline tentang keris. Arti keris yang bukan keris sebenarnya yang membuat dua sahabat itu tertawa terpingkal-pingkal. Mereka langsung terdiam seketika saat melihat Eddriz yang memanggil dengan suara menggelegar ditambah dengan sedikit emosi.Shafea dan Hanna langsung berdiri dibelakang Raline kanan dan kiri sambil memegang pundak. Seolah mereka ketakutan bertemu dengan kepala sekolah yang galak dan tegas. Bayangan tentang cerita Eddriz yang selama ini didengar di media sosial dan televisi ternyata benar adanya.Raline cemberut dan mengerucutkan bibirnya. Menjawab dengan mengangguk, berbalik badan melambaikan tangan berpamitan kepada dua sahabat, "Ra, pulang dulu, bye.""Bye, Ra. Terima kasih." dua sahabat itu pucat pasi saat melihat pandangan mata Eddriz yang seolah akan menelan mereka bulat-bulat.Eddriz langsung menarik tangan Raline ke luar dari private room. Ada banyak bodygu
Eddriz mengacak rambutnya karena bingung mengahdapi mood Raline yang terkena sindrom kedatangan tamu bulanan. Raline yang tidak mau terus terang dan Eddriz yang tidak mau mengalah, keduanya akhirnya berdebat. Ditambah Raline yang terus merintih karena perut yang masih sakit dan pinggang yang ngilu semakin menambah Eddriz bingung dan mulai emosi."Pokoknya Ra harus diperiksa dokter dulu sebelum ke supemarket!""Ra tidak mau, Abang. Ra sudah tidak tahan lagi, Ra mau ke supermarket sekarang!""Nanti, Ra boleh beli apa saja yang Ra mau, kalau perlu sepermarketnya boleh dibeli yang penting berobat dulu!" Eddriz tetap tidak mau kalah.Raline semakin emosi berteriak sambil memegangi perutnya yang masih melilit. Berlari ke kamar mandi ingin berganti celana segitiga. Hanya dalam waktu sepermpat jam saja celana itu sudah basah karena tidak memakai pembalut.Eddriz semakin bingung dengan sikap Raline. Apalagi gadis itu berlari ke kamar mandi sambil berteriak kesal. Spontan mengikuti Raline ke ka
Bukan hanya Jenny yang kaget sambil membuka mulut. Raline juga kaget dan melihat jam tangan yang melingkar di lengan kanan. Pasalnya sekarang ini waktu menunjukkan hampir pukul sebelas malam."Abang, mana ada toko buka jam segini?" tanya Raline kesal."Ada dong," jawab Eddriz tidak mau kalah. Jenny yang tidak ingin membuat tuannya marah lagi bergegas mengangguk dan membungkukkan badan, "Baik, Tuan. Akan Jenny usahakan, Jenny permisi dulu."Jenny berbalik badan dan berlari ke luar kamar. Eddriz menutup pintu dengan menggunakan ponsel. Dan pintu tiba-tiba tertutup rapat."Ya, Allah. Ra kira pintunya di tutup sama hantu."Eddriz nyengir kuda melihat Raline mengusap dada. Kembali membaca botol kecil yang berisi cairan berwarna kuning. Raline langsung membelalakkan mata dan menutup mulut."Abang, jangan diminum!" teriaknya."Enak saja, Abang hanya baca saja.""Sini, Ra mau minum!""Abang bukakan sebentar!"Saat Raline menenggak satu botol jamu pereda nyeri. Eddriz mengambil satu botol lag
Tanpa diminta para peronda malam bercerita tentang Ses Eka. Janda beranak tiga itu bekerja di sebuah butik dan desainer ternama. Awalnya mereka tidak menyebut pemilik butik. Mereka hanya bercerita tentang wanita pemegang ijazah ituSes Eka panggilan akrab wanita itu sering dugem dan ke klub malam hampir setiap hari. Ketiga anaknya diasuh oleh mantan suami dan nenek di desa. Di rumah dia tinggal sendiri tanpa ada yang menemani.Pergaulan bebas Ses Eka yang membuat rumah tangganya berantakan dan berpisah dengan suami. Sering bergonta-ganti pasangan dan sering berfoya-foya dengan teman seumuran.Saat ini pun Ses Eka masih belum pulang dan masih bersenang-senang dengan teman-temannya. Terkadang pulang dalam keadaan kusut dan mabuk. Pulang hampir menjelang pagi, tidur sebentar dan berangkat kerja lagi pukul sembilan pagi."Abang bertemu dengan Ses Eka di klub malam, ya?" tanya salah satu ronda malam."Iya, itu sudah lama sekitar dua bulan lalu," jawan Bang Jack hanya asal saja."Apa nama b
Raline dan Dokter Nita tidak bisa membantah perintah Eddriz. Hanya gara-gara tensi rendah, Raline harus di pasang jarum infus untuk menabah vitamin. Padahal itu hal lumrah bagi wanita yang sedang kedatangan tamu bulanan."Pak Basri, cepat buatkan sarapan steak untuk Ra!" perintah Eddriz setelah Dokter Nita selesai memasang jarum infus."Siap, Tuan."Dengan terpaksa nasi uduk yang dibawa tadi harus dikeluarkan dari kamar. Pak Basri ke retsoran untuk melapor pada koki. Meminta sarapan steak untuk Nyonya Raline yang belum pernah dilihat oleh karyawan hotel.Raline dan Jenny sedang berbincang, saat Bang Jack melaporkan tentang wanita yang ditangkap tadi malam. Saat ini Ses Eka sedang terlelap di markas yang ada digudang hotel bagian belakang. Janda beranak tiga itu masih terlelap dan masih dalam pengaruh alkohol."Kalian introgasi saja sekarang!""Dia belum bangun, Tuan.""Bangunkan, siram air kalau perlu!""Baik, Tuan."Menginterogasi seorang wanita tidak seperti laki-laki. Hanya dengan
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y