Share

Cemburu

Penulis: Rahmi Aziza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-13 23:36:24

“Ayo!” sebuah suara mengagetkanku. Aku mengangkat kepala yang sedari tadi tertunduk memandangi gawai.

“Udah lama nunggu?” tanyanya.

“Nunggu? Siapa yang nunggu?” Aku berusaha berkelit. Kulihat sekilas ia tersenyum yang seolah tidak percaya dengan jawabanku.

“Yaudah, yuk!” Dengan matanya ia memberi kode agar aku mengikutinya menuju mobil.

“Gimana tadi?” Setelah sekian lama kami hanya diam dalam mobil yang melaju, akhirnya aku memulai pembicaraan.

“Apa?”

“Di resto.”

“Oh, makanannya enak,” jawab Arman singkat.

“Bukan itu. Gimana tadi Maya?”

Mobil berhenti di lampu merah. Ia menoleh ke arahku.

“Maya? Cantik, masih seperti dulu.”

Entah mengapa aku merasa ada panas yang menjalar di wajahku. Iya Maya memang cantik. Dari dulu dia cewek idola di sekolahan. Mungkin termasuk Arman.

“Jadi, kamu sengaja merencanakan semua ini?” tanyanya. Aku menatapnya dengan takut-takut lalu mengangguk.

“Kenapa?”

“Ini!” Aku mengulurkan selembar foto.

“Kemarin terjatuh dari buku agendamu. Kukembalikan.”

Arman meli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Nadia sudah mulai ada rasa² nieh sama Arman...Nadia lupa sedang menginap di rumah mertua sampai lupa pakai jilbab hihihihi
goodnovel comment avatar
siti fauziah
tuh kan gak rela Arman sama Maya ...dah suka lu nad sama Arya
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
wah langsung deh degan tuh Nadia di bilang Arman begitu ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Bos Galak

    Pagi itu aku ke kantor dengan mata berat. Rasa kantuk masih menggelayut di mataku.“Ijin sehari seharusnya tidak apa-apa.” Kata Arman saat mengantarku.Ah dia tidak tau Galang pasti akan murka. Dari awal dia sudah mewanti-wantiku tidak mau ada drama rumah tangga dibawa-bawa ke kantor. Makanya ia lebih suka pegawai yang masih single. Apalagi hari ini Pak Wira sudah mengagendakan untuk briefing seluruh karyawan.Setengah perjalanan ke kantor kugunakan untuk tidur. Arman membangunkanku ketika sampai.“Jilbabmu kebalik, tuh!” katanya ketika aku akan turun“Hah?” Aku memperhatikan jilbabku. Ya ampun gara-gara tidur lagi setelah Shubuh dan telat bangun, aku berdandan dengan tergesa tadi, jilbabku sampai terbalik.Baru aku hendak membuka peniti jilbab, Arman dengan cepat mencegah “Jangan di sini, perbaiki di toilet.”Aku melirik kesal pada Arman. "Ribet amat!” seruku lalu membuka pintu mobil.“Makan ini!” Ia memberikan permen kopi.“Pulangnya kujemput ya,” katanya lagi lebih mirip seperti pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   POV Galang

    Kesal. Itulah kesan pertamaku terhadap Nadia. Pertama kejadian di taxi. Bisa-bisanya dia bilang kalo dia yang lebih dulu memanggil taxi itu. Padahal dari sebrang jalan jelas aku lihat, dia baru melambaikan tangan setelah aku. Enak aja aku disuruh turun!Kedua, dia tidak mengenaliku. Bagaimana mungkin orang setenar aku, dia tidak tahu. Sungguh kuper. Semua calon karyawan yang masuk ke ruangan untuk wawancara – terutama yang wanita- langsung histeris begitu melihatku, dia tidak. Dia malah memandangku sinis, dan baru tersenyum setelah Bang Wira bilang aku adalah pemilik café. Setelah wawancara, ia langsung pergi, padahal calon karyawan lain pasti meminta wefie. Sombong. Huh!Ketiga, di sebuah resto, ketika seorang anak kecil memanggilnya Mama. Oh jadi dia menipu kami? Jelas-jelas di info lowongan pekerjaan kami mencari pegawai yang masih single, mengapa dia melamar? Dan di KTP nya tertulis dia masih single, dia memalsukan data?Yang bikin kesal lagi Bang Wira membelanya. Ah Bang Wira mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Launching Kafe

    Hari besar ini akhirnya datang juga. Hari pembukaan kafé kami yang pertama kalinya. Eh kafenya Galang. Kalau dia tahu aku menyebutnya dengan café kami, ntar dia pasti bakal komen sewot, “Sejak kapan kamu menaruh saham di café ini, hah?”Aku berangkat kantor dengan jantung bergemuruh. Lumayan deg-degan. Udah lama aku ngga berhadapan dengan banyak orang untuk urusan kerjaan.Apalagi kali ini aku harus membawa Rania turut serta. Duh ngga sanggup bayangin ekspresi Galang nanti melihat aku membawa Rania ke kantor.Hari ini omanya harus kontrol ke dokter diantar Arman, Bi Inah pulang kampung, sementara TK nya Erna Sabtu libur jadi aku tidak bisa menitipkan Rania di sana.“Memangnya Rania ngga apa-apa ikut kamu kerja?” tanya omanya di perjalanan mengantarku ke kafé.“Biar Rania ikut Mama. Nanti Mama didrop saja di rumah sakit. Arman bisa bawa Rania jalan-jalan ke mana .. gitu.”“Jangan. Arman harus mengantar Mama sampai ke ruangan dokter. Rania biar sama Nadia. Gapapa kok, Ma. Bos Nadia baik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Kopi Pahit

    “Astaghfirullahal'adzim, Rania, dimana?” Aku menoleh panik pada Galang.“Anak kamu?!” tanya Galang.“Iya.” Aku membalikkan badan menuju tempat di mana tadi aku meninggalkan Rania. Galang berjalan cepat mengikutiku.“Tadi dia di sana.” Aku menunjuk salah satu kursi kafé yang sekarang kosong.“Ceroboh!” Galang nampak kesal. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafé.Akupun melakukan hal yang sama. Tapi tak kudapati Rania di manapun.“Mungkin di luar,” kata Galang. Setengah berlari ia menuju teras kafé.“Coba tanya satpam,” katanya saat tak jua menemukan Rania di luar. Tiba-tiba…“Mama…” Aku menoleh. Rania sudah ada di gendongan Arman.Pfiuuuh, aku bernapas lega. Sekaligus tegang. Arman pasti memarahiku setelah ini. Lihat saja.“Sepertinya kamu sibuk, biar Rania kubawa pulang.” Arman menatap dingin ke arahku.“Ngg… nggak kok, tadi aku hanya mau mengambil foto sebentar. Jadi Rania kuminta duduk menunggu.” Aku mencoba membela diri.“Sudah-sudah… ajak anak kamu makan sekarang,” perin

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Tugas Baru

    “Hah saya Pak?”“Dia Bang?”Aku dan Galang bicara hampir berbarengan.“Iya, siapa lagi, pekerjaan Nadia tidak harus dikerjakan di kantor. Jadi hanya Nadia yang bisa saya mintai tolong. Lagipula saya lihat kalian sudah akrab kan?”“A-akrab?” tanyaku terbata. Akrab gimana?“Tenang saja, akan ada gaji khusus buat kamu selama mendampingi Galang. Gajimu di kafé ini juga utuh, tidak akan dipotong. Iya kan Galang?” Pak Wira menoleh pada Galang.Aku gusar, bingung mau jawab apa. Bukan itu masalahnya, sahutku dalam hati.“Bang, aku ngga setuju.” Galang berdiri dari tempatnya duduk.“Kenapa harus dia sih.” Ia mengacak rambutnya. “Cari yang lain saja. Aduuh dia ini ceroboh, bawel, ngeselin!"Kurang ajar si Galang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Mengenal Lebih Dekat

    “Tunggu!” Suara Galang menghentikan langkahku.“Tak usah hubungi adikmu itu. Saya antar kamu pulang."“Ih, siapa sih yang menghubungi dia, lagi buka aplikasi ojol juga!” ucapku berbohong, daripada habis diledekkin Galang lagi.“Nggak usah ge-er,” kata Galang ketika langkahnya sudah sejajar denganku.“Bang Wira yang suruh. Katanya supaya kita bisa lebih mengenal,” sambungnya diikuti tawa kecil yang sinis. “Huh, ada-ada aja Bang Wira.”“Cuma berdua? Nggak sama Pak Parlan?” tanyaku karena tak melihat sopir kantor membersamai ya. “Tidak perlu. Saya bisa nyetir sendiri.” Dih sombong!“Ngga takut kesasar kaya kemaren Pak?” sindirku.Galang menghentikan langkahnya menatapku. “Kamu tahu kan, ada teknologi yang bernama Google Maps.”Aku menarik napas kesal. “Bapak juga tau kan, ada teknologi yang namanya alarm HP, ngapain pakai aisisten segala hanya untuk ngingetin jadwal. MANJA!” balasku.“Cerewet! Cepet masuk mobil!” bentaknya sembari memberi isyarat agar aku segera masuk ke mobil yang suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Rencana Mama Mertua

    “Jangan turun!” cegahku.“Kenapa?” tanya Galang, keningnya berkerut menatapku.“Saya harus bertemu orang tuamu, biar nanti kalau kamu macam-macam, saya tahu harus kemana?”“Macam-macam apa sih, Pak. Saya ngga minat macam-macam sama Bapak! Bapak ini artis, kalo tetangga tahu nanti malah bikin heboh!”Padahal alasan yang sebenarnya aku tak ingin Arman dan Mama tahu, siapa yang mengantarku pulang.“Udah, Bapak langsung balik ke kantor ya. Siapa tahu mobilnya mau dipakai sama Pak Wira.” Cepat-cepat aku memasangkan kembali sabuk pengaman Galang sampai bunyi klik, lalu keluar dari mobil.Baru mau membuka pagar, tiba-tiba ibu dengan motor matik berhenti di depanku. Bu Bejo. Ugh, untung aja Galang ngga jadi turun tadi.“Eh Bu Arya, baru pulang kerja Bu?”“Eh, hehehe iya Bu Bejo.”“Kerja di mana, Bu?”“Di kafé Mentari, Bu.”“Oh kafé baru itu ya. Kerja apa, Bu di sana? Yang nyatet-nyatet pesanan ya? Apa yang cuci piring?” Dih underestimate banget!“Markom, Bu. Marketing komunikasi.”“Marketing?

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Berdua Denganmu

    Pukul tiga lebih sedikit, selepas Ashar Arman menjemputku. Di mobil sudah ada Mama dan Bi Inah, rencananya mereka berdua plus Rania akan di drop di mall. Mama mau belanja sekalian ngajak Rania ke arena bermain yang ada di mall, katanya. Tapi kurasa sebenarnya Mama hanya cari alasan saja supaya aku dan Arman bisa pergi berdua. “Selesai jam berapa, Ma?” tanya Arman ketika mobil sudah menepi di depan pintu masuk mall. “Nggak usah dijemput. Mama naik taksi pulangnya. Jadi kalian santai aja, ya.” Mama lalu turun diikuti Rania dan Bi Inah. “Tapi jangan cepet-cepet pulang, kalian nggak bawa kunci kan?” Mama memamerkan kunci di tangannya sambil tersenyum penuh arti, sebelum menutup pintu mobil. Aku menghela napas pasrah. “Dah Mamaaa.” Rania melambaikan tangan sesaat sebelum mobil melaju. “Dadah… jangan rewel ya,” pesanku. “Maafkan Mamaku, ya.” Setelah beberapa saat lamanya hening di mobil, akhirnya Arman bicara. “Beliau M

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18

Bab terbaru

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 12

    "Serius, Ra, kamu mau berhenti kuliah?" Mata Andini membulat. Apalagi setelah Kinara menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Ra, kita baru beberapa bulan kuliah, sayang tauk uang masuknya. Galang yang suruh?" Kinara menggeleng. "Nggak, Ndin." Memang bukan karena permintaan Galang. Justru lelaki itu sama terkejutnya dengan Andini saat Kinara mengutarakan niatnya berhenti kuliah. "Kenapa, Flo?" Galang mengusap mulutnya dengan serbet, menjauhkan piring makan yang telah kosong di depannya. "Bukannya kuliah itu cita-cita kamu dari dulu?" "Hmm, bukannya kamu seneng kalau aku nggak kuliah, nggak ketemu Mas Jagad lagi di sana." "Iya, aku memang cemburu, tapi nggak usah sampai berhenti juga, Sayaang." Galang mencubit gemas pipi Kinara. Aww. "Setelah kupikir-pikir, Lang." Kinara mengusap-usap pipinya yang dicubit Galang tadi. "Aku hanya ingin fokus belajar fotografi, di kuliahan pelajarannya macam-macam." "Nah, kalau alasan ini masuk akal. Oke, aku akan carikan sekolah fotografi terbaik bua

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 11

    Otak Kinara memerintahnya untuk berlari kencang namun otot kakinya menegang, sulit bergerak. Ia hanya mampu berjalan mundur, selangkah demi selangkah, lalu ... "Astaghfirullah." Tiba-tiba kakinya menginjak genangan air hingga ia jatuh terduduk. Kinara menoleh ke kanan dan ke kiri. Kenapa jalanan ini sepi sekali. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik-rintik, membuat suasana semakin mencekam. "Oh, kamu rupanya. Sepertinya kita pernah berjumpa, ya." Hendri mengulurkan tangan, seolah mau membantu Kinara bangun dari jatuhnya. Namun Kinara menggeleng. Sedikit pun ia enggan menyentuh lelaki itu. "Mau terus-terusan di sini? Ayo ...." ujar lelaki itu, lembut tapi terdengar menyeramkan. "Kenapa, ha?" Ia mulai membentak, satu tangannya mencengkram kuat pipi Kinara. "Apa yang kau dengar?" Lagi-lagi Kinara hanya sanggup menggeleng tanpa suara. "Biarkan dia, kita bicara di tempat lain!" seru Malya yang nampak gusar. Ia tak mau berada di tempat ini berlama-lama namun merasa perlu menyelesaik

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 10

    "Kamu tahu dia siapa?" bisik Arash ketika Hendri sudah jalan menjauh. "Hah, siapa, Kak?" Kinara sedikit mencondongkan badan mendekat pada Arash. "Dia produser yang disebut Marini." "Ma-maksudnya yang menghamili Marini?" Arash mengangguk. "Hem, begitu menurut pengakuannya." "Tuntutannya belum diajukan, Kak?" Kinara ingat beberapa waktu lalu saat ke rumah sakit tempat Marini dirawat, perempuan itu sempat menunjukkan surat tuntutan. "Para korban pelecehan menolak menandatangi surat tuntutan. Marini pun akhirnya berubah pikiran. Aku tidak bisa memaksa." Kinara menelan ludah. Tak semudah itu memang mengakui kasus pelecehan seksual meski kita sebagai korban. "Tapi aku masih tetap berusaha. Ada seorang korban lagi yang sedkit demi sedkit mulai menguak kebusukannya." "Siapa, Kak?" "Ada, seorang aktris pendatang baru. Maaf, aku tidak bisa sebut nama. Tapi kemungkinan kamu pun tidak tahu. Debutnya baru sebatas pemeran figuran. Ia ditawari casting untuk sebuah film dan dilecehkan ketika

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 9

    Meski sudah kembali ke ibu kota, bukan berarti kesibukan Kinara berkurang. Jadwal syuting yang berbenturan dengan jam kuliah membuatnya terpaksa membolos lagi dan lagi. Saat hanya menjadi asisten, asalkan sudah mempersiapkan segala keperluan Galang, ia santai saja ijin barang beberapa jam untuk mengikuti perkuliahan, lalu setelahnya akan menyusul kembali ke lokasi syuting. Ah, ia jadi paham kenapa Galang sampai sekarang belum juga lulus kuliah. "Kinara, ntar sore jam empat, jangan lupa, lu dan Galang ada talkshow di podcast." Nah, belum lagi undangan wawancara sana-sini. Bagi Kinara sebagai artis pendatang baru, undangan wawancara terdengar mengerikan, bagaimana kalau dia sampai salah bicara. "Datang tepat waktu, promosikan sinetron kita, dan kalau ditanya soal Malya, jawab aja nggak tahu." "Oke, Bang, siap!" Karena Kinara diam saja, akhirnya Galang yang menjawab arahan Bang Sut. "Sayang, santai aja," bisik Galang begitu melihat wajah Kinara yang berubah tegang. "Hah, santai?" Ki

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 8

    "Cut!" teriak Sutradara. Namun Galang bergeming. Bahkan ia memeluk Kinara erat dan semakin erat. "Woy, cut! Selesai! Udah! End!" Bang Sut mengulangi instruksinya hingga membuat Galang sadar dan melepaskan pelukan. "Eh, udah? Gini aja?" Galang menoleh. "Ya, emang udah, lo nggak baca naskahnya?" "Maksud gue, kaya ... nanggung gitu, Bang. Kan bisa diimprove, ditambah adegan kissing mungkin!" "Edan!" Bang Joel yang baru datang menoyor kepala Galang. "Mau merusak moral anak bangsa, lo?" "Jangan didengerin, Bang!" Bang Joel menoleh pada Sutradara. "Otaknya lagi rada-rada korslet!" Lelaki itu menempelkan telunjuk dengan posisi miring di dahinya. Bang Sut tertawa sembari geleng-geleng kepala. Setelahnya ia memberi instruksi untuk break syuting. "Jam setengah tujuh tet kita ganti lokasi, siap-siap, ya!" Mendengar perintah sang sutradara, para kru segera membereskan peralatan, sementara talent kembali ke kamar masing-masing. Ini hari ketiga mereka di Bandung. Revisi naskah membuat merek

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 7

    "Dia, asisten lo kan, Lang? Kita pakai dia!" "Pakai? Saya?" Kinara menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah bertanya-tanya, menoleh pada Galang dan Bang Sut si sutradara secara bergantian. "Maksudnya, Bang?" "Elo jadi artis." Ucapan Bang Sut lebih seperti perintah yang harus disetujui daripada sebuah tawaran. "Cup! Urus dia!" katanya pada sang asisten. "Siap, grak!" "Eh, eh, kita mau kemanaa?" teriak Kinara ketika Ucup si asisten sutradara menarik tangannya. "Heh, Cup! Lu main tarik is-ehm asisten gue sembarangan aja!" Galang pasang badan menghadang langkah sang astrada. "Emangnya dia bersedia?" "Gini, ehm. Ki ... Kinara." Bang Sut maju menengahi. "Bener nama lo Kinara, kan?"Kinara mengangguk. "Karena Malya ngilang dan ntah kapan bisa syuting lagi, sementara sinetron kita kejar tayang, kita terpaksa mengubah jalan ceritanya. Jadi Malya bakal dibuat mendadak mati karena kecelakaan. Terus Galang yang ada di mobil yang sama dengan Malya saat kecelakaan diselamatkan orang. Nah,

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 6

    "Ayok, Lang, kita main!" Kinara menarik tangan Galang usai mengunci pintu penghubung dengan kamar Bang Joel. "Main?" Galang takjub dengan ajakan Kinara, frontal juga dia, ya. "Sekarang? Langsungan, nih?" "Iya lah, keburu Bang Joel berubah pikiran ntar, kita harus manfaatkan waktu berdua." "Okee, siapa takut." Sebenarnya sempat terlintas ancaman Bang Joel tentang uang dua milyar, tapi ah, bodo amat. Ada kesempatan kenapa disia-siakan. Soal yang lain pikir belakangan. Tanpa menunggu lama, Galang membuka baju atasannya, tapi ... "Laaang, ngapain buka bajuuu?" "Lah kata kamu tadi ... main, kan?" Galang mulai ragu-ragu. "Main ini!" Kinara melemparkan papan catur ke atas tempat tidur. "Kamu tahu nggak, pas SD, semua teman udah pernah kutantangin main catur dan tidak ada yang bisa mengalahkanku. Bahkan pak guru olahraga aja kalah tanding catur denganku," ucapnya bangga. "Cuma sama kamu aja aku belum pernah main, karena terlalu gengsi mau ngajakin." Astagaaa .... Galang berdecak. "F

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 5

    "Dua puluh satu ribu lima ratus, Kak," ucap seorang kasir setelah menghitung menu yang dibawa Kinara di hadapannya. "Oh, iya." Kinara tengah membuka dompetnya ketika suara seorang lelaki terdengar dari arah belakang seraya menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan. "Ini, Mbak. Sekalian punya saya." Tentu saja hal itu spontan membuat Kinara menoleh. Mas Jagad? Udah sengaja Kinara makan di kantin fakultas sebelah, eh, masih bertemu mantan juga. Heran. "Nggak-nggak, ini aja," tolak Kinara. Cepat-cepat ia mengambil uang dari dalam dompetnya. "Uang pas," ucapnya seraya tersenyum. "Sudah, Mbak, cepetan dihitung. Uangnya sudah ada di tangan Mbak, kan." Jagad tak mau kalah. Lelaki itu merasa menang langkah karena uang lima puluh ribunya sudah di tangan si embak kasir. "Pak!" Kinara melotot. Tapi demi tidak membuat keributan di depan umum, perempuan itu memilih untuk mengalah. Ia berjalan meninggalkan meja kasir dan duduk di salah satu bangku kosong. "Gimana Ibu, Ra?" tanya Jagad y

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 4

    "Mbok, biar saya yang masak." Hari ini Kinara datang lebih pagi dan langsung menuju dapur rumah Galang. Mbok War yang sedang asik mengupas bawang putih menoleh heran."Kenapa, Mbak? Masakan Mbok selama ini nggak enak, ya?" "Enak, Mbok. Saya cuma, cuma ...." Kinara mencoba mengarang-ngarang alasan. Sebenarnya dia hanya ingin seperti suami istri pada umumnya saja. Pagi-pagi menyiapkan sarapan untuk suami sebelum berangkat kerja. So sweet sepertinya. Tapi, tak mungkin ia mengutarakan itu pada Mbok War, bukan? "Kangen masak sendiri ajah," ucapnya akhirnya. "Oh ... Mbak Kinar pengen masakkin yang spesial buat Mas Galang, ya?" goda Mbok War. Sudah sejak lama perempuan tua itu merasa ada sesuatu antara majikannya dengan sang asisten. Memang sih, yang terlihat di depannya, kedua muda-mudi itu lebih sering beradu argumen. Tapi seperti ada yang beda saja, setidaknya feeling seorang ibu mengatakan demikian. Apalagi ia membersamai Galang bukan baru setahun dua tahun, melainkan semenjak majikann

DMCA.com Protection Status