Share

Berdua Denganmu

Penulis: Rahmi Aziza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-18 10:00:00

Pukul tiga lebih sedikit, selepas Ashar Arman menjemputku. Di mobil sudah ada Mama dan Bi Inah, rencananya mereka berdua plus Rania akan di drop di mall. Mama mau belanja sekalian ngajak Rania ke arena bermain yang ada di mall, katanya. Tapi kurasa sebenarnya Mama hanya cari alasan saja supaya aku dan Arman bisa pergi berdua.

“Selesai jam berapa, Ma?” tanya Arman ketika mobil sudah menepi di depan pintu masuk mall.

“Nggak usah dijemput. Mama naik taksi pulangnya. Jadi kalian santai aja, ya.” Mama lalu turun diikuti Rania dan Bi Inah.

“Tapi jangan cepet-cepet pulang, kalian nggak bawa kunci kan?” Mama memamerkan kunci di tangannya sambil tersenyum penuh arti, sebelum menutup pintu mobil. Aku menghela napas pasrah.

“Dah Mamaaa.” Rania melambaikan tangan sesaat sebelum mobil melaju.

“Dadah… jangan rewel ya,” pesanku.

“Maafkan Mamaku, ya.” Setelah beberapa saat lamanya hening di mobil, akhirnya Arman bicara.

“Beliau M
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Arman kenapa gak jujur saja sama Nadia,keburu di tikung orang Nadia nya
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
Karena aku suka kamu sejak SMA
goodnovel comment avatar
Rahmi Aziza
Wkwk kok Angga siih, Galaaang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Sekolah Kita

    “Dan?” Aku menatap Arman serius, tak sabar menunggu kata yang keluar selanjutnya.“Ya, itu. Itu tadi alasannya.” Pfiuuh, aku kecewa. Ternyata ia mau menikahiku hanya karena Mama dan Rania, kupikir ia akan bilang kalau ia juga menyayangiku. Ops, mikir apa aku ini, sih!Pramusaji datang membawa pesanan kami. Kami makan dalam hening. Ah, ingin rasanya ini cepat berlalu. Ketika kami sama-sama sudah menghabiskan makanan, aku bernapas lega, akhirnya bisa pulang juga. Tapi aku teringat, Mama yang memegang kunci. Kalau Mama belum pulang, masa aku mau nongkrong di teras rumah sama Arman, gimana kalo bu Bejo lewat? Kira-kira gosip apa yang akan menyebar di tetangga nantinya?“Baru pukul empat lebih sedikit.” Arman melihat jam tangannya.”Gimana kalau kita ke sekolah?” tanyanya.“SMA maksudmu?”Ia mengangguk.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Jangan Jemput Lagi

    “Ssst bolanya sudah aman padaku.” Aku membuka mata. Arman sudah di dekatku membawa bola. Rupanya dia yang menangkap bola itu.“Masukkan!” Ia mengangsurkan bola padaku sementara matanya melirik ke arah ring basket.Aku menggeleng, nggak mau, malu-maluin banget kalo nggak bisa masuk.Tapi teriakan dari anak-anak didik Aldo membuatku terpaksa melakukannya.“Ayo Kak … masuk.. masuk. Masuk.”Bismillah aku merapal doa dalam hati. Lalu, hup aku mulai melempar bola dan … masuk!!! Waah sebuah keajaiban!“Yeayy!” Aldo dan anak-anak didiknya riuh bertepuk tangan.“Good job!” Arman mengacungkan ibu jarinya. “Ayo pulang,” katanya sambil berjalan ke arah Aldo, berpamitan. Aku mengikutinya.Saat keluar dari gerbang hendak menuju mobil, aku melihat ada penjual leker langganan jaman SMA.“Tunggu, aku mau beli itu,” kataku pada Arman.“Oke aku tunggu di mobil.”“Pak Leker.” Aku menyapa bapak penjual leker dengan girang layaknya kawan dekat yang lama tak bertemu. Aku tak tahu namanya anak-anak hanya bi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Ngerjain Bos

    Aku termangu sejenak. Menikah? Apa dia pikir mudah memutuskan berumahtangga lagi? Padahal baru empat bulan lalu aku kehilangan orang yang sangat kucinta. Niatnya menghindari gosip malah membuat gosip baru. Aku bisa saja disangka janda gatel yang tidak mandiri, apalagi yang kunikahi mantan adik iparku sendiri. “Sudahlah, kamu nggak ngerti! Dan nggak akan pernah ngerti, pulang aja sana.” Aku mendorong punggungnya sampai keluar. Diujung pintu Arman menoleh ke arahku. “Rania masuk sekolah jam berapa?” “Delapan,” jawabku. “Baiklah. Aku, pamannya, yang akan mengantar Rania sampai depan pintu kelasnya besok.” “Terserah,” jawabku lalu menutup pintu. Setelahnya, aku masih mengintip dari sudut jendela sampai Arman melajukan mobil dan hilang dari pandangan. Baru baru beberapa detik aku bisa duduk tenang di sofa melepaskan lelah, notif WA berbunyi. Aku biarkan saja. Masih malas mengambil ponsel dari dalam tas. Tapi kemudian berbunyi lagi, dan lagi. Siapa? Saat membuka ponsel serentetan pesa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Asisten Bos

    “Kenapa jauh sekali? Kau asistenku. Jangan pernah jauh dariku. Mengerti!”"Mengerti, Pak," jawabku lantas berjalan beriringan dengannya. Ketika kami sudah masuk dalam mobil dan hendak berangkat, tiba-tiba pintu mobil di sisi Galang dibuka oleh Malya, “Lang, gue bareng lo aja, deh!”Tanpa menunggu persetujuan Galang, Malya langsung naik ke mobil. Duduk sangat rapat dengan Galang, bahkan menyenderkan kepalanya di bahu Galang. Galang lalu sedikit menggeser tubuhnya ke arahku.“Biar saya pindah ke depan, Pak.” Aku berbisik pada Galang sambil membuka sisi pintu sebelah kanan. Tak nyaman rasanya berada diantara mereka, mending duduk di sebelah Pak Parlan.“Tidak, tetaplah di sini bersamaku," titah Galang lugas, membuatku urung untuk pindah. 💜💜💜Hawa dingin menusuk tulang, ketika kami tiba di lokasi syuting hari ini. Bandungan. Letaknya ada di Kabupaten Semarang. Banyak juga yang menyebutnya Semarang coret. Suhu di daerah ini memang cukup dingin karena termasuk dataran tinggi.Dibantu P

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Hujan Sore Itu

    Seusai salat, aku dan Galang kembali ke lokasi syuting.“Lima belas menit lagi, ya!” Pak sutradara berteriak pada para kru dan pemain.Aku lalu teringat dengan nasi kotak tadi. Oh iya, Galang belum makan.“Makan dulu, Pak!” Aku menyerahkan satu kotak nasi padanya. Ia malah membuka mulutnya tanpa menerima kotak itu.“Hah? Gimana Pak?” tanyaku.“Kamu ngga lihat apa, saya sedang baca naskah? Suapi!” perintahnya.Dengan setengah hati akupun menyuapinya makan.“Dasar bayi tua, manja!” sungutku dengan suara agak keras. Tapi Galang tidak peduli, dia tetap fokus melihat lembar naskah yang ada di tangannya.Setelah beberapa suapan, tiba-tiba Malya datang, memberi kode agar aku menyingkir. Ia lalu mengambil kotak nasi yang kupegang.Aku menurut, mundur ke belakang diam-diam. Ketika Galang menoleh, dia tampak kaget karena bukan aku yang ada di sebelahnya."Aku sudah kenyang." Lelaki itu menolak saat Malya hendak menyuapinya. “Nadia ... minum, mana air minum?” Ia menoleh mencariku.Buru-buru aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Jangan Marah

    POV Galang“Ayo jalan!” Malya memeluk lenganku lalu menarikku maju. Meski ingin menolak, aku tak kuasa melakukannya. Tidak tega. Aku hanya menoleh pada Nadia sebelum pergi dan bilang, “Tunggu aku.”Setelah kuantarkan Malya sampai ke mobil, segera aku berbalik hendak menjemput Nadia. Tapi kulihat ada seorang laki-laki yang bersamanya. Adiknya, ya itu adik ipar yang tempo hari dikenalkannya padaku.Tak lama, terdengar notif pesan masuk di ponselku. Segera kubuka. Ternyata dari Nadia. "Langsung ke lokasi syuting, Pak. Saya sudah ada yang menjemput." Aku terlambat. Aku hanya mampu berdiri memandanginya dari kejauhan sampai ia menghilang dari pandangan, pergi bersama laki-laki itu.Di apartemen, usai syuting hatiku tak tenang. Bolak-balik aku mengecek ponsel berharap ada pesan dari Nadia. Tapi nihil. Apa aku yang harus mengirim pesan duluan?Berulangkali aku mengetik-hapus-ketik-hapus bingung mau mengirimkan pesan apa.“Kau lupa lagi kan menghubungiku?”Tulisku akhirnya. Semenit, dua men

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Sakit

    Aku melirik pada Galang, curiga dia salah minum obat.“Nggak usah aneh-aneh deh Pak, bicaranya. Gombalan kaya gitu, nggak mempan di saya!” jawabku ketus. Untung kru lain masih pada sibuk memesan makanan dan saling mengobrol satu sama lain, jadi tak begitu perhatian pada obrolan kami."Kalau diantara sepuluh benda, sembilan berbentuk kotak dan satu diantaranya bulat, mana yang kira-kira lebih menarik perhatian?" Kali ini ia malah bertanya hal yang aneh."Yang bulat lah Pak, pasti. Karena satu-satunya yang beda," jawabku."That's you! Itulah kamu!""Gimana sih, Pak? Maksudnya saya bulat gitu?"Galang tertawa sembari geleng-geleng kepala mendengar jawabanku. "Sudah nggak marah lagi, kan?"Baru mau menjawab, tiba-tiba aku merasakan getaran ponsel dari dalam tas. Sedari tadi, nada dering ponsel memang kumatikan. Saat melihat layar, nama Erna tertera di sana. Tumben masih pagi begini dia menelepon.“Ya Er, ada apa?”“Nad, dari tadi kukirim pesan kok nggak balas, sih? Rania demam. Kamu jempu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Demi Cinta

    “Eh. Hmm, Maaf.” Cepat-cepat ia menurunkan tangannya. "Aku hanya panik saja, jadi refleks menyentuhmu.""Iya, nggak apa-apa. Kita kan saudara, aku paham kalau kamu mengkuatirkanku, makasih ya."“Kau istirahatlah, Rania biar aku yang urus,” katanya lagi seraya membawa Rania masuk ke dalam rumah. “Eh cucu oma sudah pulang sekolah.” Mama mengalihkan perhatiannya dari TV saat Arman masuk rumah sembari mengucap salam.“Kenapa?” tanya Mama melihat Rania yang lemas di gendongan Arman.“Rania demam Ma,” sahut Arman.“Walah, langsung bawa ke kamar, Man.”“Biar di kamar Arman saja Ma, Nadia juga agak demam, biar dia istirahat.”“Lho Nadia sakit juga, to!” Mama menempelkan tangannya di keningku. “Ya sudah istirahat sana, Mama carikan obat turun panas ya.”Tak lama setelah aku berbaring di kamar, Mama datang membawa obat dan segelas air putih ke kamarku. “Minum obat dulu Nad.”“Makasih, Ma.” Segera aku minum obat yang diberikan Mama. Sungguh aku merasa bersyukur punya Mama. Meski Mas Arya telah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21

Bab terbaru

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 12

    "Serius, Ra, kamu mau berhenti kuliah?" Mata Andini membulat. Apalagi setelah Kinara menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Ra, kita baru beberapa bulan kuliah, sayang tauk uang masuknya. Galang yang suruh?" Kinara menggeleng. "Nggak, Ndin." Memang bukan karena permintaan Galang. Justru lelaki itu sama terkejutnya dengan Andini saat Kinara mengutarakan niatnya berhenti kuliah. "Kenapa, Flo?" Galang mengusap mulutnya dengan serbet, menjauhkan piring makan yang telah kosong di depannya. "Bukannya kuliah itu cita-cita kamu dari dulu?" "Hmm, bukannya kamu seneng kalau aku nggak kuliah, nggak ketemu Mas Jagad lagi di sana." "Iya, aku memang cemburu, tapi nggak usah sampai berhenti juga, Sayaang." Galang mencubit gemas pipi Kinara. Aww. "Setelah kupikir-pikir, Lang." Kinara mengusap-usap pipinya yang dicubit Galang tadi. "Aku hanya ingin fokus belajar fotografi, di kuliahan pelajarannya macam-macam." "Nah, kalau alasan ini masuk akal. Oke, aku akan carikan sekolah fotografi terbaik bua

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 11

    Otak Kinara memerintahnya untuk berlari kencang namun otot kakinya menegang, sulit bergerak. Ia hanya mampu berjalan mundur, selangkah demi selangkah, lalu ... "Astaghfirullah." Tiba-tiba kakinya menginjak genangan air hingga ia jatuh terduduk. Kinara menoleh ke kanan dan ke kiri. Kenapa jalanan ini sepi sekali. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik-rintik, membuat suasana semakin mencekam. "Oh, kamu rupanya. Sepertinya kita pernah berjumpa, ya." Hendri mengulurkan tangan, seolah mau membantu Kinara bangun dari jatuhnya. Namun Kinara menggeleng. Sedikit pun ia enggan menyentuh lelaki itu. "Mau terus-terusan di sini? Ayo ...." ujar lelaki itu, lembut tapi terdengar menyeramkan. "Kenapa, ha?" Ia mulai membentak, satu tangannya mencengkram kuat pipi Kinara. "Apa yang kau dengar?" Lagi-lagi Kinara hanya sanggup menggeleng tanpa suara. "Biarkan dia, kita bicara di tempat lain!" seru Malya yang nampak gusar. Ia tak mau berada di tempat ini berlama-lama namun merasa perlu menyelesaik

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 10

    "Kamu tahu dia siapa?" bisik Arash ketika Hendri sudah jalan menjauh. "Hah, siapa, Kak?" Kinara sedikit mencondongkan badan mendekat pada Arash. "Dia produser yang disebut Marini." "Ma-maksudnya yang menghamili Marini?" Arash mengangguk. "Hem, begitu menurut pengakuannya." "Tuntutannya belum diajukan, Kak?" Kinara ingat beberapa waktu lalu saat ke rumah sakit tempat Marini dirawat, perempuan itu sempat menunjukkan surat tuntutan. "Para korban pelecehan menolak menandatangi surat tuntutan. Marini pun akhirnya berubah pikiran. Aku tidak bisa memaksa." Kinara menelan ludah. Tak semudah itu memang mengakui kasus pelecehan seksual meski kita sebagai korban. "Tapi aku masih tetap berusaha. Ada seorang korban lagi yang sedkit demi sedkit mulai menguak kebusukannya." "Siapa, Kak?" "Ada, seorang aktris pendatang baru. Maaf, aku tidak bisa sebut nama. Tapi kemungkinan kamu pun tidak tahu. Debutnya baru sebatas pemeran figuran. Ia ditawari casting untuk sebuah film dan dilecehkan ketika

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 9

    Meski sudah kembali ke ibu kota, bukan berarti kesibukan Kinara berkurang. Jadwal syuting yang berbenturan dengan jam kuliah membuatnya terpaksa membolos lagi dan lagi. Saat hanya menjadi asisten, asalkan sudah mempersiapkan segala keperluan Galang, ia santai saja ijin barang beberapa jam untuk mengikuti perkuliahan, lalu setelahnya akan menyusul kembali ke lokasi syuting. Ah, ia jadi paham kenapa Galang sampai sekarang belum juga lulus kuliah. "Kinara, ntar sore jam empat, jangan lupa, lu dan Galang ada talkshow di podcast." Nah, belum lagi undangan wawancara sana-sini. Bagi Kinara sebagai artis pendatang baru, undangan wawancara terdengar mengerikan, bagaimana kalau dia sampai salah bicara. "Datang tepat waktu, promosikan sinetron kita, dan kalau ditanya soal Malya, jawab aja nggak tahu." "Oke, Bang, siap!" Karena Kinara diam saja, akhirnya Galang yang menjawab arahan Bang Sut. "Sayang, santai aja," bisik Galang begitu melihat wajah Kinara yang berubah tegang. "Hah, santai?" Ki

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 8

    "Cut!" teriak Sutradara. Namun Galang bergeming. Bahkan ia memeluk Kinara erat dan semakin erat. "Woy, cut! Selesai! Udah! End!" Bang Sut mengulangi instruksinya hingga membuat Galang sadar dan melepaskan pelukan. "Eh, udah? Gini aja?" Galang menoleh. "Ya, emang udah, lo nggak baca naskahnya?" "Maksud gue, kaya ... nanggung gitu, Bang. Kan bisa diimprove, ditambah adegan kissing mungkin!" "Edan!" Bang Joel yang baru datang menoyor kepala Galang. "Mau merusak moral anak bangsa, lo?" "Jangan didengerin, Bang!" Bang Joel menoleh pada Sutradara. "Otaknya lagi rada-rada korslet!" Lelaki itu menempelkan telunjuk dengan posisi miring di dahinya. Bang Sut tertawa sembari geleng-geleng kepala. Setelahnya ia memberi instruksi untuk break syuting. "Jam setengah tujuh tet kita ganti lokasi, siap-siap, ya!" Mendengar perintah sang sutradara, para kru segera membereskan peralatan, sementara talent kembali ke kamar masing-masing. Ini hari ketiga mereka di Bandung. Revisi naskah membuat merek

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 7

    "Dia, asisten lo kan, Lang? Kita pakai dia!" "Pakai? Saya?" Kinara menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah bertanya-tanya, menoleh pada Galang dan Bang Sut si sutradara secara bergantian. "Maksudnya, Bang?" "Elo jadi artis." Ucapan Bang Sut lebih seperti perintah yang harus disetujui daripada sebuah tawaran. "Cup! Urus dia!" katanya pada sang asisten. "Siap, grak!" "Eh, eh, kita mau kemanaa?" teriak Kinara ketika Ucup si asisten sutradara menarik tangannya. "Heh, Cup! Lu main tarik is-ehm asisten gue sembarangan aja!" Galang pasang badan menghadang langkah sang astrada. "Emangnya dia bersedia?" "Gini, ehm. Ki ... Kinara." Bang Sut maju menengahi. "Bener nama lo Kinara, kan?"Kinara mengangguk. "Karena Malya ngilang dan ntah kapan bisa syuting lagi, sementara sinetron kita kejar tayang, kita terpaksa mengubah jalan ceritanya. Jadi Malya bakal dibuat mendadak mati karena kecelakaan. Terus Galang yang ada di mobil yang sama dengan Malya saat kecelakaan diselamatkan orang. Nah,

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 6

    "Ayok, Lang, kita main!" Kinara menarik tangan Galang usai mengunci pintu penghubung dengan kamar Bang Joel. "Main?" Galang takjub dengan ajakan Kinara, frontal juga dia, ya. "Sekarang? Langsungan, nih?" "Iya lah, keburu Bang Joel berubah pikiran ntar, kita harus manfaatkan waktu berdua." "Okee, siapa takut." Sebenarnya sempat terlintas ancaman Bang Joel tentang uang dua milyar, tapi ah, bodo amat. Ada kesempatan kenapa disia-siakan. Soal yang lain pikir belakangan. Tanpa menunggu lama, Galang membuka baju atasannya, tapi ... "Laaang, ngapain buka bajuuu?" "Lah kata kamu tadi ... main, kan?" Galang mulai ragu-ragu. "Main ini!" Kinara melemparkan papan catur ke atas tempat tidur. "Kamu tahu nggak, pas SD, semua teman udah pernah kutantangin main catur dan tidak ada yang bisa mengalahkanku. Bahkan pak guru olahraga aja kalah tanding catur denganku," ucapnya bangga. "Cuma sama kamu aja aku belum pernah main, karena terlalu gengsi mau ngajakin." Astagaaa .... Galang berdecak. "F

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 5

    "Dua puluh satu ribu lima ratus, Kak," ucap seorang kasir setelah menghitung menu yang dibawa Kinara di hadapannya. "Oh, iya." Kinara tengah membuka dompetnya ketika suara seorang lelaki terdengar dari arah belakang seraya menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan. "Ini, Mbak. Sekalian punya saya." Tentu saja hal itu spontan membuat Kinara menoleh. Mas Jagad? Udah sengaja Kinara makan di kantin fakultas sebelah, eh, masih bertemu mantan juga. Heran. "Nggak-nggak, ini aja," tolak Kinara. Cepat-cepat ia mengambil uang dari dalam dompetnya. "Uang pas," ucapnya seraya tersenyum. "Sudah, Mbak, cepetan dihitung. Uangnya sudah ada di tangan Mbak, kan." Jagad tak mau kalah. Lelaki itu merasa menang langkah karena uang lima puluh ribunya sudah di tangan si embak kasir. "Pak!" Kinara melotot. Tapi demi tidak membuat keributan di depan umum, perempuan itu memilih untuk mengalah. Ia berjalan meninggalkan meja kasir dan duduk di salah satu bangku kosong. "Gimana Ibu, Ra?" tanya Jagad y

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 4

    "Mbok, biar saya yang masak." Hari ini Kinara datang lebih pagi dan langsung menuju dapur rumah Galang. Mbok War yang sedang asik mengupas bawang putih menoleh heran."Kenapa, Mbak? Masakan Mbok selama ini nggak enak, ya?" "Enak, Mbok. Saya cuma, cuma ...." Kinara mencoba mengarang-ngarang alasan. Sebenarnya dia hanya ingin seperti suami istri pada umumnya saja. Pagi-pagi menyiapkan sarapan untuk suami sebelum berangkat kerja. So sweet sepertinya. Tapi, tak mungkin ia mengutarakan itu pada Mbok War, bukan? "Kangen masak sendiri ajah," ucapnya akhirnya. "Oh ... Mbak Kinar pengen masakkin yang spesial buat Mas Galang, ya?" goda Mbok War. Sudah sejak lama perempuan tua itu merasa ada sesuatu antara majikannya dengan sang asisten. Memang sih, yang terlihat di depannya, kedua muda-mudi itu lebih sering beradu argumen. Tapi seperti ada yang beda saja, setidaknya feeling seorang ibu mengatakan demikian. Apalagi ia membersamai Galang bukan baru setahun dua tahun, melainkan semenjak majikann

DMCA.com Protection Status