Galang dan Sinar menjemput Ghea yang sudah siap. Ghea terlihat cantik meskipun hanya mengoles pelembab dipadu bedak padat dan lipstick warna nude. Sinar menyerahkan sebuket mawar warna merah diselingi baby’s breath warna putih diterima Ghea dengan senyum sumringah. Galang sempat kaget melihat perubahan wajah Ghea yang biasanya dingin menghadapinya terlihat gembira dengan menampilkan senyum yang menurut Galang senyum yang tidak pernah dilihatnya di wajah Ghea. Ghea mengulurkan tangannya meraih tangan Sinar, yang langsung memegang tangan Ghea erat-erat. Bertiga mereka masuk ke mobil duduk di belakang menuju Pondok Indah. Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara, hanya Galang mencuri-curi memandang Ghea yang berusaha tersenyum, mengusap telapak tangan Sinar yang terus menatap Ghea tanpa berkedip. Ijab Kabul dihadiri oleh pak Basuki yang mencarikan wali buat Ghea, karena ayah Ghea sudah meninggal. Di samping pak Basuki seorang perempuan mungil, cantik potongan rambut Layered s
Ghea memandang tubuh yang berbaring di sampingnya. Dia suamiku, dia lelakiku ? batinnya. Seharusnya ada kebahagiaan, tapi yang ada kesesakan di dadanya melihat pria yang berbaring di sampingnya dengan senyum puas di wajahnya yang kemerah-merahan. Ghea mengambil ponsel, dilihatnya sudah jam lima sore, tepat delapan jam lalu dia menikah dengan pria yang tidak diingininya.Mereka sudah di kamar tidur bersama selama enam jam. Lelaki yang juga adalah bosnya pernah menawari menikahi dengannya , dijawab Ghea dengan melarikan diri ke Bandung. Satu kata yang diingatnya ketika mereka bercinta , “ Aku mencintaimu Ghea, jangan tinggalkan aku..” menyerap dalam dada Ghea, ketika mengatakannya ada cinta, ada kelembutan dan gairah di matanya, bukan kekejaman, batin Ghea . Galang membuka matanya, menatap Ghea yang cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari lelaki itu, “ Jangan mengalihkan matamu.” “ Saya malu pak…” “ Malu? Kamu tadi menggairahkan !” jawab Galang lalu mengkungkung tubuh Ghea.
Ghea bangun lebih dahulu dari Galang, merasakan seluruh tubuhnya sakit, setelah ijab kabul sampai sore Galang terus memasuki dirinya. Ghea berusaha bangun, sebuah tangan kuat menceganya dan membiarkan masuk kembali dalam pelukannya. " Mau kemana?" tanya Galang dengan suara parau. " Ke kamar mandi, badanku gerah banget." kata Ghea. " Masih suasana bulan madu, meskipun bulan madunya hanya di kamar , kamu tidak bisa jauh dariku. Hmm.. baumu masih wangi, tidak kecut." kata Galang mencium leher kemudian dada Ghea, membelai kedua payudaranya yang menggantung indah di dadanya. " Pak.. Galang, aku ingin mandi, gosok gigi." " Baiklah, keinginan isteriku harus aku ikuti." kata Galang. Galang lalu bangun dari tidurnya, duduk di ujung tempat tidur. " Naiklah di punggungku," " Ogah !" kata Ghea berusaha menghindar. " Kita tiru pasangan Korea seperti di drakor yang kamu suka tonton." " Ogah !!!" Ghea merasakan kakinya ditarik, kemudian entah bagaimana dia sudah di punggung Galang yang
Galang masuk ke kamar tidur, dilihatnya Ghea membelai punggung Sinar dengan mata terpejam. Galang masuk ke kamar mandi, keluar langsung merebahkan diri di samping Ghea. “ Sudah cuci mulutmu? “ Sudah !” “ Masih bau rokok , ganti bajumu bau rokok !” kata Ghea. “ Malas jalan ke walk in closet, aku ganti saja di sini. Tidur telanjang.” Kata Galang dengan nada menggoda. “ Sebelah sana !” bisik Ghea. “ Aku mau memelukmu, dia mengambil hakku !” kata Galang. “ Pak…” “ Jangan panggil pak, panggil aku … mas saja..” bisik Galang. “ Mas saja….” Terkikik Ghea mengatakannya membuat Galang gemas. “ Kau menggemaskan ! “ kata Galang memeluk tubuh Ghea. “ Aku menginginimu, rasanya di bawah berontak mau masuk.” bisik bos. “ Ssttt… Sinar tidur.” Bisik Ghea. “Aku mau bawa dia ke kamarnya.” Bisik Galang. “ Mas…?” “ Apa sayang..?” “ Bisakah kita bicara ?” tanya Ghea. “ Bisa, asal tidak minta cerai ! Pisah kamar, pisah tempat tidur !” kata Galang. “ Kita ke sofa…” bisik Ghea. "Ke sofa? Asy
Tiga hari sudah Ghea memberlakukan dirinya sebagai isteri Galang. Aktivitas ranjang mereka menjadi lebih menyenangkan dan bergairah daripada one night stand. Galang tak melewati saat-saat kesendiriannya tanpa menyentuh Ghea. Seperti minum obat, tiga kali sehari Galang dan Ghea saling memuja, mendesah, mengerang berakhir dengan saling memagut. Akhirnya Galang menyerah, ketika Galley menelponnya. " Kamu kemana saja?" tanya Galley. Kantor menjadi horor tanpa ada kamu dan sekprimu . Kalian kemana? Tidak ada jadwal meeting ke luar kota !" gerutu Galley. Galang menepuk dahinya, teringat bahwa dia belum melapor ke Galley bahwa akan ke Bandung waktu dia menerima surat pengunduran diri Ghea. Teringat kembali saat Galang menyuruh supir pribadinya mas Gito menjemput Ghea. Bukan Ghea yang datang menerima tawarannya atau menolak tawarannya, tapi surat pengunduran dirinya. Betapa marahnya Galang membaca surat pengunduran diri Ghea, dirobek-robeknya kemudian menelpon pengawalnya. " Goblok ! Apa
Ghea tidak menyukai yang telah dilakukan Galang, menurut Ghea yang dilakukan Galang diluar etika , menjegal Gatot untuk mendapatkannya. Tindakan yang dilakukan Galang adalah sesuatu yang berlebihan. Emosinya campur aduk, nyaris tak bisa dikontrol. Ghea merutuk dirinya , tubuhnya terasa kaku, jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal , Ghea mengalami gelombang kecemasan dan ketakutan yang luar biasa datang secara tiba-tiba membuat jantungnya semakin cepat berdetak kencangserasa akan meloncat ke luar dadanya, , ingin muntah mual dan tidak dapat bernafas secara normal . “ Rasanya aku seperti sekarat … “ ditekannya ulu hatinya yang terasa nyeri. “Apakah aku mau mati?” bisiknya. “ Mungkin aku kecewa dengan Galang, aku kira dia adalah pelabuhan yang tepat untuk aku melabuhkan hidupku. Aku mencoba menerima cintanya, mencoba melupakan oom Gatot dari pikiran dan hatiku. Ternyata dia… licik, bajingan dan menjijikkan.” Bisik Ghea, membuatnya semakin sulit bernafas, pandangannya
Seluruh tubuh Ghea terasa kaku, kepalanya pening rasa mual yang tidak bisa ditahan membuatnya ingin muntah. Dengan menyipitkan matanya , dia melihat ke sekeliling kamar, tidak dilihatnya Galang, ” Oh.. dia tidur di walk in closet,” bisik Ghea. Berpegangan pada tempat tidur , meraba apa yang bisa menjadi pegangannya , memasuki walk in closet, tidak ada Galang, dibukanya pintu kamar mandi hal yang sama , kosong. Tiba-tiba ponselnya berdering, ada message masuk, dari Galang, ” Sayang kamu istirahat saja, jangan masuk kantor. Kepengen makan apa ? Nanti saya suruh pak Min belikan makanan. Makan yang baik sayang.I love you.” Setelah membacanya Ghea melempar poselnya ke tempat tidur, tapi jantungnya terus berdegup kencang setelah membaca message Galang. [“Sejak menikah, Galang yang kejam, super galak berubah drastis terhadap diriku, dia berusaha bersikap lembut dan sabar terhadapku, “]batin Ghea. Ghea berusaha mengadakan perjalanan batin, sebelum menikah ,masih sekprinya bos , setelah
Keringat mengucur deras tercetak indah di punggung Galang yang terus menghentak di atas tubuh Ghea yang pasrah menerima apa yang dilakukan Galang atas tubuhnya. “Buka matamu !” geram Galang. Ghea membuka matanya, matanya bersinar nikmat, bibirnya merintih , nafasnya tersengal-sengal seolah kehabisan oksigen. Kemudian dengan paksa Galang membuka bibir Ghea seolah-olah ingin menambah pasokan oksigen dalam paru-paru Ghea yang terlihat sulit bernafas. Nikmat menjalar ke seluruh aliran darah di tubuh Galang, mengalirkan kepuasan , kelegaan dalam waktu yang bersamaan, pinggulnya terus bergerak, menghujam tubuh Ghea yang tidak berdaya di bawahnya memandangnya penuh kebencian, lama kelamaan kebencian memudar diganti dengan binar nikmat . “ Akkhhh…” erang Ghea diikuti lenguhan panjang terdengar dari bibir Ghea. “ You are mine, My sweet bunny..” bisik Galang merengkuh tubuh mungil Ghea, memeluknya . Dengan berhadapan mereka membagi sisa nafas yang masih tersengal-sengal, menyisakan kenikm
Satu tahun kemudian. Ghea sibuk menyiapkan makan malam, ibu Imelda Hutomo , Yasmin dan Oscar diundang Ghea makan malam di rukan . Ibu Imelda Hutomo, Yasmin dan Oscar ke Sendawar untuk menjemput Sinar liburan akhir tahun ke Jakarta. Untuk mengungkapkan dibutuhkan kesabaran dan kebijakan agar Sinar bisa menerimanya. Sinar perlahan-lahan diperkenalkan dengan keluarga biologisnya, awalnya dengan mengadakan komunikasi jarak jauh Sinar dengan Oscar. Sinar kagum ketika Oscar menunjukkan beberapa lukisan yang memenangkan perlombaan Internasional. “ Sinar ingin oom jadi guru menggambarku,” “ Baik, Sinar ke Jakarta nanti oom akan ajar melukis, agar Sinar bisa mewarisi seni melukis oom Oscar.” Kata Oscar. “ Betul, kapan Sinar bisa ke Jakarta?” “ Kalau mama Ghea dan papa Galang mengijinkan.” Jawab Oscar. Ghea dan Galang mendengar pembicaraan Sinar dengan Oscar melalui speaker handphone milik Galang, menyembunyikan wajah ketidak relaan mereka karena Sinar akan diambil dari kehidupan mereka.
Sampai di Balikpapan, Galang menyewa cleaning service untuk membersihkan rumah, mengepak barang-barang yang akan dibawa ke Sendawar. Beberapa barang yang tidak dipakai , ibu Marni dibantu ibu RT ,menanyakan ke tetangga membuat daftar siapa yang akan mengambilnya. Langsung nama Ghea meroket naik, dari perempuan sombong menjadi perempuan murah hati. Ghea tersenyum mendengar laporan ibu Marni, “ Itulah ibu, mereka tidak paham, hanya melihat dari luar.” Kata Ghea. Tiba-tiba Ghea merasa mual kembali, keinginan muntahnya semakin hebat disertai rasa pening, “ Mbak bisa buatkan saya teh manis hangat. Rasanya saya sering mual dan ingin muntah.” Kata Ghea. “ Apakah aku hamil?” bisik Ghea. Ghea mengingat kapan dia terakhir haid. Karena siklusnya tidak teratur diapun lupa kapan terakhir haid. “ Ibu, kapan ya haid saya yang terakhir? Ibu mungkin tahu?” tanya Ghea. “ Hmm.. waktu nak Galang pulang dari proyek, ibu sempat dengar dia ngedumel, “ Lagi PM, aku so tidak tahan.” Jawab ibu Marni samb
Setelah pesta ulang tahun Ghea serasa reunian, Galang dan Ghea mengantar tamu mereka yang langsung menuju ke lift. Mereka terlihat sumringah karena masing-masing membawa paper bag berisi kain tenun khas Dayak. Kesemuanya adalah ide Galang memperkenalkan kain khas Kalimantan, selain batik yang sudah go Internasional. “ Aku mau lihat anak-anak dulu.” Kata Ghea ketika mereka sampai ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Ghea dan Galang, mengetuk pintu perlahan, ibu Marni keluar berbisik, “ Anak-anak sudah tidur, mereka capek nunggu mama dan papanya.” “ Oh… “ bisik Ghea penuh penyesalan. “ Besok aku akan melihat mereka, “ bisik Ghea. Galang melihat ke mata sendu Ghea yang penuh penyesalan, “ Besok pagi-pagi kita ajak jalan-jalan sebelum ke bandara.” Ghea merasa tenang mendengar janji Galang, memeluk Galang.Galang memperketat pelukannya, memasukkan kartu ke kamar mereka. “ Papa, terima kasih atas pesta ulang tahunnya, atas semua yang telah papa buat untuk mama.” “ Mama senang?” ta
Sore hari Galang menyatakan bahwa dia akan membuat pesta ulang tahun untuk Ghea. Ghea protes ,” Pa, ngapain bikin pesta ulang tahun?” “ Selama kita menikah, aku tidak pernah bikin pesta untukmu. Ayolah, papa sudah reservasi resto di hotel ini.” “ Hanya keluarga kita kan?” “ Beberapa teman, papa panggil.” Kata Galang sambil memberikan boks. “ Bukalah.” Ghea membuka pita , kemudian membuka boks,sebuah gaun hijau dengan potongan dada Sabrina dihiasi taburan berlian sepanjang leher, sepatu heels slingback warna perak dan clutch bag warna silver. “ Papa..” “ Kamu pakai untuk pesta ulang tahunmu nanti malam.” “ Aku, tidak biasa pakai yang beginian,” “ Kamu harus biasa, apakah kamu mau pakai tanktop dan celana pendek?” Sore menjelang malam, diantar ibu Marni, Ghea ke salon yang ada di hotel, itupun atas perintah Galang. Setelah mandi Galang telah mempersiapkan gaun, sepatu dan clutch bag di ranjang. Galang sudah memakai celana panjang, kemeja dan dasi tinggal memakai jas Armani
Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Galang terbangun dari tidur lelap setelah berpacu nikmat dengan Ghea. Ghea nampak pulas tidur dalam lekukan lengan Galang. Perlahan Galang membebaskan kepala Ghea dari lekukan lengannya, menelpon seseorang. “ Saya ada di depan pintu kamar,” jawab Dipta. Galang cepat memakai bathrobe, membuka pintu , Dipta memegang kue tart kecil dengan lilin yang sudah menyala. “ Terima kasih Dipta, silah tidur kembali.” Tetap memegang kue tart, Galang mencium bibir Ghea, mengulum membuat Ghea membuka matanya. Melihat lilin yang menyala di depan wajahnya, Ghea bangkit, “ Happy birthday my wife, my angel, my love.” Kata Galang memeluk Ghea. “ Tiup lilinnya, tapi sebelumnya make a wish.” Ghea dengan mata terpejam karena melawan ngantuk meniup lilin, kemudian memeluk Galang,” Thanks, my darling. I love you.” Lalu jemarinya mencolek cream menaruhnya di hidung Galang. Galang membalas mencolek cream menaruhnya di bibir Ghea. Kue tart kecil dimakan bersama, seper
Sidang kedua hak asuh anak, sesuai permintaan penasehat hukum Galang sebagai tergugat, atas permintaan Ghea sebagai saksi, pada agenda sidang pemeriksaan saksi, sidang perebutan anak dilakukan secara tertutup bagi umum. Kuasa hukum Yasmin sebagai penggugat, menyatakan keberatannya terhadap larangan hakim karena menyangkut masa depan anak yang diperebutkan hak asuhnya. Kuasa hukum Galang sebagai tergugat, pak Susetyo menjelaskan karena menyangkut kasus dalam ranah hukum keluarga dan mental anak yang diperebutkan hendaknya sidang tertutup untuk umum. Akhirnya hakim memutuskan sidang tertutup untuk umum dan menyatakan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang berbuka untuk umum. Suasana sidang penuh ketegangan karena adanya protes dari keluarga Pringgodihardjo karena mereka ingin menutup fakta yang sebenarnya terjadinya gugat cerai oleh Galang . Sidang berjalan alot, akhirnya atas permintaan kuasa hukum tergugat meminta Ghe
Ghea sedang memasak ketika ponselnya berbunyi, dibacanya log panggilan dari Poppy. “ Hai aku dengar dari dokter Budi kamu mencari mantan suamimu?” “ Dia bukan mantan suamiku, suamiku .” jawab Ghea. “ Dia kan ceraikan kamu?” “ Iya. Di atas kertas, tapi belum di pengadilan agama. Kami sudah menyalurkan gairah seksual kami.” “ Bagaimana, asyik, putar ke kanan, ke kiri, melompat setelah empat tahun selibat?” tanya Poppy. “ Simpan pikiran mirismu!” kata Ghea sambil tertawa. “ Woaaahh! Berarti tebakanku benar.” “ Tumben menelponku di jam segini, biasanya kamu sibuk di salon.” “ Hmm.. apa kau sudah baca berita ?” tanya Poppy sambil menyebutkan salah satu portal yang terkenal dengan gosip hot. “ Mengenai apa?” tanya Ghea. “ Perebutan hak asuh Yasmin Pringgodirgo dengan mantannya, Galang.” “ Apa? “ kata Ghea langsung mematikan kompor, menutup ponselnya dengan tangan kemudian memanggil ibu Marni,” Ibu tolong selesaikan.” “ Pop, aku putuskan dulu, mau mencari beritanya.” Kata Ghea .
Begitu tamu tidak diundang keluar rukan dengan bersungut-sungut, Ghea dengan langkah cepat menaiki anak tangga mencari Haikel dan Sinar. Haikel sedang dibujuk oleh ibu Marni, “ Mama , Haikel takut nanti papa dipukul .” kata Haikel sambil menangis tersedu-sedu. “ Haikel, mereka tidak akan memukul papa, ada oom Dipta yang jaga papa,” kata Ghea, lalu bertanya ke ibu Marni , “ Di mana Sinar?” “ Sinar di kamar sedang melukis,” “ Sinar,” panggil Ghea. Tidak ada sahutan, Ghea mulai cemas, takut kalau Sinar mendengar keributan di bawah dan mengetahui jati dirinya. Dibukanya pintu kamar Ghea, Ghea sibuk di depan papan melukis, sambil tubuhnya bergoyang-goyang mengikuti irama musik, sekali-sekali dia bersenandung. Ah, dia pakai headset, batin Ghea. “ Sinar ! “ teriak Ghea. Sinar bergeming, tetap fokus di depan papan melukis, Ghea mendekati Simar memeluknya, Sinar melihat ke arah Ghea,” Mom , aku kaget !” “ Kamu terlalu asyik melukis sampai tidak tahu bahwa papa sudah pulang dari proyekn
Seminggu kemudian. Ghea menunggu Galang yang sedang bekerja di kantornya. Meskipun rumah dan kantor dalam satu lokasi, Ghea tidak pernah memunculkan dirinya di kantor Galang. Pintu penghubung dengan rukan sebelah tempat ibu Marni dan anak-anaknya, Sinar dan Haikel tinggal Ghea dilalaui Ghea jika akan bertemu dengan mereka. Galang hanya ingin kamarnya untuk dia dan Ghea, Galang tidak ingin privasinya terbagai dengan yang lain, meskipun mereka adalah anak-anaknya, itulah keegoisan yang dimiliki Galang. Ghea baru saja meninggalkan anak-anaknya, Sinar dan Haikel setelah mengajari Haikel belajar mengenal huruf , mendampingi Sinar melukis. Masih terbayang wajah Sinar yang tidak menampakkan satupun dari wajahnya yang bisa diandalkan sebagai anak Galang. Yasmin? Ghea tidak tahu garis wajah Yasmin, yang diketahuinya hanya kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Sinar memiliki wajah yang cantik. Berbeda dengan Haikel, melihat rupanya orang bisa menebak bahwa Haikel adalah anak Galang, Haikel bagaik