"Permisi!!" ucap seseorang di depan rumah milik Bu Hani.
Tak berapa lama, Bu Hani keluar dan melihat siapa yang datang. "Siapa ya? Dan ada perlu apa?" tanya Bu Hani pada orang itu."Apakah betul ini rumah Mbak Asha, ada undangan buat dia," jawab orang tadi.Rupanya, orang tadi datang untuk mengirimkan undangan pernihakan dari teman Asha."Undangan nikah ya, Bu Hani? Aduh, kok Asha dapat undangan terus, lalu kapan dong Asha yang ngirim undangan? Jangan lama-lama biarin anaknya menjomblo, Bu Hani! Takutnya–"Tetangga Bu Hani tak melanjutkan perkataannya, karena melihat wajah Bu Hani yang sepertinya marah sekali. Setelah tetangganya tadi masuk ke dalam rumahnya, Bu Hani juga masuk ke rumah dengan raut wajah yang kecut seperti buah mangga yang masih muda."Kenapa Bu? Kok mukanya masam begitu?""Biasa lah Yah, Ibu tuh heran deh sama anak kita Yah, kapan ya dia akan nikah nyusul teman-temannya. Ini saja tadi Asha dapat undangan nikahan dari temannya. Lah anak kita kapan Yah?" ucap Ibu, mengeluarkan unek-unek yang ada di kepalanya."Ya mungkin Asha belum nemu aja Bu jodoh yang tepat, nanti juga dia nikah kok Bu. Ibu tenang aja.""Terus kapan Yah? Umur Asha udah 25 tahun loh, sudah pas buat nikah. Ibu nggak mau nanti Asha dapat julukan perawan tua karena belum nikah juga," jawab ibu. "Belum lagi tetangga juga sudah sering nanyain kapan Asha lamaran? Udah punya calon apa belum?" Ibu berucap lagi."Kak Asha nggak normal kali Bu," celetuk Lisa, adik Asha."Hush kamu ini Lisa, kalau ngomong yang bener dong. Masa kakak kamu sendiri dibilang nggak normal sih," sahut Ayah.Lisa, adik Asha yang selisih umur 7 tahun dengan kakaknya. Saat ini Lisa berumur 18 tahun. Namun, beda dengan sang kakak yang masih betah menjomblo. Lisa sendiri sudah punya pacar."Nggak normal gimana maksud kamu, Lis? Kalau ngomong yang jelas jadi Ibu bisa ngerti," kata Ibu."Ya kali aja kan Bu, Kak Asha itu suka sama sesama jenis, makanya sampai sekarang nggak nikah-nikah kan? Punya pacar aja nggak. Aku itu suka lihat loh Bu, kalau kak Asha tuh suka senyum-senyum sendiri kalau di kamar." Lisa menjawab pertanyaan Ibu sambil ia berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minuman dingin, cuaca saat ini sedang panas sekali."Ah nggak ada kayak gitu, kakak kamu itu normal. Cuma ya belum nemu aja jodoh yang pas," ucap Ayah, denial."Tapi kalau yang dibilang sama Lisa itu beneran gimana, Ayah? Aduh ini nggak bisa dibiarin. Pokoknya Asha harus secepatnya nikah, Ibu nggak mau kalau Asha itu makin aneh-aneh," ucap Ibu, yang ikutan over thinking gara-gara ucapan Lisa barusan."Iya tapi mau nikah sama siapa Bu? Cowok aja kan dia belum punya. Memangnya Ibu pikir nikah itu mudah kayak mau beli permen? Kan nggak bisa begitu. Kita harus tau babat, bibit, bebet dan bobotnya dulu. Jangan asal nikahin anak kita aja. Tanya dulu sama anaknya, mau nggak kalau disuruh nikah," ujar Ayah.Ibu dan Ayah punya pendapat yang saling berseberangan jika sudah membicarakan jodoh Asha."Ya kalau kita nyuruh dia nikah dalam waktu dekat ya kayaknya sih dia belum mau," sahut Ibu."Nah itu Ibu tau sendiri, kalau anak kita tidak mau kalau dipaksa. Lagian umur Asha baru 25 tahun," ucap Ayah."Ayah sudah diam, jangan bicara lagi dan membela Asha! Pokoknya Ibu mau secepatnya anak kita kalau bisa sudah ada jodohnya!" ucap Ibu tegas."Aku belum mau menikah Bu. Bisa nggak kalau Ibu tuh jangan paksa aku." Tiba-tiba Asha datang saat Ibu dan yang lainnya sedang membahas dirinya."Tapi Sha, teman seumuran kamu tuh kebanyakan sudah menikah atau paling nggak ya tunangan, sedangkan kamu?" ucap Ibu. "Kamu punya pacar aja enggak, Ibu tuh malu Sha, setiap ada yang menikah, pasti Ibu ditanya sama orang-orang, Bu Hani kapan Asha nyusul nikah?""Ya tapi kan Bu, yang namanya jodoh itu kan misteri ilahi. Iya kan, Yah?" kata Asha meminta dukungan dari Ayahnya."Iya, Bu betul kata Asha. Lagian Ibu ini jangan terlalu mendengarkan omongan tetangga." Ayah berucap lalu memilih pergi daripada harus berdebat dengan istrinya."Nah tuh, Ayah aja setuju sama aku. Lagi pula siapa tau kan Bu kalau jodoh aku itu Min Yoongi, sabar lah Bu tunggu Min Yoongi selesai wajib militer dulu," jawab Asha santai."Asha, Ibu nggak mau tau ya! Cepat kamu cari jodoh atau, kalau dalam waktu dekat kamu belum juga punya pacar, maka Ibu akan jodohkan kamu!" ancam Ibu."Ya nggak bisa gitu dong, Bu!" jawab Asha dengan perasaan kesal._Dijodohkan? Seolah ia tak laku saja. Lagi pula umur masih belum 30 tahun tapi Ibu sudah uring-uringan saja._"Bisa saja, sekarang kamu pilih saja mau cari jodoh sendiri, atau dijodohkan sama Ibu!" ucap Ibu, yang tentu saja tak mau kalah."Argh!! Ibu nggak asik." Asha pergi ke kamarnya karena merasa kesal sekali. Saking kesalnya, ia sampai membanting pintu."Pokoknya Ibu nggak mau tau ya Sha. Dalam waktu 1 bulan ini kamu harus punya calon pasangan. Ibu nggak main-main loh Sha, kalau kamu nggak nurut sama Ibu, nanti kamu jadi anak durhaka!"Sebenarnya ia juga tak tega seolah menekan Asha seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini demi kebaikan Asha sendiri. Selain itu, Bu Hani tak ingin mendengar sindiran para tetangga lagi setiap kali ada yang menikah.Bu Hani pun memijat pelipisnya, setiap kali membahas ini pasti Asha akan kesal. Entah bagaimana memberikan pengertian pada anak itu. Bu Hani tak mau memaksa Asha, akan tetapi gunjingan tetangga yang mengatakan kalau Asha jadi perawan tua cukup membuatnya merasa kalau Asha harus secepatnya punya jodoh.Di dalam kamarnya, Asha menyetel musik Kpop favoritnya dengan volume yang keras yang ia dengarkan lewat headphone untuk menghilangkan rasa kesalnya."Yoongi, gimana nih? Aku disuruh cari pacar sama Ibuku. Padahal kan kamu lagi wajib militer." Asha berucap sambil memandangi foto idolanya itu. "1 bulan harus punya pacar, harus cari kemana coba? Kalau tidak, aku harus mau dijodohkan. Tapi, kalau aku nggak nurut nanti bisa-bisa aku dikutuk jadi batu sama Ibu.""Aku nggak mau kalau dijodohkan, tapi aku juga nggak mau kalau nanti jadi anak durhaka. Gimana kalau nanti aku dijodohkan dengan cowok yang cupu?" saat ini Asha sedang galau karena memikirkan ucapan Ibu yang akan menjodohkan dirinya._Bagaimana mungkin Ibu punya pikiran seperti ini? Apa aku kabur saja ya dari rumah? Tapi kalau mau kabur, aku mau kabur kemana? Arrghh!!_Adalah Damian Aditya, putra dari Bu Sulis, teman dari Bu Hani, ibunya Asha. Ia juga senasib dengan Asha, kerap mendapat pertanyaan dari mamanya, kapan ia akan mengenalkan calon pasangannya. "Damian!" panggil Bu Sulis pada anak laki-lakinya.Damian mendekat, dan bertanya "Ada apa, Ma?""Damian, kamu tau kan kalau Mama ingin kamu untuk segera menikah? Jadi, kapan kamu mau kenalin calon istri kamu ke Mama, hm?"Damian merasa jengah, jangankan calon istri, teman wanita yang dekat saja ia tak punya. Wajahnya memang tampan, hanya saja Damian begitu kaku kalau berurusan dengan wanita. Bukan cuma sekali dua kali mamanya menanyakan hal ini, bahkan sebelumnya, ia pernah dikenalkan dengan seorang gadis, hanya saja Damian tak suka dengan gadis itu yang ternyata hanya mengincar hartanya saja."Kenapa kamu diam? Baiklah, nanti Mama akan kenalkan kamu dengan anak teman Mama!"Damian tak bisa menolak, ia tau kalau menolak keinginan Mama, pasti mamanya akan ceramah panjang dan lebar."Terserah Mama
"Bu, aku mohon kali ini aja ya, plis! Bukankah Ibu hanya makan siang saja? Aku ikut atau nggak kan nggak masalah, ya Bu, ya?" Kembali Asha merayu sang Ibu, berharap kali ini rayuannya mempan."Nggak bisa, Asha!" pekik Bu Hani. "Ibu sudah janji mau ajak kamu untuk dikenalkan dengan anak teman Ibu, nggak enak kalau dibatalkan. Lagian siapa tau nanti setelah itu kalian berjodoh. Ingat, apa yang Ibu katakan waktu itu, dalam waktu sebulan kamu harus punya calon pasangan," ujar Bu Hani.Sebenarnya Asha sedih kalau harus melewatkan live streaming kali ini, tapi ia juga tau kalau perintah Ibu adalah wajib dituruti. Akhirnya, ia pun mengalah dan ikut pergi dengan hati yang merana sekali."Ya udah deh," jawab Asha tak bersemangat."Nah, gitu dong! Sudah jangan manyun terus, ayo kita berangkat sekarang! Taksi sudah menunggu di depan."Sementara di lain tempat, Bu Sulis yang merupakan teman lama Bu Hani pun sedang bersiap. Ia juga setuju dengan ide dari Bu Hani untuk menjodohkan anak mereka."Dam
"Ini anak kamu, Han? Cantik juga ya," puji Sulis. Sedangkan Damian, tentu saja memasang wajah datar tanpa ekspresi."Sha, kenapa sama sepatu kamu? Kenapa kamu malah menentengnya? Bukan malah dipakai?" bisik Bu Hani pada anak perempuannya."Patah Bu, Ibuu sih nyuruh aku pakai beginian. Udah tau aku nggak terbiasa pakai," jawab Asha dengan entengnya, namun membuat Bu Hani merasa sedikit malu pada Sulis dan juga Damian.Mereka pun makan siang bersama. Bu Sulis dan Bu Hani ngobrol banyak hal, tapi berbeda dengan Asha dan juga Damian. Rupanya Asha masih sedikit kesal dengan cowok kulkas di hadapannya ini. "Damian!" Bu sulis memanggil putranya."Ya Ma," jawab Damian singkat."Nanti kamu pulangnya tolong antar kan Asha ya! Mama ada urusan sebentar sama Bu Hani, kami kan udah lama nggak ketemu," perintah Bu Sulis."Tapi Tante, aku bisa pulang sendiri kok," jawab Asha cepat.Asha mendongak, tak bisa ia bayangkan kalau harus pulang bersama cowok kulkas ini, awal pertemuan mereka saja tadi ada
Asha memutar bola mata malas, namun akhirnya ia mau masuk juga ke dalam mobil, begitu pula dengan Damian yang langsung masuk saja tanpa membukakan pintu mobil untuk Asha."Memangnya kamu pikir aku sopir kamu?" Damian berucap dengan wajah datarnya saat mereka berdua sudah dalam mobil. Asha bingung 'Bukannya tadi dia sendiri yang menyuruhnya untuk masuk? Kenapa sekarang malah bilang begitu? Dasar cowok aneh!"Asha masih tidak mengerti, kalau bukan Damian yang menyetir mobil, lantas siapa yang akan jadi sopir, sedangkan ia tidak tau caranya mengendarai mobil."Turun!" perintah Damian."Hey! Cowok aneh! Maksud kamu apa, hah? Kalau nggak mau antar ya bilang aja dari awal! Kenapa baru sekarang? " Asha sungguh merasa kesal dengan cowok di depannya ini.Damian melirik sekilas pada Asha, ia bisa melihat wajah gadis itu yang merah padam menahan amarah. Dari sekian banyak perempuan yang dijodohkan dengannya, hanya Asha yang sikapnya sedikit bar-bar. Namun sayang, kebanyakan dari mereka mau dijo
Asha menyusul Damian, ia berlari kecil agar tidak ketinggalan. Ketika sudah hampir dekat jarak diantara mereka, Damian berhenti secara mendadak, membuat Asha menabrak tubuhnya."Aw! Hei, kamu suka sekali sih bikin aku nabrak!" Asha kesal, sudah 2 kali ia menabrak si cowok dingin itu hari ini."Makanya, kalau jalan pakai mata!" sahut Damian ketus. Bukannya meminta maaf, ia malah lanjut jalan lagi. Sepertinya Damian suka sekali membuat Asha merasa kesal. Menuju sebuah store yang menjual sepatu, berbagai macam dan merk sepatu terjejer rapi. Asha mengikuti saja langkah kemana Damian pergi."Pilihlah yang kamu suka!" ucap Damian dengan wajah datarnya. Tanpa menjawab, Asha lalu berjalan dan melihat-lihat, ada banyak sepatu di sini. Tapi ia bingung akan memilih yang mana."Hah? Yang benar saja? I–ini harganya segini?" Asha begitu kaget melihat harga yang tertera untuk sepasang sepatu, ia pun berbalik dan menghampiri Damian yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya."Sudah?" tanya Damian
Dengan santainya, Damian membayar belanjaan Asha, sementara Asha sendiri ketar-ketir memikirkan banyaknya nominal yang harus ia ganti nanti. 'Satu juta lebih cuma dapat 2 pasang sepatu? Ah, menyesal sekali tadi aku ikut saja dengan cowok aneh ini, ini terlalu mahal, dan bagaimana aku bisa menggantinya nanti? Daripada buat beli sepatu mahal-mahal begini, lebih baik uangnya aku tabung buat nonton konser.'Asha masih memikirkan uang tadi, sampai ia tak menyadari kalau Damian sudah lebih dulu berjalan. Ia memang sedang menabung, namun untuk membeli sepatu itu rasanya ia tak rela saja. Uang itu rencananya ia kumpulkan untuk membeli tiket konser idolanya. "Harusnya tadi kita–"Ternyata Asha berbicara sendiri, Damian sudah agak jauh meninggalkan dirinya. Hanya kasir saja yang sepertinya melihat Asha seperti orang yang kebingungan. Asha menggaruk kepalanya yang tak gatal, terlihat seperti orang yang bod*h. Lalu ia pun menyusul Damian, jangan sampai dia ditinggal pulang oleh cowok itu kare
"Ke–kenapa kau melihatku seperti itu? Aku nggak mau ya melakukan hal yang aneh-aneh, kita juga baru sekali bertemu dan bukan tidak mungkin kalau kita tak berjodoh, lebih baik aku mengganti saja dengan uang daripada menuruti permintaanmu!"Jujur saja, Damian ingin tertawa melihat reaksi Asha yang berlebihan seperti ini. Belum apa-apa saja dia sudah berpikiran yang terlalu jauh."Aku bilang jangan melihatku seperti itu!" bentak Asha."Hey! Kamu pikir aku mau melakukan apa padamu? Kamu ini ternyata mesum sekali ya jadi cewek? Mengaku saja, pasti kamu membayangkan apa pada diriku?" tanya Damian sembari memasang wajah yang sangat menyebalkan, tawanya yang seolah mengejek Asha. Melihat wajah Damian, membuat Asha semakin panik. "Lantas apa mau mu wahai pria aneh? Cepat katakan! Kalau kamu mau aku mengganti uangmu, ok lah. Aku masih punya uang tabungan yang rencananya aku kumpulkan untuk menonton konser," ucap Asha. Sekarang Damian tau kalau Asha sangat mengidolakan grup boyband asal Korea
Mata Asha membulat tak percaya, ia pikir Damian tak akan mau menerima perjodohan ini. Namun nyatanya, ia malah meminta Asha untuk menerima saja. Asha nampak berpikir antara iya dan tidak, karena Damian bukanlah kriteria idaman calon pasangannya, apa lagi baru pertama saja ia sudah membuat kesalahan yang cukup fatal bagi Asha, yaitu mengolok cowok Kpop idolanya."Mikir begitu saja lama sekali! Lagi pula aku memintamu menerima bukan karena aku suka padamu, tapi aku sudah malas kalau harus dijodohkan lagi, seharusnya kamu merasa beruntung karena dijodohkan dengan lelaki seperti aku," ucap Damian penuh percaya diri sekali."Cih, PD sekali, yang ada tuh kamu musibah bagiku! Sudah lah kita pulang saja kalau begini," jawab Asha. Asha pun merasa begitu, ia juga sudah bosan mendengar omongan tetangganya yang menyebutnya akan menjadi perawan tua karena tak kunjung mendapatkan jodohnya, dan disaat ada teman Asha yang menikah, saat itulah pasti moment yang horor bagi Asha. Bagaimana tidak, Ibun
Asha terbangun, ia sedikit kesiangan. Rupanya meskipun tidur di atas sofa nyatanya ia bisa tidur nyenyak. "Hoahm! " Asha menguap berkali-kali sembari mengerjapkan matanya, mengumpulkan separuh nyawanya dan kesadarannya. Ia melihat ke sekeliling, ternyata ia masih di sini. Ya, bulan madu yang kata orang adalah momen yang sangat intim dan juga romantis bagi pasangan lain, namun tidak dengan dirinya. "Rupanya aku mimpi, hihi! " gumam Asha. Ia lantas menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Loh kok, perasaan aku semalam tidur nggak pakai selimut." Lalu Asha kembali tersadar jika bukan hanya selimut saja, namun ia juga menemukan bantal. Asha ingat betul jika semalam ia tidur meringkuk di sofa ini, namun pagi ini ia bangun sudah ada kedua benda itu. "Pantas saja tidurku lumayan nyaman, apa cowok dingin itu yang melakukannya? " Tanpa disadari bibir Asha tersenyum. Rupanya meskipun terlihat cuek dan dingin, nyatanya Damian peduli kepadanya. Asha melangkahkan kakinya, ingin melihat ap
Sengaja Damian meletakkan kakinya di atas kaki Asha, membuat gadis itu merasa sedikit terusik. 'Pasti sebentar lagi dia akan berpikir yang macam-macam, lalu keluar dengan sendirinya!'Asha juga berkata dalam hatinya 'Mau mengusirku secara halus rupanya, hh liat saja nanti!'Akan tetapi Asha dengan santainya membalas perlakuan Damian dengan meletakkan tangannya di atas dada lelaki itu. Rupanya kali ini Asha tak mau menyerah begitu saja, ia merasa punya hak yang sama untuk bisa tidur di kamar yang nyaman. Begitu pun dengan Damian, ia memiringkan tubuh dan meletakan tangannya seolah akan memeluk Asha dan dibalas oleh Asha yang meletakan kakinya di atas kaki Damian. 'Tak mau mengalah rupanya, ok kali ini kita lihat siapa yang akan menang kali ini!'Damian mendekatkan wajahnya, ia paham betul dengan kebiasaan gadis aneh di hadapannya ini. Ia suka sekali membayangkan yang tidak-tidak, apa lagi saat ini Damian sengaja mendekatkan wajahnya seolah-olah ia akan mencium gadis itu. Namun rupan
Rupanya, Damian serius dengan apa yang diucapkannya. Ia benar-benar tega menyuruh Asha untuk tidur di sofa, sedangkan ia sendiri tidur di kamar dengan AC dan juga kasur yang empuk. "Bulan madu macam apa ini? Seenaknya saja mau menang sendiri. Harusnya dia sebagai cowok yang tidur di sofa, bukan aku!" Meski begitu, Asha mencoba untuk bisa tidur meski tempat tidur yang ia gunakan sangat tidak nyaman. Namun, sekuat apa pun ia berusaha untuk tidur, matanya tidak bisa terpejam. "Bisa-bisanya dia tidur di kamar dan kasur yang empuk tapi menyuruhku untuk tidur di sini! Bisa pegal-pegal badanku!"Tak tahan lagi, Asha akhirnya memutuskan untuk masuk kamar. Terserah jika ia harus ribut lagi dengan Damian, ia hanya ingin tidur nyenyak malam ini. Pokoknya untuk kali ini, Asha tak mau mengalah. Pintu kamar dibuka oleh Asha, membuat Damian merasa terkejut. Apa lagi Damian saat ini sedang bertelanjang dada, ia tak menyangka jika Asha akan masuk ke kamar. Lucunya meski status mereka berdua sudah
"Apa? Yang nyosor duluan siapa? Bukannya kau? Ish cewek aneh!""Ja- jadi....."Asha baru ingat jika tadi ia memang sedang bermimpi, beradegan romantis namun rasanya seperti nyata dan ternyata ia lah yang mencium Damian terlebih dahulu. Kini setelah ia ingat, Asha terdiam. Ia jadi malu sendiri, apa lagi tadi ia sempat menyalahkan Damian. "Kalau mau marah-marah nggak usah dorong-dorong!"'Jadi yang tadi itu.... Ah kenapa sih aku bisa-bisanya melakukan hal itu. Ciuman pertama ku kenapa harus dengan cowok alien itu sih!'Setelah insiden itu, keduanya jadi nampak canggung. Asha mengira jika Damian marah, bagaimana tidak? Sudah dua kali ia membuat cowok itu harus terguling dari tempat tidur akibat gerakan reflek yang ia lakukan. Begitu pula dengan Damian, ia justru merasa aneh jika gadis yang sekarang menjadi istrinya itu terlihat diam saja. Rupanya ia lebih menyukai jika Asha banyak berbicara daripada harus terdiam seperti ini. "Aku lapar, bisa kah kau membelikan makanan?""Apa? " sah
Rupanya Mama benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, sampai tempat mereka menginap pun sudah siap. Damian berjalan tanpa mempedulikan Asha di belakangnya. "Hey, tunggu!! Ah bisa-bisanya makhluk itu tak membantuku sama sekali!"Menyadari Asha tak ada di belakangnya, Damian kembali untuk menyusul istrinya itu. Dia yang selalu sat set harus dipasangkan dengan Asha yang suka lelet dan suka mager. "Kebiasaan banget suka ninggalin, kalau aku hilang gimana?" omel Asha pada suaminya. Damian tak menyahut, mode kulkas nya sedang on. Ia hanya membawakan barang-barang yang dibawa oleh sang istri. Kini, mereka berdua sedang berada dalam perjalanan menuju villa tempat mereka menginap. Asha merasa takjub sekali dengan tempat ini, asri dan terlihat begitu nyaman. Akan tetapi, mimpi buruknya adalah kamar yang ada hanya satu saja. Itu pun sudah dihias sedemikian rupa, khas sekali untuk pasangan yang berbulan madu. Taburan bunga mawar di atas ranjang dan ucapan untuk pasangan aneh ini. Rasanya b
Singkatnya, hari itu pun tiba. Bahkan dengan semangat nya Mama, Papa serta orang tua Asha sampai mengantarkan mereka ke Bandara. Ibu bahkan membawakan makanan untuk bekal mereka selama di perjalanan. "Aduh Ibu malu-maluin aja deh pakai bawain kayak gini, aku itu mau naik pesawat Bu, bukannya mau piknik. Ini malah Ibu bawain semur jengkol pula!" protes Asha pada Ibunya. "Ya nggak apa-apa dong, biar irit tau! Kan di sana harga makanan pasti lebih mahal, udah bawa aja. Nggak menghargai banget ya, Ibu sudah bela-belain bangun pagi-pagi buat masakin ini semua!""Ya nggak pakai rantang juga kali, Bu!" Mau tak mau, Asha membawa makanan itu karena Ibunya malah mengomel. Ini adalah pengalaman pertama bagi Asha, bepergian jauh dengan naik pesawat. Dulu, sewaktu kecil ia sering kali berandai-andai ingin naik pesawat dan bisa keliling dunia. "Kalian hati-hati ya! Jaga Asha dengan baik, jaga menantu kesayangan Mama!"Meskipun Damian kerap bersikap dingin dan menyebalkan, namun Mama sangat meny
"Apa Mama akan menginap di sini?" Asha bertanya dengan penuh hati-hati, ia takut menyinggung perasaan Mama mertuanya. "Maaf, Ma! Kalau Mama mau menginap di sini, tidak ada kamar lagi karena di rumah ini hanya ada 2 kamar saja. 1 kamar untukku dan satu lagi untuk...." Damian berhenti berbicara setelah Asha memberikan kode kepadanya. Ia hampir saja keceplosan mengatakan jika kamar yang satu lagi adalah kamar Asha, istri pura-pura nya. Mungkin, jika tadi Asha tak memberikan kode padanya, ia pasti akan berkata yang sebenarnya jika mereka tinggal satu rumah namun beda kamar tidur, tentunya hal itu sangat tidak lazim mengingat mereka adalah pasangan pengantin baru. "Untuk? Kok nggak diterusin?" Rupanya Mama menangkap gelagat aneh itu. "Eh itu Ma, iya kamar yang satu lagi belum sempat aku bereskan, masih berantakan. Maaf ya Ma, iya kan Sayang?"Kali ini Asha yang menyahut. Jujur dalam hatinya ia merasa ingin muntah memanggil Damian dengan sebutan sayang. Ia terpaksa agar Mama tak curiga
Damian terpaku di tempatnya, ia sungguh terkejut melihat siapa yang datang ke rumah ini. "Loh, kenapa Sayang? Kok kamu kayak kaget gitu lihat Mama datang? Mana menantu Mama? Nih Mama bawain makanan buat kalian, pasti kalian belum makan kan? Masa Asha? Ah pasti dia ada di kamar, mentang-mentang kalian masih pengantin baru yah."Damian baru ingat jika Asha memang berada di kamar dan masih tertidur, namun masalahnya kamar yang mereka tempati berbeda. Tentu akan mengundang kecurigaan Mama jika melihat hal itu. Belum juga ia mau berkata apa, justru Mamanya sudah naik ke lantai atas yang artinya menuju ke kamar mereka. "Ma, tunggu Ma!" Damian berteriak, membuat sang Mama berhenti melangkah. Mama Sulis menengok ke arahnya, tersenyum dan berkata "Oh iya tolong semua makanan dan barang-barang yang Mama bawa di mobil dikeluarkan ya!" Setelahnya Mama lanjut naik ke lantai atas. "Aduh gawat nih kalau Mama tau kalau cewek aneh itu aku kasih kamar yang.... "Damian dilema, antara menuruti ucapa
Sangat berbeda sekali dengan kamar milik Damian tadi, kamar yang luas dengan berbagai fasilitas lengkapnya, Asha mengira kamarnya pun akan seperti itu, namun nyatanya berkata lain. Kamar ini masih berantakan, tidak ada tv layar besar, kulkas pribadi atau pun AC. "Apa ini? Bagaimana mungkin kamar yang ia tempati sangat bagus sedangkan kamarku begini. Ya Damian, kau memang keterlaluan sekali!"Yang ada dalam bayangan Asha adalah, ia bisa langsung rebahan di kamar, namun rupanya ia harus beberes dulu sebelumnya. "Menyebalkan sekali, kenapa kamar ku tak sebagus miliknya, awas saja nanti!"Mau tidak mau, Asha harus merapikan ini semua terlebih dahulu, menyusun barang-barang yang ada di kamar ini agar terlihat sedikit rapi. Bahkan kasurnya pun diletakkan di lantai begitu saja, tidak ada divan seperti yang ada di kamar milik Damian. Jika kepanasan pun hanya ada kipas angin saja. Kamar ini nampak biasa saja, tanpa ada fasilitas khusus. "Bisa-bisanya dia enak tidur di kamar yang nyaman, seda