Home / Romansa / Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda / Ada Alasan di Balik Bantuan

Share

Ada Alasan di Balik Bantuan

Author: Nureyya Sharika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Taksi yang ditumpangi Ailyn dan Mohan berhenti di depan gedung KUA. Dengan terpaksa, Ailyn membiarkan ayahnya menariknya paksa sembari mengomel.

“Hentikan, Ayah! Biarkan aku mencari pekerjaan agar Ayah tidak perlu menjualku!” rengek Ailyn, menghentikan langkah.

“Kau masih akan mencari, bukan sudah mendapatkan pekerjaan. Sudah, Ayah sudah bawa dokumen pentingnya. Kau tinggal masuk dan mendaftar.”

Mohan yang telanjur emosi dengan sikap anaknya yang sukar diajak bicara baik-baik, mendorong tubuh itu agar memasuki gedung KUA.

Belum juga kakinya melangkah lebih jauh, mendadak seseorang menghentikan. “Tunggu!” Suara itu membuat keduanya spontan menoleh dan mendapati Karan mendekat.

“Karan? Kenapa kau di sini?” tanya Ailyn, heran melihat pria itu datang entah dari mana.

“Kau siapa?” Mohan memerhatikan pria dengan setelan jas rapi berhenti di depannya, langsung berkacak pinggang.

Karan tak menjawab, malah bertanya, “Apa yang kau lakukan di sini?” Karan mendapati wajah Ailyn berubah sayu. Ada guratan terlihat jelas di keningnya, menandakan ada yang tak beres.

“Aku—“ Ailyn terhenti kala Mohan mendahului.

“Dia akan menikah. Jadi, jangan ganggu kami yang akan mendaftar.” Mohan langsung menarik anaknya, tapi Karan sigap menahan.

“Jangan paksa Ailyn. Dia tidak mau menikah. Kau ini ... Ayah macam apa yang tega pada anak sendiri?” Karan menarik Ailyn agar berdiri di belakangnya.

Mendengar itu, Mohan tertawa sambil mengusap wajah. Tangan kirinya memegang dokumen. Ia berdecak kesal.

“Kau mau ikut campur urusan orang?” Mendadak ada yang berani menjadi penghambat rencananya.

Ailyn yang tak ingin keadaan semakin kacau, meminta Karan untuk pergi dan membiarkannya menyelesaikan masalah. “Aku mohon.”

Namun, Karan bergeming. Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pernikahan itu tak boleh terjadi. Akan banyak orang menderita, andai tetap terlaksana.

“Kau ini siapa, sih? Tiba-tiba muncul. Kau kenal dia, Ailyn?” Mohan merasa aneh melihat orang asing itu bicara seolah-olah sangat mengenal anaknya.

“Ayah, dia ... temanku,” jawab Ailyn.

“Berapa uang yang kau butuhkan? Biar aku memberimu uang, tapi kau harus melepaskan Ailyn,” pinta Karan.

“Karan, jangan,” bisik Ailyn, menarik baju Karan dari samping. Dia takut ayahnya akan melapor pada Alex, lalu Karan dalam bahaya.

“Kau diam saja. Orang seperti dia sesekali harus diberi pelajaran.” Karan membuka dompet, mengambil sejumlah uang.

“Uangmu tidak cukup untuk membayarku. Tuan Alex pasti akan membayar 10× lipat lebih banyak, kalau aku minta.” Mohan terkekeh melihatnya.

Karan terdiam, urung mengambil uang. Ia lupa, Alex adalah mafia kelas kakap yang penghasilannya luar biasa. Tidak mungkin dirinya yang baru pulang sekolah bisa memiliki banyak uang.

“Begini saja. Bagaimana kalau aku menikahi Ailyn? Sebagai gantinya, aku akan memberimu berapa pun yang kamu mau.” Karan memberi usul tanpa berpikir panjang.

Seketika wajah Ailyn berubah pias. Ia kaget, pria muda itu mendadak ingin menikahinya. Ailyn langsung menggeleng, menarik lengan Karan agak menjauh.

“Apa kau tidak waras? Kau sadar apa yang kau katakan tadi? Menikahiku?” Ailyn mengedipkan mata berkali-kali, berharap salah. Jarinya menunjuk diri sendiri.

Karan mengalihkan pandangan pada Mohan yang menunggu sembari berkacak pinggang. Ini tidak bisa dibiarkan. Bukan hanya Ailyn yang harus diselamatkan, tapi Marina juga.

“Aku hanya ingin membantumu. Setidaknya, alasan itu bisa kita gunakan untuk sementara. Aku tahu, kita bahkan tak saling kenal, tapi—“ Karan menghentikan kalimatnya.

“Kalau kalian sudah selesai berdiskusi, biarkan kami masuk!” teriak Mohan. Tak sabar ia ingin segera menikahkan anaknya dengan Alex. Yang terlihat di matanya hanya tumpukan uang.

“Tapi, kenapa? Kenapa kau mau membantuku? Kau masih muda, fokus saja pada kariermu.” Ailyn berusaha meyakinkan.

‘Bagaimana mungkin aku akan memberitahumu, siapa Alex sebenarnya? Aku belum siap,' batin Karan.

“Aku kan sudah bilang, aku tertarik padamu. Siapa tahu kita jodoh.” Karan memberikan alasan yang sebenarnya dirinya sendiri tak begitu yakin.

“Aku lebih tua darimu. Ayolah, jangan mencampuri urusanku. Biar aku tangani sendiri.” Ailyn melangkah meninggalkan pria yang tak punya keberanian mengatakan yang sejujurnya.

“Sudah selesai? Ayo, cepat!” Mohan tak ingin berlama-lama. Semakin cepat mendaftar, semakin cepat pula ia mendapat uang.

“Hentikan!” Karan berlari mendekat, membuat Ailyn lemas dibuatnya. Wanita itu menggembungkan pipi. Bertambah sudah masalahnya dengan kehadiran pria asing itu.

“Tolong, beri aku waktu. Aku akan membicarakan tentang semua ini pada keluargaku, lalu aku akan melamar Ailyn,” ujar Karan, memastikan.

Dia juga mengingatkan Ailyn yang belum juga memiliki pasangan meskipun sudah sering kencan buta.

“Oh, Tuhan! Apa lagi ini?” Ailyn dibuat salah tingkah. Ia senang ada yang membantu, tapi sedih karena orang lain jadi terseret dalam masalahnya yang rumit.

Mohan berpikir sejenak. Jika bisa mendapatkan keuntungan dari dua belah pihak, kenapa tidak? Pria itu tersenyum samar, mulai merancang siasat baru.

“Karena kau memaksa, apa boleh buat? Waktumu seminggu. Dalam waktu seminggu kau tidak datang melamar, maka jangan salahkan aku!” Mohan berlalu, meninggalkan Ailyn yang langsung memijit pelipisnya.

“Aku janji!” teriak Karan, tak peduli beberapa orang memerhatikan. Yang ia pikirkan hanya bagaimana cara menggagalkan rencana Alex. Marina dan Kiran adalah korban, jangan ditambah Ailyn.

“Kau ... maumu apa, Karan? Kau tahu konsekuensinya? Alex itu mafia. Dia tidak segan-segan menghabisi lawannya.” Ailyn mondar-mandir di depan Karan.

“Justru itu, aku ingin membantumu. Lagi pula, ini kesempatan baik untuk kita saling kenal. Bagaimana kalau kita kencan? Cuacanya cerah, loh!” Karan tersenyum lebar, memiringkan kepala.

“Astaga! Kau membuatku ingin memakanmu!” Ailyn menggigit jari, takut ayahnya melapor pada Alex. Bisa bahaya kalau itu terjadi.

“Wah, wah! Kau ketularan Ayahmu, ya? Aku lupa tidak berkenalan dengannya tadi.” Karan menunjukkan ekspresi sedih, seperti menyesali sesuatu.

“Omong-omong, terima kasih atas bantuanmu. Biarkan aku menyelesaikan sendiri. Kau tak perlu melakukan apa yang tadi kau katakan,” papar Ailyn.

Karan menggeleng, dengan jari telunjuk yang ikut bergerak menandakan ia tak setuju. Sudah kepalang tanggung. Dia harus mencegah sebelum terlambat.

“Pulanglah! Aku juga akan pulang. Kalau aku mengantarmu, Ayahmu pasti memakanku.” Karan mengedipkan sebelah matanya, sementara Ailyn berdecak.

“Hubungi aku, jika terjadi sesuatu. Sekarang kau calon tunanganku. Yaaa, setidaknya begitu.” Karan menunjukkan sikap nakal.

“Dasar!” Wanita itu pun pergi lebih dulu. Entah mengapa, hatinya berbunga-bunga. Ini adalah pertama kalinya ada yang peduli padanya selain Hadid.

Sepeninggal Ailyn, Karan menghembuskan napas kasar sampai pipinya menggembung. Ini baru awal. Akan ada banyak hal terjadi. “Pokoknya dia harus gagal!”

Pria itu pun segera pergi. Ia masih harus menemui keluarga papanya yang pasti akan memberikan kejutan tak menyenangkan.

Dari balik pohon, Mohan memerhatikan Karan yang memasuki mobil. Bersamaan dengan itu, mobil Alex muncul, membuat Mohan buru-buru menghampiri.

“Mana Ailyn?” Kalimat pertama yang Alex katakan, begitu turun dari mobil. Pria dengan kepala diperban itu tampak menyeramkan.

“Ma-maaf, Tuan. Dia berhasil kabur,” lirih Mohan, coba mengelabuhi.

“Apa katamu?” Alex langsung melotot sembari berkacak pinggang.

Tangannya yang kekar langsung menampar wajah Mohan sampai pria itu tersungkur.

“Kau pikir aku bodoh? Tadi aku lihat dia pergi dengan santai dari sini. Sengaja aku membiarkannya karena ingin mengetahui apa rencana kalian!” Alex mencengkeram erat kerah baju Mohan.

“Maaf, Tuan. Aku yang salah membiarkan dia menemui pacarnya,” ujar Mohan, mulai mengadu.

“Apa? Pacar? Siapa sialan itu, huh!” Bertambahlah amarah dalam diri Alex. Ia memutar bola mata.

“A-aku baru tahu tadi. Aku sengaja membiarkannya pergi karena ingin menenangkan mereka dulu.”

“Ah! Tak usah beralasan! Pokoknya, aku ingin pernikahan secepatnya terlaksana! Bawa dia ke hadapanku lusa!” Alex kembali memasuki mobil, membiarkan anak buahnya yang menangani Mohan.

Pria itu memukul kaca mobil, sangat marah. “Cari tahu siapa pacar Ailyn! Aku ingin data secepatnya!” titah Alex.

“Baik, Bos!” Semua orang di mobil kompak menjawab.

Akankah Alex lebih dulu mengetahui identitas Karan? Ataukah Karan sudah menyiapkan rencana?****

Related chapters

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Jual Dirimu Pada Tuan Alex!

    Alex duduk dengan kasar di sofa berwarna merah. Mension tempatnya berkumpul bersama para mafia menjadi memanas. “Aku tidak mau mendengar kabar buruk lagi. Pokoknya, kalian harus menemukan pacar Ailyn secepatnya!” Alex menaikkan kaki ke atas meja. “Baik, Bos.” Anak buahnya yang hendak pergi, terpaksa kembali saat Alex mengatakan ada hal lain yang perlu dibicarakan. “Awasi juga anak Kusuma. Dia baru datang. Sialnya, aku lupa kalau Marina punya anak.” Alex mengambil cerutu dari saku jaket, hanya memerhatikannya. “Aku dengar dari informan, dia yang akan menjadi penerus K2 Company, Bos. Apa kita harus bertindak?” tanya Gandhi, selaku kaki tangan sekaligus orang kepercayaan Alex. “Sabar dulu. Aku masih ingin tahu, apa dia ingat kejadian 10 tahun lalu. Kalau dia ingat dan memberitahu Marina, habis aku,” katanya, meletakkan cerutu. Alex memang masih mencintai Marina, bahkan sejak dia pertama bertemu. Sayang, kehadiran Ailyn m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Maukah Kau Kubayar Per Detik?

    Karan baru saja tiba di kediaman keluarga Kusuma. Matanya langsung memerhatikan seluruh kawasan luas itu. “Banyak sekali perubahan,” lirihnya, membiarkan pengawal membawakan kopernya. Pria itu melangkah mendekati pintu utama. Belum sempat mengetuk pintu, ternyata pintu dibuka lebih dulu. Seorang wanita berbaju merah berdiri di depan pintu dengan tatapan tak suka. Siapa lagi kalau bukan ibu tirinya, Yunita. “Apa aku harus meminta izin untuk masuk?” Karan lebih dulu bicara saat Yunita hanya mematung sambil melipat kedua tangannya. “Apa perlu kupersilakan? Kau bukan anak ingusan itu lagi, kan?” Sudut bibir Yunita terangkat. ‘Dasar!’ rutuk Karan dalam hati. Wanita penggoda itu malah bicara seolah-olah rumah itu miliknya. Tangan Karan yang mengepal, sedikit terangkat. Namun, ia harus diam mengingat baru saja tiba. “Siapa, Sayang?” Suara seseorang membuat Yunita langsung berubah. Kalau sampai suaminya tahu apa yang tadi ia

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Menjadi CEO Baru

    [Hentikan, Om! Selama aku masih bernapas, aku tidak butuh uangmu!] Ailyn membalas dengan memberikan tambahan emoticon pisau. Alex sudah bertindak di luar batas. “Kalau dibiarkan, dia pasti akan semakin menjadi-jadi,” keluh Ailyn. Tanpa diduga, Alex membalas dengan mengirim foto pistol di atas meja. Tanpa dijelaskan pun Ailyn paham maksudnya. Alex akan membunuh siapa pun yang tak menurutinya. Selang beberapa waktu, Ailyn sampai di depan kantor K2 Company. Ia turun setelah membayar ongkos taksi. Pikirannya berkecamuk. Dirapikannya rambut dan baju, lalu melangkah menuju ke satpam yang berdiri di depan gerbang. “Semoga berhasil,” lirihnya. “Selamat pagi, Pak,” sapa Ailyn. “Pagi, Mbak. Ada yang bisa dibantu?” Satpam berkumis tipis itu memerhatikan seluruh tubuh Ailyn yang mengenakan kemeja putih dan rok cokelat selutut. “Ah, saya dapat tawaran casting iklan produk terbaru di sini. Apa masih ada lowongan? Soalnya baru

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Lulus Casting Tanpa Audisi

    Ailyn hanya bisa diam saat menunggu di ruang Anggrek. Sesuai namanya, ruangan itu dipenuhi ornamen anggrek yang indah. “Eh, bukannya dia model itu?” Seorang wanita dengan rok mini berwarna putih berbisik, tapi masih bisa didengar Ailyn yang duduk tak jauh darinya. “Iya, ya. Dulu dia terlibat skandal sama produsernya, kalau aku tidak salah dengar. Dia masih berani menunjukkan wajah?” balas temannya. Ailyn mulai memanas. Ia mengibaskan map yang dibawa karena keringat mendadak mengucur deras di keningnya. Pembahasan tentang masa lalunya ternyata masih belum selesai. “Lama sekali,” keluh Ailyn. Ia merasa gerah, padahal ruangan itu ber-AC. “Kau ... model sampo itu, kan? Yang pernah viral itu?” tanya wanita yang tadi berbisik. “Kalau memang iya, kenapa? Toh, itu sudah berlalu sangat lama. Tak ada gunanya diungkit,” ketus Ailyn. Ia pura-pura memeriksa ponsel, padahal tidak ada pesan apa pun. Pandangannya fokus, se

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Pertengkaran

    Waktu berlalu dengan cepat. Tahu-tahu Ailyn sudah keluar dari perusahaan. Disekanya keringat di dahi. “Hufftt! Hari yang melelahkan!” “Taksi! Taksi!” Ailyn menghentikan taksi untuk pulang. Hari sudah sore saat ia menyelesaikan syuting pertamanya yang berjalan lancar. Bahkan bisa dibilang sangat lancar sebab beberapa karyawan memuji penampilannya yang tak perlu banyak pengarahan. Didekatinya taksi yang berhenti. “Maaf, Mbak. Lagi ada aksi mogok kerja. Kami akan kembali beroperasi besok,” ujar sopir taksi, lantas meninggalkan Ailyn. “Aih? Bukannya tadi pagi masih baik-baik saja?” Ailyn terpaksa berjalan kaki. Rasanya berat untuk melangkah, tapi tak ada pilihan. "Aku akan pulang dan memberi tahu Ayah, kalau aku sudah dapat pekerjaan,” katanya. Senyum lebarnya seketika sirna melihat beberapa orang berdiri tak jauh darinya. “Bukannya mereka ... anak buah Om Alex?” Langkah Ailyn berhenti. Ia bermaksud untuk berbal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Di Rumah Sakit

    Alex dengan kesal memasuki rumah. Ia pura-pura tersenyum saat Kiran mendekat dan memeluknya. “Papa dari mana?” tanyanya. “Papa ada urusan sekejap. Mama sudah tidur?” Alex menaiki tangga sembari menggendong Kiran. Anaknya hanya mengangguk. Sampai di depan pintu, diperhatikan olehnya Marina tertidur. “Kau mau makan malam bersama Papa?” Alex mencubit pipi tambun anaknya yang menggemaskan. Perlahan ia menuruni tangga lagi tanpa ada niatan menutup pintu. Kiran langsung mengangguk, membiarkan sang papa membawanya masuk ke dapur. Keduanya pun makan malam bersama. “Kau—“ Karan yang menyusul, terhenti melihat ayah dan adik tirinya tengah makan sambil bercanda. “Jangan bertengkar denganku di depan Kiran. Kau tentu mengerti. Tunggu dulu sebentar.” Tanpa menoleh dan terus menyuapi Kiran, Alex bicara. Karan mendengus kasar. Berbalik ia menuju ke kamar Marina untuk memeriksa keadaannya. Wajah pucat itu membuatnya merasa sedih.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Kabur Dari Rumah Sakit

    "Ailyn belum bisa dihubungi. Aku jadi tak bisa berpikir. Huhh!” Karan menyisir rambut, lantas becermin sekali lagi sebelum berangkat. Seluruh ruangan yang pernah dipenuhi poster superhero kini sudah bersih. Rupanya pelayan di rumah itu sudah membersihkannya tanpa diminta. Yakin penampilannya sudah sempurna, ia keluar menuju ke dapur untuk sarapan bersama. Dilihatnya Kusuma, Yunita, juga Farel sudah menunggu. “Selamat pagi,” sapanya. “Pagi,” jawab mereka bersamaan. Tanpa banyak kata, mereka mulai menikmati sarapan. Terasa aneh di lidah Karan yang belum terbiasa. “Pa, apa Papa sudah memikirkan tentang Jovan? Kalau dia tidak bisa menjadi Sekretaris, bagaimana kalau jadi sopir pribadi Karan?” usulnya di sela-sela makan. “Mama setuju. Semalam kami sudah membicarakannya saat kau belum pulang. Farel yang akan menjadi Sekretarisnya,” tukas Yunita. Karan berdecak tanpa suara. Siapa yang ditanya, malah orang lain yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Rapat Pertama

    “Jelaskan semuanya padaku, Ailyn. Kenapa kau bisa terluka? Siapa yang melakukan ini? Om Alex itu?” Karan memberondong dengan berbagai pertanyaan. Mengingat semalam ia bertengkar dengan ayah tirinya itu, Karan yakin dialah pelakunya. “Banyak sekali pertanyaanmu.” Ailyn menatap sinis. Ia tak memerhatikan Jovan yang sesekali melirik dari kaca spion. “Aku cemas.” Karan menggenggam tangan itu dengan lembut. “Tidak perlu seperti ini.” Aliyn menarik tangannya perlahan. Bisa copot jantungnya kalau tangan itu terus digenggam. Debaran yang ia rasakan terasa menyulitkannya untuk bernapas. “Kemarin saat aku diantar pulang sopirmu, aku melihat banyak daging buah semangka bertaburan, jadi aku mengikutinya.” Ailyn pun menceritakan tentang apa yang terjadi padanya hingga berakhir di rumah sakit dan dijaga Alex. Ia juga tak menyangka ayahnya akan tega melakukan itu. “Makanya, aku ingin segera membantumu. Namun .... “ K

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Penerus Keluarga (TAMAT)

    “Om adalah teman Papamu. Ambil ini dan berikan pada Ailyn.” Pria itu menyerahkan kado kecil pada Kiran. “Ini apa, Om?” tanyanya dengan polos. “Berikan saja, ya. Kiran kan anak baik.” Pria itu mengelus pipi dan kepala Kiran. Setelah itu, ia menghilang dari pandangan. Heran dengan kado kecil itu, Kiran meletakkan mangkok dan berlari mendekati Ailyn. “Kak, ini untuk Kakak,” katanya. “Wah, ini apa, Sayang?” Ailyn tersenyum, menerima kado itu. Kiran menaikkan pundak. “Entah. Tadi ada pria, katanya teman Papa. Dia nyuruh Kiran memberikannya pada Kakak.” “Apa?” Ailyn terkejut. Dilihatnya sekeliling. Tidak ada wajah yang mencurigakan. Lalu, siapa pengirimnya? Dibukanya kado yang ternyata berisi surat. Jantung Ailyn berdebar hebat. Rasa takut yang sejak beberapa hari dirasakan, ternyata suatu pertanda. “Aku tahu, suatu saat aku akan mati. Entah karena penyakit yang selama ini menyerang atau terbunuh Karan. Aku sudah lama

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Acara Syukuran Tujuh Bulanan

    Ailyn sedang becermin. Meja rias yang dipenuhi berbagai macam alat kecantikan itu terlihat seperti milik perias. Terinspirasi dari meja rias di rumah Lila waktu itu. "Aku merasa semakin gendut." Ailyn memeriksa tubuhnya. Malam ini adalah acara syukuran tujuh bulanan. Mereka mengundang beberapa rekan kerja, baik dari perusahaan ataupun rekan sesama artis. “Sayang, kau sudah siap?” Karan memasuki kamar. Ia berdecak kagum melihat istrinya menggunakan pakaian longgar dan panjang berwarna merah. “Wah, kau mau ke pesta apa bagaimana ini? Kok cantik sekali. Sudah seperti mau photo shoot saja.” Karan mengecup sekilas. Ailyn membiarkan Karan mengelus perutnya yang kian membesar. “Kau baru saja memberi ide. Bagaimana kalau kita photo shoot setelah ini? Aku kan model, Karan.” “Terserah kau saja. Ayo, Sayang. Tamu sudah datang.” Pria berkemeja biru itu menggandeng tangan istrinya yang mulai kesulitan berjalan. Dibiarkann

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Bayi Besar

    Ailyn dan Karan mendekat. Keduanya tak menyangka akan bertemu Bella setelah sekian lama. “Ka-kalian di sini?” Bella menutupi wajah anaknya dengan tas. “Itu ... Anakmu?” tanya Ailyn, sembari mengusap perut. Bella mengangguk, sedikit gugup. Ia malah menoleh ke kanan dan kiri seperti menunggu seseorang. “Apa yang kau lakukan panas-panas begini di parkiran?” Karan ikut memerhatikan sekitar. Tak ada siapa pun yang bisa diperhatikan. “A-aku menunggu sopir.” Bella menjawab dengan terbata-bata, sementara sang anak mengibas tangannya sampai tas itu terjatuh. Gelagapan Bella memungutnya sebelum diambil Karan yang juga membungkukkan badan hendak membantu. Sopir? Anak kecil? Ada banyak pertanyaan di benak Ailyn. Selama ini yang ia tahu Bella dikirim ke luar kota karena hamil anak Krishna yang belum keluar dari penjara."Papamu membantu keuanganku sampai sekarang. Dia juga yang menyediakan tempat tinggal dan sopir," tutur

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Bersiaplah Untuk Direpotkan!

    Jovan melirik sekilas. Mendadak ia juga merasa khawatir. Apa yang sebenarnya terjadi pada majikannya? Kenapa rasa bahagia itu lenyap seketika? “Karan, a-aku tidak tahu harus bagaimana. Yang jelas, anak ini milik kita. Anakku dan anakmu.” Ailyn menangis, menyentuh perutnya. Melihat istrinya menangis, Karan tertawa keras sampai terpingkal-pingkal. Hal itu membuat Ailyn penasaran, apa yang terjadi. “Aku tahu, Sayang. Aku hanya bercanda. Masa iya, aku meragukan kehamilanmu. Ada-ada saja kau ini.” Karan memeluk Ailyn yang memukul dadanya karena kesal. Sesaat tadi pikirannya sudah negatif. Beberapa detik lalu rasanya amarah ingin meluap. “Jahat!” Ailyn memukul, tapi semakin mengencangkan pelukan. Mendapati semua hanya candaan semata, Jovan mengurut dada, lega. Keduanya pun sepakat untuk pergi ke dokter kandungan sebelum memberitahukan kabar baik itu pada keluarga. Sesampainya di rumah sakit .... “Selam

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Dua Garis Merah

    Hari yang hening, di mana bunga-bunga nan indah beserta daun pandan yang diiris tipis ditaburkan ke makam. Suara tangis bersahutan. “Papa!” rintihan dan kesedihan tergambar jelas di wajah mungil itu. Wajah yang kini semakin basah karena air mata. Makam dengan batu nisan berwarna putih bertuliskan nama seseorang mulai ditaburi bunga. Alex Brawijaya. Seorang pria yang tewas dalam perkelahian semalam. “Jangan bersedih. Ini sudah takdir, Sayang,” bisik Ailyn, merangkul pundak adik iparnya yang terus saja memeluk batu nisan. Karan ikut berjongkok. Peristiwa semalam bukan hanya kelabu, tapi gelap segelap-gelapnya. Seorang pria dengan obsesi tinggi telah pergi untuk selamanya. “Iya, Sayang. Biarkan Papa beristirahat dengan tenang.” Karan menimpali. Air matanya turut menetes. Ditolehnya beberapa orang yang mulai meninggalkan pemakaman. Sengaja makam Alex diletakkan bersebelahan dengan makam Marina, sesuai permintaan Kiran.

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Tewasnya Sang Ketua Mafia

    Kusuma berlari keluar dari mobil menuju ke rumah sakit. Ia dikabari sang istri sakit perut sampai dilarikan ke rumah sakit. Namun, belum juga menginjakkan kaki di tempat itu, pengawal pribadi Ailyn mencegah. “Tuan, tak perlu masuk,” katanya. “Memang kenapa? Apa wanita itu ... maksudku, Yunita baik-baik saja?” Kusuma enggan menyebut kata istri. “Dia hanya pura-pura sakit agar bisa mengecoh kita. Nyaris saja saya kecolongan kalau tidak segera membaca situasi,” paparnya, membuat Kusuma mengernyitkan dahi. “Mengecoh? Kecolongan? Apa yang kau bicarakan? Tunggu! Kau siapa?” Kusuma baru menyadari pria asing yang kini bicara dengannya tak pernah ia kenal. “Saya pengawal pribadi Nona Ailyn mulai hari ini. Tadi saya dan beberapa teman diminta mengantar Nyonya ke sini, tapi saya mendapat telepon anak buah diserang.” Pria itu menceritakan bahwa saat ini anak buahnya dikunci di kamar bersama pengawal yang lain, termasuk pelayan da

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Memulai Penyerangan

    “Emmm .... “ Ailyn berusaha melepaskan ikatan yang membelenggu kaki dan tangannya. Karena mulutnya disumpal dengan sapu tangan, ia tak bisa berteriak. Semua terjadi begitu cepat tanpa bisa dicegah. “Sstttt! Jangan berisik, Sayang. Aku datang untuk memberi akhir yang indah pada cerita kita,” lirih Alex, mengusap pipi Ailyn dengan jarinya. Berhasil mengikat kedua tangan dan kaki Ailyn di atas ranjang, Alex melempar masker dan topi sembarangan ke lantai. “Emmmm!” Ailyn berusaha keras melepaskan ikatan yang terasa menyakiti pergelangan tangan dan kaki. “Ah, aku merasa terlalu jahat. Kau pasti ingin bicara denganku, kan?” Alex menaiki ranjang, membuka sumpal di mulut Ailyn. “Sialan!” Ailyn bernapas tersengal, membiarkan rambutnya menghalangi wajah. Keringat dingin mulai deras mengucur di kening dan lehernya. “Jangan terlalu kasar. Aku datang untuk menjemputmu. Lihat, aku bawakan surat ceraimu.” Alex mengeluarkan kertas yang

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Taktik Licik

    Meskipun Yunita melarangnya masuk ke kamar, tetap saja Ailyn bersimpati dengan sering-sering memeriksa keadaan mertuanya. “Keluar kau! Aku tak sudi melihatmu!” Ailyn menghela napas, menoleh pada Yunita yang menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. “Ya sudah. Aku akan keluar. Mama cepat sembuh biar kita bisa ribut lagi.” Ailyn bangkit, menuju ke pintu. “Kenapa kau selalu membuatku emosi, Wanita Sialan!” Yunita menyingkap selimut, lalu menggulungnya dengan cepat. Seolah tahu apa yang akan mertuanya lakukan, Ailyn bergegas keluar dan menutup pintu. Tepat saat pintu ditutup, selimut melayang dan mengenai lantai. Yunita bernapas kasar. “Kau bisa keluar. Buat Ailyn tetap berada di kamarnya agar rencana kita berjalan lancar,” kata Yunita. Pintu kamar mandi terbuka. Tampak Farel keluar dengan wajah dipenuhi senyuman. “Farel pergi dulu.” Pria itu mengendap-endap keluar dari kamar Yunita. Sementara itu

  • Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda    Diare

    Ailyn menyenggol lengan suaminya saat melihat Yunita muncul dengan wajah suram, seolah kurang tidur. Kantung matanya menghitam. “Sepertinya, ada yang kurang tidur,” bisik Karan. Suasana masih sepi di ruang makan itu, sampai Kusuma menoleh pada istrinya yang duduk sembari memegangi perut. “Kau mirip sekali dengan kuntilanak kesurupan.” Kusuma bicara tanpa memandang. Tangannya bergerak cepat menyendok makanan. “Pa, panggilkan dokter. Mama sakit perut, mencret,” bisik Yunita, tapi tetap terdengar jelas di telinga Karan yang duduk di depannya. “Kau kan bisa panggil sendiri. Tak usah manja. Kau bukan anak kecil lagi,” kata Kusuma, meminum air. Ailyn dan Karan menunduk, menahan tawa. Sepertinya, harapan Karan terkabul agar Yunita sakit perut dan mencret. “Ih, Papa! Sakit sekali loh ini. Masa Papa tega membiarkan Mama kesakitan.” Yunita menyentuh bagian belakang tubuhnya yang sedikit terangkat. “Memang apa yang ka

DMCA.com Protection Status