Keesokan harinya, Dahlia akhirnya sudah sadar dan kini sedang mengobrol dengan Shera. Karena dirinya yang sakit, Shera pun akhirnya membatalkan kepulangannya ke Rusia, hal itu pun membuat Dahlia menjadi merasa bersalah pada sang cucu. Padahal Shera mempunyai banyak pekerjaan disana, namun terpaksa harus meninggalkannya karena harus mengurus Dahlia disini.
"Harusnya kamu pulang, ada mbak Yuli yang akan jaga Oma. Oma jadi merasa bersalah karena kamu meninggalkan pekerjaan demi Oma." Ungkap Dahlia pada Shera dengan tatapan sedih."Oma jangan ngomong begitu, aku nggak masalah kok, malah aku bakalan nggak tenang kalau pergi gitu aja ninggalin Oma dalam keadaan sakit. Sekarang yang penting Oma harus segera sembuh, jangan mikir macam-macam. Oma nggak boleh banyak pikiran." Tutur Shera."Iya sayang. Karena ada kamu, Oma sekarang jadi senang, ada yang nemenin Oma, Oma jadi makin semangat buat sembuh." Dahlia tampak tersenyum manis."Nah, gitu dong Oma."Nenek dan cucu itu saling bertatapan dan tersenyum. Shera sungguh merasa sangat lega karena Dahlia baik-baik saja. Begitu pun juga Dahlia yang sebenarnya merasa sangat senang karena Shera tak jadi pulang meninggalkannya.Dimasa-masa tua seperti ini, Dahlia sebenarnya sangat ingin tinggal berkumpul dengan keluarganya, namun apalah daya, dua anaknya memilih tinggal diluar negeri, sedangkan anak bungsunya Selena juga tidak mau tinggal bersama dengannya."Oma sebenarnya kangen sama anak-anak Oma, Oma mau tinggal sama-sama mereka disisa hidup Oma." Ucapan Dahlia tersebut sontak membuat Shera menjadi iba melihat kesedihan sang nenek, Shera ingin marah pada ibunya tapi ibunya juga punya tanggung jawab besar di Moskow, Shera tak ingin membuat ibunya semakin banyak beban."Oma, kan sekarang aku disini, aku yang akan jagain Oma, aku nggak akan pulang, aku bakalan tinggal sama Oma selamanya." Dahlia langsung menatap Shera dengan intens, merasa tak percaya dengan apa yang Shera katakan, benarkah cucunya itu akan tinggal bersamanya untuk selamanya?"Kamu serius sayang? Lalu bagaimana sama karir kamu? Kamu kan sangat mencintai pekerjaan kamu.""Jangan pikirin itu Oma, aku nggak masalah. Oma itu jauh lebih penting dari segalanya, karir bisa aku kejar dilain waktu, aku juga bisa berkarir disini Oma." Lega rasanya hati Dahlia mendengarnya, sungguh bahagianya setelah mendengar ucapan cucunya barusan."Lalu mommy kamu?""Jangan cemas, mommy pasti setuju, nggak mungkin enggak. Daddy juga pasti setuju, lagian disana masih ada Feliks sama Dimitri. Jadi Oma nggak usah khawatir.""Terimakasih sayang, terimakasih." Ungkap Dahlia dengan penuh rasa haru, mereka berdua pun lantas saling berpelukan, saling menguatkan satu sama lain. "Kamu kalau ada masalah, harus cerita sama Oma, jangan sampai dipendam sendiri, Oma nggak mau lihat kamu sakit." Imbuh Dahlia sambil mengusap-usap punggung ringkih Shera. Shera semakin kurusan dan Dahlia bisa merasakannya."Iya Oma, nanti aku pasti akan cerita." Shera mengangguk sambil menangis, lagi-lagi ia menangis, entah kenapa, tiba-tiba ia teringat Kevin. Shera rindu, tapi kenapa kemarin ia malah mengusir laki-laki itu."Kata Yuli kemarin Kevin kesini?" Tuh kan, sekarang Dahlia malah menanyakannya."Enghhh... Itu... Iya om Kevin disini sebentar waktu Oma pingsan, lalu dia pulang sekitar pukul tujuh malam.""Kok dia bisa tahu kalau Oma disini?""Kebetulan aku nggak sengaja ketemu sama dia disini waktu Oma di IGD, mungkin dia habis periksa ke dokter atau apa.""Hm. Kevin itu baik, selalu baik dan perhatian sama Oma. Sejak kecil ibunya udah nggak ada, makanya Oma kasihan banget sama dia. Dia selalu sendirian, bahkan diusianya yang sekarang dia juga masih sendiri, mungkin karena perceraiannya dengan Selena, membuat Kevin jadi trauma. Oma merasa bersalah karena udah jodohin dia sama Selena, Selena benar-benar menghancurkan hati dan hidup Kevin. Oma nggak nyangka anak itu begitu kejam." Jelas Dalia pada Shera yang tampak diam tak tahu harus menanggapi seperti apa. Merasa semakin bersalah karena kemarin ia sempat mengusir Kevin, padahal Kevin tak berbuat macam-macam padanya, Kevin hanya ingin membantunya, namun Shera malah mengusir Kevin."Hm, Oma sekarang istirahat ya, saatnya tidur siang." Shera sengaja menyuruh Dahlia tidur karena tak ingin membahas Kevin lagi, lagipula ini memang sudah siang, saatnya sang nenek istirahat supaya cepat sembuh."Iya sayang, Oma akan istirahat." Dahlia pun mengangguk, lalu membaringkan tubuhnya dengan dibantu oleh Shera, setelah Dahlia berbaring, Shera lantas menyelimutinya. Lama Shera menatap Dahlia sampai neneknya itu memejamkan mata, dan setelah itu, Shera kembali kepikiran dengan sosok Kevin."Huuuffft... Kepikiran lagi." Shera kembali mengacak-acak rambutnya, merasa sangat gila rasanya, sungguh... Ia bingung harus berbuat apa.***Sedangkan di restoran kini Kevin sedang memasak, membuatkan makanan untuk Dahlia dan juga... Shera. Sejak semalam Kevin tak bisa berhenti memikirkan wanita itu, memikirkan perubahan sikap Shera yang sangat aneh menurutnya."Dia sebenarnya kenapa?" Gumam Kevin sambil melamun, bahkan ia lupa sedang memanggang Salmon."Chef!" Panggil Ola. "Chef Kevin!" Panggilnya sekali lagi."Ya, ada apa Ola?" Kevin sedikit terkejut dengan panggilan Ola."Itu Chef Salmon-nya awas gosong." Ujar Ola sambil menunjuk kearah pemanggang."Oh, astaga. Iya, saya lupa." Kevin pun buru-buru membalik daging Salmon yang untungnya masih bisa diselamatkan, demi Tuhan, ia sangat merutuki kebodohannya. Hampir saja ikan Salmon kesukaan Dahlia itu hangus gara-gara kecerobohan Kevin."Ada apa sih chef? Nggak biasanya chef Kevin gagal fokus begini. Chef akhir-akhir ini aneh banget, sering gagal fokus kayak gini." Tiba-tiba saja Vita datang, berdiri disamping Kevin yang sedang memasak. Kevin sebenarnya agak risih karena Vita selalu saja mau tahu tentang masalahnya, namun Kevin masih tetap bersikap sabar."Nggak ada apa-apa Vita, saya baik-baik saja." Balas Kevin sembari melanjutkan kegiatan masaknya. Jawaban Kevin pun membuat Vita terdiam sejenak, selalu saja begini kalau ia bertanya tentang Kevin, pria itu pasti tidak mau membagi masalahnya dengan Vita."Oh ya, chef masak buat siapa?" Tanya Vita."Buat mama saya, dia sedang sakit." Balas Kevin."Bu Dahlia sakit? Astaga chef, sakit apa?" Vita tampak cemas. Dan hal itu membuat beberapa karyawan yang melihat tingkahnya merasa sangat jengah."Nggak apa-apa, hanya kelelahan.""Chef, sepulang kerja nanti, saya mau jengukin Bu Dahlia ya, saya mau tau kondisinya." Ujar Vita dengan tatapan penuh harap, sebagai calon istri, tentu saja ia harus giat mendekati calon mertua. Vita harus mengambil hati Dahlia juga supaya Dahlia bisa mendukungnya bersanding dengan Kevin."Nggak perlu, mama sudah baik-baik saja.""Tapi chef-""Sebaiknya kamu lanjutkan pekerjaan kamu, saya tidak suka melihat pelanggan saya menunggu." Sahut Kevin dengan tegas, membuat nyali Vita langsung menciut."Ya-ya udah chef." Ujar Vita, lalu iapun segera pergi meninggalkan Kevin yang tampak menghela nafas berat."Henry!" Panggil Kevin."Ya chef!""Besok ikut saya ke restoran yang ada di Bandung, tadi Riko telepon katanya ada sedikit masalah dengan renovasi lantai empat. Kamu temani saya ya!" Pinta Kevin.Padahal hanya masalah sepele, tidak datang pun tak ada masalah, hanya saja Kevin ingin menjernihkan pikirannya, mungkin dengan pergi ke luar kota ia bisa melupakan tentang Shera."Siap chef, nanti chef Kevin chat mengenai waktunya ya!""Oke." Kevin pun tersenyum, lalu iapun kembali melanjukan kegiatan memasaknya.Sedangkan Vita yang melihat interaksi antara Kevin dan Henry pun merasa kesal. Kenapa Kevin tak mengajaknya, kenapa malah mengajak Henry? Vita kan juga ingin ikut menemani Kevin, kenapa Kevin malah melupakannya.***Beberapa menit kemudian, Kevin akhirnya sudah sampai di rumah sakit. Ia pun segera menuju kamar rawat Dahlia. Kevin tidak peduli jika nanti Shera akan kembali mengusirnya, Kevin akan tetap memaksa masuk. Bagi Kevin, sikap Shera itu sangatlah kekanak-kanakan. Shera terlalu membawa-bawa urusan pribadi pada masalah seperti ini.Tak butuh waktu lama, Kevin pun telah sampai di depan kamar Dahlia, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia pun langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Dahlia."Mbak Yuli!" Panggil Kevin pada Yuli yang tengah memijat kaki Shera."Tuan Kevin, saya sampai nggak tau kalau tuan dateng." Ujar Yuli yang tampak sedikit kaget."Maaf saya bikin mbak Yuli kaget, Shera kenapa?" Oh betapa tololnya Kevin, bukannya tanya kondisi Dahlia duluan, ini malah tanya kondisi Shera yang tengah berbaring diatas ranjang kosong."Kecapekan mungkin tuan. Lagi datang bulan juga, bawaannya lemes, makanya dari kemarin pucet, gampang uring-uringan." Tutur Yuli pada Kevin.'Pantas saja.' batin Kevin. "Lalu mama gimana?""Nyonya baru aja tidur, udah mendingan, langsung ceria waktu non bilang bakalan disini terus nemenin nyonya.""Disini terus?" Tanya Kevin tak mengerti."Iya tuan, non Shera nggak akan pulang ke Rusia, bakalan disini terus nemenin nyonya." Ucapan Yuli kenapa membuat hati Kevin merasa sangat lega? Bukannya harusnya ia biasa saja, kenapa ia malah... Senang? Ada apa gerangan?"Hm, ini saya bawakan makanan untuk mama sama Shera." Kevin kemudian meletakann kotak makanan yang ia bawa diatas meja."Kebetulan tuan, non Shera nggak begitu selera makan dari tadi pagi. Mungkin kalau sama masakan tuan, non Shera bisa lahap makannya, masakan tuan kan enak banget." Kevin langsung menatap kearah Shera yang masih terpejam, merasa khawatir dan cemas."Biar saya membangunkannya, supaya dia makan. Mama mau makan kan?""Mau tuan, malah lahap banget.""Syukurlah.""Silahkan tuan.""Iya, mbak Yuli juga boleh makan, saya buatkan juga ada di kotak paling bawah.""Beneran tuan? Wah... Makasih banget tuan, kapan lagi bisa makan makanan buatan chef terkenal kayak tuan Kevin, ya... Kalau nggak ke restoran tuan, itupun nyonya yang ajak." Yuli tampak sangat senang, lalu iapun segera menyerbu kotak makanan yang Kevin bawa tadi. Kevin pun tampak tersenyum samar melihat Yuli.Setelah itu, Kevin segera duduk didekat Shera, mengguncang-ngguncang tubuh Shera dengan pelan sampai kedua mata Shera akhirnya terbuka secara perlahan."Bangun dulu, makan siang. Saya bawakan makanan." Ucap Kevin, Shera yang mendengarnya pun langsung menatap tajam kearah Kevin. Sungguh, ia benar-benar sangat terkejut. Bagaimana tidak terkejut, saat tidur tadi ia sempat memimpikan pria itu tengah memeluknya, dan sekarang Kevin tiba-tiba saja ada dihadapannya."O-om." Gumam Shera."Agak hangat, kamu demam." Kevin tiba-tiba menyentuh kening Shera membuat Shera langsung membeku. "Untung saya bawa sup, biar saya ambilkan, kamu makan ya, lalu minum obat. Jika kamu tidak mau ke dokter, biar nanti saya ke apotik untuk beli obat penurun panas. Ini, sekarang kamu makan dulu." Kevin sudah mengambilkan makanan Shera, sedangkan Shera hanya diam saja melihat gerak gerik Kevin. Entah kenapa Shera merasa kesal dengan perhatian Kevin, membuatnya semakin jatuh ke dalam pesona duda empat puluh tahun itu. Andai saja Kevin mengacuhkannya, mungkin Shera tidak akan semakin luluh seperti ini."Aku akan makan sendiri, om Kev sekarang bisa pergi." Shera langsung merebut kotak makanan dari Kevin, sedangkan Kevin langsung menatap Shera dengan tatapan tak habis pikir."Gadis nakal, kamu mengusir saya lagi?""Gadis? Om kira aku masih gadis? Kan om Kevin sendiri yang ud-""Diam!" Kevin langsung membekap mulut Shera dengan tangannya, demi Tuhan, hampir saja Shera keceplosan, padahal masih ada Yuli disana, dan Shera melupakan keberadaannya. "Masih ada mbak Yuli, kamu lupa?" Bisik Kevin dengan tatapan kesal. Lalu iapun melepaskan bekapannya dari bibir Shera. Shera pun tampak menggigit bibir bawahnya, merasa malu dan bodoh."Habisnya om...""Kamu bisa makan sendiri, saya akan menunggui mama. Habiskan semuanya jangan ada yang tersisa. Saya maklumi sikap kamu karena kamu sedang datang bulan. Pantas sejak kemarin kamu sangat bar-bar seperti Harimau.""Apa?" Shera tampak kesal, ia tak terima."Apa? Saya tidak bilang apa-apa. Sudah makan sana!" Kevin pun segera duduk di kursi yang terdapat disamping ranjang Dahlia. Sedangkan Shera kini malah menatap Kevin dengan tatapan kesal. Namun walau bagaimana pun, hatinya menghangat melihat makanan buatan Kevin kini ada didepan matanya, membuat Shera begitu sangat berselera.'Hihi, bentar lagi non Selena bakalan ketar-ketir nih.' gumam Yuli dalam hati dengan senyuman miring.Dahlia sudah pulang ke rumah karena kondisinya sudah membaik. Cepat sekali wanita paruh baya itu pulih, bahkan semakin semangat dan ceria karena Shera tak jadi pulang ke negara asalnya. Jika kondisi Dahlia semakin membaik, maka tidak dengan Shera. Pagi ini, Shera bahkan merasakan pusing dan mual. Mungkin sakitnya semakin berlanjut karena istirahatnya kurang. Untung saja datang bulannya sudah selesai dan hanya berselang selama dua hari. Itupun hanya sedikit, tidak banyak seperti biasanya. Shera sendiri merasa sangat heran dengan siklus menstruasinya. Namun tampaknya Shera tak terlalu ambil pusing mengenai itu, apalagi setelah mengingat jika Kevin memang mandul, tak bisa memberikan keturunan, jadi mana mungkin dirinya bisa hamil sedangkan Selena yang menikah dengan Kevin selama tiga tahun saja tidak bisa hamil karena kemandulan Kevin. Jadi Shera tak perlu cemas, karena dirinya tidak akan mungkin mengandung anak Kevin. "Sarapan dulu non! Non Shera kok jadi makin sakit begini?" Tanya He
Karena tak suka melihat Shera memeluk Kevin, Selena langsung berjalan kearah Shera dan Kevin, dengan sekali hentak, Selena langsung menarik tangan Shera, menyingkirkannya dari tubuh mantan suaminya itu. Hal itupun tentu membuat Kevin dan Shera sangat terkejut. Apalagi Kevin, ia sangat tak suka jika Selena sampai bersikap kasar kepada Shera, apalagi Shera sedang dalam kondisi sakit. "Kamu udah gila ya? Ngapain kamu peluk-peluk laki-laki ini? Tante nggak suka kamu dekat-dekat sama dia Shera." Seru Selena dengan penuh amarah. "Apa hak tante larang-larang aku? Terserah aku mau dekat sama siapa. Lagian om Kevin udah cerai sama Tante, emang kenapa kalau aku deketin dia?" Meski sedang lemah, namun Shera masih sangat kuat untuk berdebat dengan Selena. Shera bukan wanita lemah yang akan diam saja jika ada orang lain ingin mengusik ketenangannya. Tak peduli meski itu Selena sekalipun Shera akan tetap melawannya. "SHERA! Tante itu peduli sama kamu, tante nggak mau kamu berhubungan sama laki-l
Shera meneguk ludahnya melihat makanan yang tersaji didepan matanya. Sungguh menggoda selera, membuat perutnya meronta-ronta. Makanan buatan Kevin memang tak hanya enak, tapi juga membuat Shera selalu takjub karena tampilannya yang sangat menggoda. Sungguh beruntungnya ia bila setiap hari bisa dimasakan oleh chef terkenal seperti Kevin, sudah tampan, gagah, pandai masak, sabar meski kadang sangat menyebalkan, tapi Shera suka. "Tunggu apa lagi? Kenapa belum dimakan?" Tanya Kevin dengan tatapan heran. Shera tampak menggigit bibir bawahnya, menatap Kevin dengan ragu. "Mau disuapi." Pinta Shera dengan penuh harap. Membuat Kevin kembali tertegun. Oh, apalagi ini Shera? Shera sudah kelewat batas, Kevin tak bisa menuruti keinginan gila Shera terus-terusan. "Tangan kamu tidak sakit, yang sakit pipi kamu, kamu masih bisa makan sendiri, kamu bukan anak kecil lagi Shera." Ucapan Kevin yang menohok barusan membuat Shera langsung terdiam. Merasa kesal, lalu iapun menunduk dan memakan makananny
dr. Shavira kini tengah memeriksa Shera, dokter senior berusia lima puluh lebih itu tampak tersenyum hangat ketika melihat layar USG yang memperlihatkan kondisi rahim milik Shera. "Lihat! Kantong bayinya sudah terbentuk ya, sekarang kita cari dulu si kecil, duh... Sembunyi dimana anak kesayangan papa ini ya." Kalimat terakhir dr. Shavira begitu menggetarkan hati Kevin. Oh astaga, demi apa Kevin kini tengah menitikkan air matanya saat melihat layar USG itu. Cepat-cepat ia segera menghapus airmata sialannya, demi Tuhan ia sungguh malu, namun pria tampan itu juga tidak sanggup menyembunyikan perasaan luar biasa yang sedang ia rasakan sekarang. Sedangkan Shera sejak tadi hanya terdiam kaku, airmatanya tak henti mengalir, wanita itu masih tak menyangka jika dirinya kini tengah berbadan dua. Apalagi yang sedang ia kandung sekarang adalah anak Kevin. Kevin yang katanya mandul alias tak bisa memberikan keturunan kini nyatanya malah bisa membuat Shera hamil dengan begitu ajaibnya. "Ini nih
Setelah dari rumah sakit, kini Kevin memutuskan untuk memulangkan Shera ke mansion Gunawan. Hari sudah semakin sore, dan Kevin tadi mengajak Shera pergi tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Dahlia. Pasti sekarang Dahlia sedang mencemaskan Shera, dan Kevin sungguh merasa tak enak dibuatnya. Mengingat sosok Dahlia membuat Kevin kembali memikirkan bagaimana cara ia bicara pada wanita paruh baya itu nanti perihal kehamilan Shera. Bagaimana reaksi Dahlia? Kevin takut Dahlia akan jatuh sakit, dan yang lebih menakutkannya lagi adalah, Dahlia akan membencinya karena ia yang telah menghamili cucu kesayangan Dahlia. "Huh..." Kevin menghembuskan nafas kasar, lalu mengusap wajahnya. Demi Tuhan semua kejadian ini masih seperti mimpi. Kevin masih tak menyangka jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah, apalagi wanita yang mengandung anaknya adalah Shera. Wanita yang sebenarnya sangat haram baginya. Shera kini tengah tertidur dipelukan Kevin, karena lelah menangis dan memang sejak tadi
Kevin tentunya langsung kelabakan saat Shera tiba-tiba saja memutuskan sambungan teleponnya. Apalagi setelah wanita itu mengatakan hal yang membuat Kevin merasa seperti kena mental. Namun Kevin yang notabene adalah pria penyabar tak akan menelan mentah-mentah ucapan Shera barusan. Kevin emosi? Oh, tentu tidak, ia hanya shock dan tak menyangka jika Shera bisa berpikir seperti itu terhadapnya. 'Pak Kevin harus banyak-banyak bersabar ya pak, ibu hamil itu sudah biasa kalau gampang emosional, gampang sensitif, gampang ngambek, dan gampang aneh-aneh lah pokoknya. Itu semua bukan dibuat-buat, tapi karena pengaruh hormon, mereka akan bertingkah seperti anak kecil, ya... Meskipun nggak semua ibu hamil seperti itu, tapi kebanyakan memang begitu. Jadi pak Kevin harus selalu bisa mengontrol emosi, jangan mudah terpancing dan akhirnya melampiaskan kemarahan ke ibunya ya pak, jangan sampailah pokoknya.'Perkataan dr. Shavira kemarin kembali berputar dimemori otak Kevin, membaut Kevin tersenyum sa
Shera dan Kevin masuk ke dalam mansion, Shera terus bergelayut manja di lengan Kevin, Kevin pun tak terlalu ambil pusing, ia membiarkan Shera melakukan hal sesuka hatinya, supaya Shera senang dan tidak kecewa. Saat berjalan melewati ruang tamu, mereka bertemu dengan Selena dan juga Brandon yang tengah bermesraan. Selena memang sengaja melakukan itu untuk melihat reaksi Kevin, ia ingin membuat Kevin cemburu melihatnya bersama dengan Brandon. "Sayang... Cium pipiku!" Pinta Selena pada Brandon dengan nada manja, Brandon pun lantas mencium pipi Selena, lalu melumat bibir wanita itu sekilas. Hal itupun tak luput dari tatapan Kevin dan Shera. Jika Selena pikir Kevin akan cemburu melihatnya bersama Brandon, maka Selena salah besar, Kevin bahkan tak peduli sama sekali, pria tampan itu bahkan merasa malu melihat kelakuan Selena yang seperti ABG tua."Oh Hay... Mantan suamiku, kebetulan kamu datang, lusa aku akan bertunangan sama Brandon kekasihku, jadi aku harap kamu bisa datang ya." Selena
Dahlia, Kevin dan Shera kini tengah berada di halaman belakang. Duduk bersama, mencoba bersantai ditengah ketegangan. Kevin pun mulai berbicara, ia harus segera mengutarakan maksudnya pada Dahlia secepat mungkin. "Jadi ma... Aku ingin menikahi Shera. Saat ini aku sedang meminta Shera melalui mama." Ujar Kevin dengan jelas dan lugas. Dahlia yang mendengar itu sepertinya sangat terkejut, namun tak sampai membuatnya shock berat."Kevin apa kamu serius? Atas dasar apa kamu meminta Shera pada mama? Kalian bahkan baru beberapa kali bertemu. Jarak usia kalian bah-""Usia hanya soal angka oma, yang penting perasaan, cinta itu nggak pernah salah." Sahut Shera membuat Dahlia langsung terdiam telak."Maaf jika ini sangat mengecewakan mama, tapi... Shera sudah hamil ma, dan dia sedang hamil anakku ma." Ungkap Kevin dengan penuh kehati-hatian, takut Dahlia akan pingsan atau bahkan sampai terkena serangan jantung. Demi Tuhan, jangan sampai itu terjadi. "Apa? Kevin kamu jangan bercanda, kamu bilan
Sembilan bulan sudah Shera berjuang mengandung sang buah hati dengan segala cobaan dan rintangan yang menghadang diawal kehidupan pernikahannya bersama dengan Kevin. Kini ia telah resmi menjadi seorang ibu setelah berhasil melahirkan buah hatinya bersama Kevin secara normal di rumah sakit Atma Medika. Bahagia tak terkira Kevin rasakan, hal yang ia impi-impikan selama ini akhirnya terwujud setelah ia mendengar tangisan keras dari bayinya yang baru saja lahir ke dunia. Selama empat puluh delapan jam, Kevin terus berada disamping Shera yang tengah mengalami kontraksi. Pria itu bahkan tak sedetikpun meninggalkan sang istri kecuali hanya ke kamar mandi. Kevin tentu saja tak ingin kehilangan momen-momen penting proses persalinan sang istri. Kevin ingin menjadi penguat Shera, ia tak mau Shera merasa sendirian dan sakit sendirian, meskipun Kevin tahu jika ia pun tak mampu menggantikan posisi Shera, tapi setidaknya dengan kehadirannya ia mampu membuat istrinya tak merasa sendirian dan kesep
Kevin sudah sembuh dan kini ia sudah kembali ke rumah. Masalah pekerjaan ia bisa memantau dari jauh, yang penting sekarang adalah kesehatannya dan juga kesehatan istrinya. Meskipun sudah sembuh namun lukanya masih terasa sakit jika ia terlalu banyak bergerak ataupun melakukan aktivitas yang berat. Kevin pun kini harus membatasi kegiatannya supaya cepat pulih seperti sedia kala. Mengenai kedua orangtua Shera, mereka seharusnya dijadwalkan kembali ke Rusia hari ini juga, namun karena kondisi Shera yang kurang fit, akibatnya Farah membatalkan kepulangannya dan menyuruh sang suami untuk pulang duluan. Karena kelelahan mengurus Kevin dan memang kondisi fisiknya yang lemah sejak Kevin berada dirumah sakit, akhirnya sekarang Shera tumbang karena terserang demam dan juga flu yang cukup berat. Selama Kevin tak bisa membuatkan makanan untuknya, Shera memang selalu memaksa memakan makanan apapun selain masakan Kevin. Ia memang bisa melakukannya, namun setelah itu Shera harus memakan es krim
Dua Minggu kemudian...Shera kini tengah menangis didepan makam Dahlia, wanita hamil itu tampak menatap makam sang nenek dengan wajah sendu. Setelah insiden penembakan yang Selena lakukan pada Kevin dua Minggu yang lalu, Dahlia langsung terkena serangan jantung. Kevin dan Dahlia pun segera dilarikan ke rumah sakit, dan keduanya pun sama-sama mengalami koma. Kevin mendapatkan tembakan tepat mengenai perut dan harus melakukan operasi untuk pengangkatan peluru. Saat itu Selena menembakan dua peluru, namun peluru yang satunya meleset mengenai vas bunga. Jika kedua peluru tersebut tembus ke jantung Kevin, mungkin Kevin kini sudah tidak tertolong lagi.Beruntung sekali Tuhan masih menyayanginya sehingga nyawanya masih bisa diselamatkan. Akan tetapi sampai saat ini Kevin masih koma meskipun sudah melewati masa kritisnya. Sedangkan Dahlia akhirnya harus menyerah setelah melawan penyakit jantung dan hipertensi yang ia derita.Seluruh keluarga pun sepakat mengirim Selena ke rumah sakit jiwa k
Hari ini adalah hari yang sangat Shera nanti-nantikan. Acara baby shower untuk merayakan tujuh bulan kehamilannya telah dimulai. Acara yang cukup meriah dan dihadiri oleh keluarga dekat saja. Shera terlihat sangat cantik dan anggun dengan balutan gaun berwarna pink yang membalut tubuh hamilnya. Aura keibuannya pun semakin terpancar membuat Kevin semakin jatuh cinta. Kevin bahkan masih tak menyangka jika seorang wanita yang telah resmi menjadi istrinya kini adalah Shera, keponakannya, gadis yang dulunya sering sekali memanggilnya dengan sebutan 'om'. Orang yang bahkan sangat asing bagi Kevin karena mereka jarang sekali bertemu. "Papa kok diem terus dari tadi? Papa nggak enak badan? Pasti kecapekan ya karena sibuk nyiapin ini semua? Papa sih dibilangin ja-" kata-kata Shera langsung terpotong karena Kevin tiba-tiba menyentuh bibirnya dengan jadi telunjuk. "Mau jadi ibu, mulutnya makin bawel." Ujar Kevin membuat Shera langsung mengerucutkan bibirnya."Biarin aja." Ungkap Shera, Kevin
Shera mengusap-usap perutnya dengan penuh cinta, merasa sangat lega karena kandungannya kini telah berusia tujuh bulan dan besok ia akan mengadakan acara tujuh bulanan serta baby shower. Rencananya acara tersebut akan diadakan di restoran berbintang milik suaminya, dan Shera sudah tak sabar menunggu besok pagi tiba. Melihat Kevin yang semakin semangat dan begitu ceria akhir-akhir ini membuat Shera begitu terharu. Saat bertemu Bayu beberapa hari yang lalu, sepupu Kevin itu menceritakan banyak sekali hal tentang Kevin dimasa lalu. Bayu bilang jika baru sekarang ia bisa melihat kakak sepupunya sesenang ini, dan semua ini karena Shera, Shera tentu saja merasa sangat bangga dan tersentuh. "Kok senyum-senyum sendiri? Lagi mikirin apa? Ini manisannya." Tanya Farah sembari mengangsurkan manisan kepada Shera. Farah datang tiga hari yang lalu bersama dengan suami dan kedua putranya. Melihat Shera yang begitu bahagia dan antusias dengan kehamilannya, membuat Farah pun ikut merasa bahagia. "L
Hari ini Kevin mengajak Shera ke Dufan untuk menyenangkan hati istrinya. Meski hanya menaiki bianglala dan komedi putar hal itu sudah cukup menyenangkan bagi Shera. Karena suaminya sendiri melarangnya keras untuk menaiki wahana yang cukup ekstrim. Kevin sendiri merasa sangat senang dan bahagia melihat senyuman serta antusias Shera, karena ia sendiri tidak pernah jalan-jalan seperti ini dengan pasangannya. Baru kali ini Kevin bisa merasakannya bersama dengan Shera. Luapan kebahagiaan yang ia rasakan dalam hatinya bahkan tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ini semua masih seperti mimpi, mimpi yang sangat indah, dan Kevin seolah enggan untuk bangun dari mimpinya. "Papa!" Panggilan Shera langsung membuyarkan lamunan Kevin, pria itu pun segera mendekat kearah istrinya. "Ada apa sayang? Apa yang ingin kamu beli?" Tanya Kevin. "Pah aku mau ini ya... Satu aja..." Pinta Shera seraya menunjuk gula kapas berbentuk hati yang ada didepannya. Kevin sendiri merasa heran, kenapa istrinya suk
Setelah kejadian di rumah sakit, Kevin kini semakin memperketat penjagaannya pada sang istri. Pria itu begitu posesif dan overprotektif kepada Shera. Shera sendiri bukannya terganggu akan sikap berlebihan Kevin, tapi ia suka sekali melihat Kevin yang seperti ini, seperti biasanya, Kevin yang perhatian dan sangat mencintainya.Pria itu bahkan tak pergi ke restoran esok harinya, Kevin memilih untuk tetap di rumah sampai kondisi istrinya lebih stabil. Kevin ingin benar-benar menjaga kandungan Shera, keselamatan keduanya adalah prioritas Kevin, dan Kevin tak ingin kejadian kemarin sampai terulang kembali. Pria itu sungguh menyesal dan merasa bersalah atas sikapnya."Pa!" Panggil Shera yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Sudah selesai sayang, ayo kemari!" Cepat-cepat Kevin segera mengangkat tubuh istrinya membawanya kembali ke sofa yang ada di ruang tengah. Shera pikir Kevin hanya akan menuntunnya, namun ketika suaminya itu membopong tubuhnya, Shera sedikit terkejut karena tidak sia
Lama Shera menangis sampai sesenggukan sekitar sepuluh menit, sampai ia lupa jika sekarang ia harus menyusul Kevin dan menggagalkan rencananya. Namun sayang sekali saat masuk ke dalam kamar rawat Selena, Shera malah disuguhi dengan pemandangan yang begitu menyayat hati. Saat ini Kevin sedang menyuapi mantan istrinya didepan istrinya sendiri. Hati istri mana yang tidak sakit saat melihatnya, namun bukankah ini memang kemauan Shera, lantas kenapa Shera malah tidak terima?"Makasih ya Kev kamu masih peduli sama aku. Kamu masih baik banget sama aku padahal selama ini aku udah jahat banget sama kamu." Ungkap Selena pada Kevin yang hanya meresponnya dengan senyuman paksa. Pria itu sebenarnya sangat malas melakukan semua ini, namun karena ia merasa sangat kesal dengan sang istri makanya ia mencoba untuk memanas-manasi Shera. "Semoga kamu lekas sembuh, setelah ini ikutilah sejumlah perawatan supaya kamu lekas pulih. Jangan bersikap egois, pikirkan juga mama, mama masih sangat sayang sama k
Kevin tengah membersihkan tubuhnya. Sore hari ini begitu panas sehingga membuat pria itu berkeringat begitu banyak. Shera kini tengah menunggu suaminya keluar dari kamar mandi dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, ia merasa gugup sekali menghadapi Kevin yang sedang marah padanya, karena baru kali ini suaminya itu marah pada Shera. "Bantu mama. Buat papa kamu mau maafin mama dan bersikap kayak biasa lagi. Meskipun dia nggak bentak-bentak, tapi cara marah dia dengan mendiamkan mama rasanya lebih menyeramkan. Dia nggak mau ngomong sama sekali dari tadi. Mama jadi kepikiran terus." Gumam Shera sambil mengusap-usap perut buncitnya. Sejak tadi Shera terlihat murung karena Kevin tak mau bicara dengannya. Shera juga takut mengawali pembicaraan, entahlah bibirnya seolah membisu ketika berhadapan dengan Kevin. Shera jadi tak bisa secomel biasanya.CklekSuara pintu yang terbuka membuat Shera tiba-tiba terdengar kaget, mungkin karena sejak tadi ia melamun, makanya ia sampai terkejut m