Audrey tercengang. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata ini adalah alasan kemarahan Zayden. Selama beberapa tahun ini, Audrey sudah terbiasa dengan perbedaan perlakuan yang dilakukan Keluarga Conner kepadanya dan Yasmin. Audrey tidak pernah mengatakannya kepada siapa pun. Itu karena dia tahu bahwa tidak ada gunanya meski dia menceritakan hal ini. Namun hari ini, Zayden telah melihat hal itu dan dia malah emosi.Audrey merasakan sesuatu seperti benturan yang keras memukul dadanya. Dia merasa sedih dan hatinya bergetar tanpa alasan."Bagaimanapun juga, terima kasih," ucap Audrey dengan suara yang sangat kecil. Akan tetapi, suaranya tetap didengar oleh Zayden. Zayden menatap Audrey yang menunduk sambil memeluk bungkusan dalam pelukannya itu, seperti seorang anak kecil yang telah melakukan kesalahan. Zayden memandangnya dengan tatapan kosong sejenak, lalu dia tiba-tiba sadar akan sesuatu. Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ayo pulang."Audrey mengangguk. Melihat suasana hati Z
Shania pun berkata dengan terbata-bata, "Tuan, apa kamu salah alamat? Kamu salah mencari orang, 'kan? Aku nggak mengenalmu."Mendengar hal itu, Zayden melihat Caleb sekilas. Caleb sontak mengerti, lalu mengeluarkan sebuah foto dan bertanya, "Nona, kamu seharusnya pernah melihat jam tangan ini, 'kan?"Faktanya, Shania sudah memiliki firasat yang samar-samar dalam hatinya. Saat dia melihat gambar jam tangan itu, dia sontak terkejut hingga lemas dan pikirannya menjadi kacau.Akhirnya, hal yang paling dia takutkan telah menjadi kenyataan. Selama beberapa hari ini, dia tidak bisa tidur dan makan dengan tenang karena takut akan ada orang yang mencarinya terkait jam tangan yang dia temukan itu. Sekarang, semuanya benar-benar terjadi!Jam tangan itu setidaknya bernilai ratusan juta. Jika dianggap sebagai pencurian, dia mungkin akan berakhir di penjara untuk waktu yang lama. Shania sontak terkejut hingga menangis, lalu dia berkata, "A … aku bukan sengaja melakukannya. Aku hanya pelayan yang be
Sambil berpikir, Shania segera menenangkan dirinya. Dalam situasi genting ini, dia perlu mencari informasi agar tidak ketahuan bahwa dirinya hanya menyamar sebagai orang lain. Shania pun melihat ke arah Caleb yang berdiri di samping dan berkata, "Apa kartu dan rumah ini benar-benar untukku? Tapi, aku nggak melakukan apa pun. Aku merasa malu menerimanya."Mendengar hal itu, Caleb tersenyum dan menjawab, "Tentu saja. Bagaimanapun, Anda pernah menyelamatkan Tuan Zayden. Tuan Zayden nggak akan pelit kepada pasangannya, Anda memang pantas mendapatkannya."Pernah menolongnya?Shania telah mendapat bayangan tentang apa yang terjadi. Kemudian, dia tetap bertanya, "Ada apa dengan jam tangan itu?"Caleb melihat Shania sekilas. Dia merasa aneh karena pertanyaan Shania terlalu banyak. Bukankah Tuan Zayden memberikan jam tangan ini kepadanya sebagai hadiah? Kenapa dia masih bertanya?Melihat Caleb mulai curiga, Shania tersenyum dengan canggung dan berkata, "Aku takut kalian hanya menipuku, lalu mun
Mata Zayden yang hitam melihat ke arah Audrey, lalu dia bertanya, "Kenapa? Kamu mau menolak untuk bercerai?"Audrey segera menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Bukan. Aku hanya mau bilang kalau benar seperti itu, kamu bisa terus terang padaku. Aku akan segera menandatangani surat cerai dan nggak akan mengganggumu."Seusai berbicara, Audrey teringat akan sesuatu. Dia lanjut menimpali, "Selain itu, kamu pernah bilang akan memberikanku sejumlah uang setelah bercerai."Zayden menyipitkan matanya dan berkata dengan nada mencemooh, "Kenapa? Kamu merasa tidak cukup dan mau menambahnya?""Bukan." Audrey merasa sedikit tidak berdaya. Dia pun berpikir, apakah di mata Zayden dia adalah orang yang sangat mata duitan? Dia memang sangat membutuhkan uang, tetapi itu tidak berarti dia akan kehilangan hati nurani karena uang."Selama beberapa hari ini, Tuan Zayden juga sudah banyak membantuku. Kali ini, kamu juga menyelamatkan hidupku. Jadi, aku nggak berniat meminta kompensasi darimu lagi. Aku berse
Setelah mendapatkan janji dari Zayden, Shania bergegas menyuruh sopir untuk mengantarnya ke pusat perbelanjaan paling mewah di kota. Begitu teringat ada uang dua miliar dalam kartu yang bisa digunakan dengan sesuka hati, Shania sama sekali tidak mengendalikan keinginannya untuk berbelanja. Dia membeli segala barang yang dia sukai. Kemurahan hati Shania membuatnya menjadi pusat perhatian di dalam toko. Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Pada akhirnya, Shania membeli banyak barang mewah yang sebelumnya hanya bisa dia impikan, lalu pulang dengan belanjaan yang banyak.Setibanya di rumah, Shania menyentuh bungkusan barang mewah yang indah itu. Setelah merasa bahagia untuk sesaat, kegelisahan tiba-tiba muncul dalam hatinya.Bisa membeli apa pun yang diinginkan adalah hidup yang didambakan oleh semua orang. Begitu pernah merasakannya, maka akan sulit untuk melepaskannya lagi. Namun, pada akhirnya dia hanya seorang pengganti yang menyamar. Begitu waktu berlalu terlal
Audrey bergegas bangkit dan berkata, "Maaf, aku nggak sengaja menumpahkan airnya. Aku pergi bersihkan ke toilet sebentar."Tanpa menunggu reaksi dari Shania, Audrey bergegas berlari ke toilet. Hanya saja, dia sama sekali tidak berniat untuk membersihkan pakaiannya yang basah. Kedua tangannya terus gemetaran dan wajahnya menjadi sangat pucat.Mendengar ucapan Shania barusan, jelas saja ada orang yang pergi memeriksa masalah hari itu dengan cermat. Orang itu bahkan sudah menemukan beberapa hal yang lebih detail.Siapa sebenarnya? Apa Zayden atau pria hari itu?Jika pria itu, apa dia masih belum menyerah? Kenapa pria itu ingin menemukannya?Bagaimanapun juga, saat ini Audrey sedang mengandung anak dari pria itu. Jadi, Audrey benar-benar merasa sangat cemas.Pria itu bisa menempati kamar suite, jadi dia pasti adalah tokoh yang punya uang dan kekuasaan. Jika pria itu tidak menginginkan anak ini atau ingin merebut anak ini, Audrey sama sekali tidak mampu melawannya.Semakin dipikirkan, Audre
Audrey kembali ke kantor setelah pulang dari rumah sakit. Setelah mengetahui janin dalam kandungannya dalam keadaan normal, perasaan cemas dalam hati Audrey pun menghilang. Sebenarnya, ada beberapa hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, jika terlalu khawatir, hal itu malah akan memengaruhi dirinya dan anak dalam kandungannya.Begitu masuk ke kantor, Audrey menemukan bahwa Zayden juga berada di sana. Ekspresi yang awalnya santai seketika berubah menjadi tegang. Dia pun segera duduk di meja kerjanya yang ada di sudut ruangan.Selama beberapa hari ini, Audrey tidak berani banyak berbicara dengan Zayden. Dia takut perkataannya akan membuat Zayden kesal. Bagaimanapun juga, suasana hati Zayden sangat sulit untuk diprediksi.Di sisi lain, Zayden memperhatikan seluruh tindakan kecil yang dilakukan oleh Audrey. Dia pun menggenggam pena di tangannya dengan sedikit erat.Sekarang, wanita ini terus saja menghindarinya, seperti sedang menghindari pembawa wabah saja.Lantaran merasa kesal,
Audrey sontak terkejut, lalu ingin segera bangkit. Namun, baru saja bergerak, dia merasakan rasa sakit yang tajam pada kulit kepalanya. Saat ini, Audrey baru menyadari bahwa karena kesalahan yang tidak disengaja tadi, rambutnya dengan kebetulan tersangkut di kancing kemeja Zayden. Begitu Audrey bergerak, rambutnya sontak tertarik sehingga membuatnya merasa kesakitan."Ma … maaf, sepertinya nggak sengaja tersangkut. Aku akan segera lepaskan," ucap Audrey.Audrey merasa sangat malu, tetapi dia juga tidak bisa terus seperti ini. Bagaimanapun juga, sekarang dirinya sedang duduk di pangkuan Zayden. Jika ada orang yang masuk untuk melaporkan sesuatu dan melihat posisinya seperti ini, orang itu pasti akan mengira bahwa dirinya sedang merayu presiden direktur. Pada saat itu, dia akan kehilangan harga diri untuk terus bekerja di sini.Di sisi lain, Zayden hanya diam dan membiarkan Audrey bergerak. Tatapannya terlihat dalam dan sulit untuk ditebak.Audrey berusaha keras untuk melepaskan rambutny
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis