Tepat saat Zayden sedang berusaha untuk menenangkan Audrey, seorang pelayan mengetuk pintu dan datang dengan membawakan pakaian bersih."Tuan Zayden, apa perlu bantuan?" tanya pelayan itu.Zayden mengernyitkan alisnya dengan erat dan berkata, "Cepat panggil dokter untuk bawa obat penenang! Cepat!"Mendengar hal itu, pelayan tersebut juga tidak berani menunda dan bergegas keluar untuk memanggil dokter. Setelah menyuntikkan sebuah obat penenang, akhirnya Audrey perlahan kehilangan kesadarannya dan tertidur."Tuan Zayden, sebaiknya obati dulu luka Anda. Aku akan memandikan Nona Audrey dan menggantikan pakaian untuknya," kata pelayan tersebut.Ketika mendengar ucapan itu, Zayden menunduk dan melihat luka di tangannya yang masih mengeluarkan darah. Barusan, Zayden mungkin terlalu memperhatikan kondisi Audrey sehingga dia tidak merasakan rasa sakit apa pun pada lukanya yang kembali terbuka."Kamu bantu dia dan obati lukanya," pesan Zayden kepada dokter tersebut sebelum pergi.Setelah keluar,
Namun, sikap Audrey yang tetap tidak berubah membuat Zayden seketika menjadi panik. Saat teringat dengan hal yang dibicarakan oleh dokter kemarin, Zayden pun bergegas memanggil dokter untuk datang. Setelah dokter tiba dan melakukan pemeriksaan untuk waktu yang lama, dia pun berkata dengan ragu-ragu, "Tuan Zayden, masalahnya seperti yang kukatakan kemarin. Kesehatan Nona Audrey nggak bermasalah, tapi mentalnya mengalami trauma. Untuk pulih, kita harus membuatnya melepaskan masalah dalam hatinya. Hanya seorang ahli psikologi yang bisa membantu."Zayden mengepalkan tangannya dan sontak teringat dengan video yang ditonton olehnya kemarin. Apa semua orang itu sudah membuat mental Audrey menjadi hancur?"Baiklah. Segera atur seorang psikolog terbaik kemari untuk melakukan terapi mental kepadanya," ucap Zayden.Zayden berusaha menahan keinginannya untuk membunuh orang dan bersabar menunggu kedatangan psikolog. Begitu psikolog itu tiba, dia mencoba untuk berbicara dengan Audrey. Namun, Audrey
Saat ini, Zayden yang biasa sangat tegas dalam mengambil keputusan merasa bagai memakan buah simalakama. "Aku akan pertimbangkan hal ini lagi," seru Zayden sambil melambaikan tangannya. Melihat hal itu, psikolog tersebut pun pergi dengan bijak. Tidak lama kemudian, pelayan di vila tersebut datang dan mengetuk pintu sambil berkata, "Tuan Zayden, sekarang sudah siang. Apa mau memberi makan Nona Audrey dulu?"Zayden melihat makanan yang dibawa oleh pelayan tersebut dan mengangguk. Itu adalah semangkuk bubur yang lezat dan ringan. Kemudian, pelayan itu melangkah maju dan membawa bubur itu ke hadapan Audrey. Aroma yang tipis menyebar di seluruh ruangan dan sangat menggugah selera. Namun, Audrey yang duduk di tempat tidur sama sekali tidak bereaksi. Dia tetap seperti sedia kala, tidak menggubris orang lain dan hanya duduk sambil melamun di sana.Selanjutnya, pelayan itu mengambil sesendok bubur dan menyodorkannya ke bibir Audrey, tetapi Audrey menutup mulutnya dan hanya menatap pelayan it
Setelah menaruh mangkuk di tangannya, Zayden mengambil tisu dan menyeka bibir Audrey hingga bersih dengan hati-hati. Kemudian, dia pun menunduk dan membersihkan noda di pakaiannya. Audrey yang telah selesai makan kembali duduk diam dan melamun di tempat. Namun, Zayden merasa bahwa Audrey yang sudah bisa makan dengan normal adalah permulaan yang baik.Tepat saat Zayden sedang merenungkan langkah selanjutnya, teleponnya berdering. Itu adalah panggilan dari Timothy. Audrey yang duduk di tempat tidur seolah-olah terkejut begitu mendengar suara dering telepon. Tubuhnya pun kembali meringkuk di sudut tempat tidur. Lantaran takut Audrey akan terkejut lagi, Zayden pun mematikan suara teleponnya dan menjawab panggilan di luar."Zayden, kamu di mana sekarang? Di mana Audrey? Apa dia ada di tempatmu?" ucap Timothy dengan suara yang suram.Pagi ini, Vivi dan Zachary pergi ke Kediaman Moore, lalu memberi tahu kejadian kemarin kepada Timothy sambil menangis. Timothy baru mengetahui bahwa pernikahan
"Ayah, kamu nggak bisa berpihak kepada Zayden lagi kali ini. Christian juga sangat terpengaruh oleh wanita itu dan malah mogok makan di rumah. Kalau masalah ini nggak dibereskan dengan baik, konsekuensinya akan sangat buruk," seru Vivi yang bergegas menghasut begitu melihat ekspresi khawatir Timothy."Zayden memang anak Ayah, tapi Christian juga cucumu. Hampir sebagian besar kekayaan keluarga sudah diberikan kepada Zayden. Aku yakin Ayah pasti bisa membuat keputusan yang adil untuk hal ini." Zachary juga tidak mau kalah, lalu bergegas maju dan mengungkit masalah pembagian kekayaan.Timothy awalnya sudah merasa sangat tertekan, ditambah lagi mendengar putra sulung serta keluarganya begitu berisik dan hanya memikirkan keuntungan. Alih-alih memikirkan solusi untuk menyelesaikan masalah ini, mereka justru ingin memperbesar masalahnya. Hal ini pun membuat Timothy seketika semakin murka.Selanjutnya, Timothy memelototi Vivi sejenak dan berkata, "Kamu masih berani bicara seperti ini? Karena k
Beberapa pengawal itu sama sekali tidak menyangka Christian akan mengancam mereka seperti ini. Salah satu di antara mereka berniat untuk merebut pisau itu, tetapi Christian segera mengetahui niat mereka dan sontak berteriak, "Jangan berpikir untuk merebut pisauku. Aku sudah bertahun-tahun menjadi dokter. Aku bukan hanya tahu bagaimana menolong orang, tapi juga tahu cara tercepat untuk membunuh orang!"Beberapa pengawal itu sontak terkejut. Jika Christian benar-benar memotong lehernya, dia pasti akan mati di tempat. Dengan sifat Vivi, mereka pasti tidak akan dibiarkan hidup. Dengan tidak berdaya, para pengawal itu hanya bisa melihat Christian berjalan keluar selangkah demi selangkah.Christian lalu menemukan sopir dan menggunakan cara yang sama. Dia mengancam sopir itu untuk membawanya pergi ke vila tempat Zayden mengurung Audrey. Saat berada di dalam mobil, Christian segera menyadari bahwa ada beberapa mobil yang mengikutinya di belakang. Beberapa orang itu kemungkinan tidak berani mem
Christian mengepalkan tangannya dengan erat. Semua ini adalah kesalahannya! Jika dia punya kemampuan yang cukup, dia tidak akan membiarkan ibunya membawa Audrey ke tempat seperti itu dan diperlakukan dengan semena-mena.Namun sekarang, memikirkan semua ini tidak ada artinya lagi. Christian pun berkata, "Audrey, ikut denganku, aku akan mencari dokter untuk menyembuhkanmu."Christian mengulurkan tangannya, lalu menenangkan Audrey dengan sabar. Dia ingin Audrey menurunkan kewaspadaan kepadanya dan ikut dengannya. Meskipun begitu, Audrey tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Suara orang di hadapannya ini terdengar familier, tetapi berbeda dengan suara orang yang datang menyelamatkannya dan membuatnya merasa tenang kemarin itu. Jadi, dia tidak bisa pergi dengan pria ini!Saat melihat Audrey tidak bereaksi, Christian hendak menyentuh Audrey untuk membuktikan bahwa dia tidak berniat buruk dan ingin menyelamatkan Audrey. Namun, Christian tidak menyangka Audrey langsung membalikkan tubuhnya d
Timothy berbicara dengan sangat tulus, bahkan suaranya menjadi sedikit bergetar saat mengucapkan kalimat terakhir itu. Zayden menatap rambut putih di pelipis Timothy. Hanya dalam waktu semalam, dia merasa Timothy seperti telah menjadi beberapa tahun lebih tua.Zayden tidak pernah melihat tampang Timothy yang biasanya sangat mendominasi dalam dunia bisnis menjadi seperti ini. Tampang Timothy yang seperti ini membuat Zayden merasa sedih. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi Zayden teringat dengan tatapan menyedihkan Audrey seperti hewan kecil yang terluka kemarin.Saat ini, bagaimana mungkin dia bisa meninggalkan Audrey dalam kondisi seperti ini? Zayden pun mengepalkan tangannya dengan erat. Setelah beberapa saat, Zayden pun berkata, "Ayah, aku bisa mendengarkanmu untuk masalah apa pun, tapi Ayah jangan ikut campur untuk masalah bercerai ini lagi."Saat mendengar hal itu, raut wajah Timothy seketika menjadi pucat. Dia sengaja menyuruh Zayden pulang karena ingin menggerakkan hati Zayden
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis