"Astaga, wanita ini kelihatan seperti orang baik, nggak disangka dia bisa melakukan hal seperti ini. Benar-benar menjijikkan sekali! Aku rasa ibu dari pria itu pasti sudah terdesak sampai nggak tahan untuk mengekspos keburukannya ini!""Dilihat dari penampilannya, dia seharusnya sudah terbiasa berbuat seperti itu. Sekarang, dia memang pantas ditangkap dan diekspos ke publik!""Benar. Orang seperti ini memang harus dikecam oleh semua orang, supaya dia nggak membuat masalah lagi!"Sekelompok orang yang menonton itu langsung berpihak kepada Vivi setelah mendengarkan keluhannya yang menyedihkan itu. Mereka merasa bahwa memang Audrey yang tidak tahu malu sehingga terus menghinanya tanpa henti. Berbagai suara kecaman dan komentar buruk terus terdengar sehingga membuat mental Audrey hampir hancur."Aku nggak melakukannya! Bukan aku!" ucap Audrey yang berusaha untuk menjelaskan, tetapi suaranya terdengar sangat lemah.Dia sama sekali tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Jika dia m
Lantaran jumlah orang yang begitu banyak, setiap orang yang bertindak itu merasa yakin bahwa mereka tidak akan dihukum jika semua dilakukan bersama-sama. Jadi, tidak ada satu pun dari mereka yang mundur."Nggak disangka wanita ini bukan hanya nggak tahu malu, tapi juga sangat sombong.""Cepat, telanjangi dia! Aku mau lihat, apakah dia masih berani bersikap centil untuk menggoda suami orang lain!"Begitu perkataan ini terdengar, seseorang langsung bersorak menyetujui perkataan tersebut. Orang-orang itu terdiri dari wanita paruh baya yang suka bergosip dan juga ibu rumah tangga."Pergi kalian!" Audrey berusaha berjuang dan mengayunkan tangannya dengan asal-asalan, tetapi dia tetap tidak bisa melawan begitu banyak orang.Audrey ingin mengeluarkan ponselnya untuk lapor polisi, tetapi dia mendadak teringat bahwa ponselnya sejak awal sudah disita oleh Zayden. Saat ini, dia sama sekali tidak punya cara untuk menghubungi siapa pun.Audrey pun mulai kebingungan, apa yang harus dia lakukan?Saat
Begitu teringat bahwa Audrey sedang dicemooh oleh orang-orang dengan perkataan yang sangat buruk sekarang, hati Christian merasa sangat tersayat. Audrey hanya seorang gadis biasa, bagaimana dia bisa menerima perlakuan kejam seperti ini? Christian berpikir bahwa dia harus keluar untuk membantu Audrey!Melihat orang di luar tidak menggubrisnya, Christian langsung mengambil kursi di samping dan melemparkannya ke arah pintu. Namun, pintu itu tetap tidak terpengaruh dan tidak ada tanda-tanda akan terbuka.Di sisi lain, Vivi yang sudah tiba di rumah seusai menyelesaikan urusannya langsung mendengar suara Christian memecahkan barang secara gila-gilaan di dalam kamar. Dia sontak terkejut, tetapi juga merasa sangat puas. Dari keadaan Christian yang menggila itu, dia bisa mengetahui betapa pentingnya Audrey dalam hati anaknya. Vivi pun merasa bahwa dia telah melakukan keputusan yang bijak."Christian, kamu jangan buang-buang energi lagi. Aku nggak akan membiarkanmu keluar," kata Vivi."Ibu, aku
Semua tulisan itu hanya berputar-putar di kepala Zayden dan dia sama sekali tidak bisa memusatkan pikirannya. Zayden pun mengumpat dalam hatinya, lalu melempar pulpen ke meja dengan sangat emosi. Kemudian, dia melonggarkan dasinya, berdiri, dan keluar untuk mencari udara segar. Setibanya di luar, beberapa anak magang yang baru saja datang mulai bergosip dengan suara pelan."Apa kalian sudah lihat video itu? Aku merasa wanita di dalam video itu sangat familier.""Bukankah dia adalah karyawan yang kerja di perusahaan kita dulu? Aku lupa namanya.""Namanya Audrey, tapi waktu itu aku melihat dia seperti gadis baik-baik. Nggak kusangka dia bisa melakukan hal seperti ini. Benar-benar nggak bisa menilai orang dari penampilannya.""Tapi, dia tampak sangat sengsara sekarang. Kurasa, dia mungkin nggak bisa tinggal di Slastin lagi. Kalau hal itu terjadi padaku, aku mungkin akan bunuh diri."Awalnya, Zayden tidak peduli dengan gosip yang dibicarakan beberapa karyawan itu. Namun, begitu mendengar
Zayden masuk ke dalam mobilnya, lalu menginjak pedal gas dengan kuat. Mobilnya pun melaju dengan kecepatan tinggi dan meninggalkan perusahaan. Meskipun mobilnya sudah melaju dengan sangat cepat, Zayden tetap terlihat cemas dan menatap jalan dengan fokus. Dia pun berharap tidak terjadi apa pun kepada Audrey sampai dia tiba di sana.…Setelah diserang oleh sekelompok orang, pada akhirnya Audrey tidak punya pilihan lain selain bersembunyi di bawah sebuah kursi panjang di taman. Dia mengaitkan tangan dan kakinya dengan erat di kaki kursi untuk mencegah orang-orang itu menariknya keluar. Melihat Audrey bersembunyi di tempat seperti itu, sekelompok orang yang menonton perlahan mulai bosan dan akhirnya bubar. Meskipun semua orang telah pergi, Audrey tetap tidak berani bergerak dan hanya menatap ke depan dengan pandangan yang kosong. Baginya, tempat ini adalah tempat paling aman untuknya saat ini. Ketika melihat ada seorang wanita yang meringkuk di tempat seperti itu, beberapa pejalan kaki ya
Sorot mata Zayden tampak terkejut. Saat ini, dia akhirnya mengetahui bahwa ada yang tidak beres pada Audrey. Meskipun Audrey seolah-olah sedang menatapnya, kedua mata Audrey justru terlihat sangat kosong dan hanya mencerminkan bayangan tubuh Zayden. Audrey sama sekali tidak melihat dirinya!Di sisi lain, Audrey juga tidak tahu apa yang telah terjadi. Begitu bau darah terasa di mulutnya, dia seperti memiliki dorongan untuk mati bersama orang tersebut. Saat memikirkan hal itu, Audrey menambah kekuatan gigitan di mulutnya. Zayden bahkan bisa merasakan dengan jelas gigi taring Audrey telah menusuk kulitnya sehingga menyebabkan rasa sakit yang tajam.Pada saat ini, Zayden juga tidak memedulikan semua hal itu lagi. Saat melihat tampilan Audrey yang begitu aneh ini, Zayden hanya bisa mengulurkan tangannya yang lain dengan tidak berdaya. Kemudian, dia menutup mata Audrey dan berkata, "Audrey, sadarlah sedikit. Sekarang tidak ada siapa pun yang berani berbuat apa pun kepadamu lagi. Lepaskan tan
Tepat saat Zayden sedang berusaha untuk menenangkan Audrey, seorang pelayan mengetuk pintu dan datang dengan membawakan pakaian bersih."Tuan Zayden, apa perlu bantuan?" tanya pelayan itu.Zayden mengernyitkan alisnya dengan erat dan berkata, "Cepat panggil dokter untuk bawa obat penenang! Cepat!"Mendengar hal itu, pelayan tersebut juga tidak berani menunda dan bergegas keluar untuk memanggil dokter. Setelah menyuntikkan sebuah obat penenang, akhirnya Audrey perlahan kehilangan kesadarannya dan tertidur."Tuan Zayden, sebaiknya obati dulu luka Anda. Aku akan memandikan Nona Audrey dan menggantikan pakaian untuknya," kata pelayan tersebut.Ketika mendengar ucapan itu, Zayden menunduk dan melihat luka di tangannya yang masih mengeluarkan darah. Barusan, Zayden mungkin terlalu memperhatikan kondisi Audrey sehingga dia tidak merasakan rasa sakit apa pun pada lukanya yang kembali terbuka."Kamu bantu dia dan obati lukanya," pesan Zayden kepada dokter tersebut sebelum pergi.Setelah keluar,
Namun, sikap Audrey yang tetap tidak berubah membuat Zayden seketika menjadi panik. Saat teringat dengan hal yang dibicarakan oleh dokter kemarin, Zayden pun bergegas memanggil dokter untuk datang. Setelah dokter tiba dan melakukan pemeriksaan untuk waktu yang lama, dia pun berkata dengan ragu-ragu, "Tuan Zayden, masalahnya seperti yang kukatakan kemarin. Kesehatan Nona Audrey nggak bermasalah, tapi mentalnya mengalami trauma. Untuk pulih, kita harus membuatnya melepaskan masalah dalam hatinya. Hanya seorang ahli psikologi yang bisa membantu."Zayden mengepalkan tangannya dan sontak teringat dengan video yang ditonton olehnya kemarin. Apa semua orang itu sudah membuat mental Audrey menjadi hancur?"Baiklah. Segera atur seorang psikolog terbaik kemari untuk melakukan terapi mental kepadanya," ucap Zayden.Zayden berusaha menahan keinginannya untuk membunuh orang dan bersabar menunggu kedatangan psikolog. Begitu psikolog itu tiba, dia mencoba untuk berbicara dengan Audrey. Namun, Audrey
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis